Karya di pameran Libang/Hibang. (Foto: Gajah Gallery)

Mengasah Kembali "Perhatian" lewat Libang/Hibang di Gajah Gallery

15 June 2025   |   22:00 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Di tengah hiruk pikuk dunia digital yang membanjiri kita dengan notifikasi tak berujung dan informasi yang tiada henti, kita diajak untuk sejenak berhenti dan memberi perhatian. Semangat itu yang diusung Gajah Gallery dalam pameran Libang/Hibang yang digelar 20 Juni hingga 13 Juli 2025, bertepatan dengan puncak musim seni Yogyakarta—tempat berkumpulnya para kolektor, kurator, dan kreatif di seluruh wilayah.

Mengutip kuratorialnya, Libang/Hibang, sebuah pameran kelompok yang menggugah dari seniman kontemporer Filipina yang dikuratori oleh Leslie de Chavez, yang dihadirkan di Gajah Gallery Yogyakarta. Pameran ini menampilkan karya-karya reflektif dari para seniman kontemporer Filipina yaitu Alfredo Esquillo, Charlie Co, Elmer Borlongan, Kegembiraan Mallari, Leslie de Chavez, Manny Garibay, Tandai Justiniani, Plet Bolipata, dan Renato Habulan.

Pameran ini mengeksplorasi kompleksitas perhatian di zaman hipermediasi kita. Libang/Hibang mengajak kita untuk memperlambat, melihat lebih dalam, dan merenungkan kekuatan kehadiran pada era yang penuh dengan distraksi yang  terus-menerus.

Baca juga: Karya Paling Berkesan di Pameran Gelegar Foto Nusantara Versi Ahok

Pameran ini bertepatan dengan salah satu bulan paling semarak dalam kalender seni kontemporer Indonesia—ketika para seniman, kolektor, dan kurator dari seluruh wilayah dan sekitarnya berkumpul di Yogyakarta. Ini adalah platform yang tepat dan kuat untuk mengedepankan perspektif artistik Filipina di panggung regional.

Presentasi ini menandai langkah signifikan lain dalam komitmen berkelanjutan Gajah Gallery untuk menampilkan seni kontemporer Filipina di seluruh Asia Tenggara. Setelah pameran di Singapura (2023) dan Jakarta (2024), Libang/Hibang di Yogyakarta melanjutkan lintasan kuratorial ini—memperdalam dialog lintas budaya dan membina pertemuan berarti antara komunitas seni.

Di dunia yang digerakkan oleh kebisingan algoritmik, fragmentasi sosial, dan akselerasi digital, Libang/Hibang mengusulkan tindakan radikal: untuk berhenti sejenak dan memberi perhatian. Judul pameran ini diambil dari dua kata Filipina—libang, berarti gangguan atau hiburan, dan hibang, membangkitkan obsesi atau kegilaan. Bersama-sama, keduanya merangkum ketegangan halus antara terpikat dan terkonsumsi, antara kehadiran yang sadar dan stimulasi berlebihan.

Pameran ini menganggap perhatian bukan hanya sebagai tema, tetapi sebagai kekuatan yang kuat—salah satu yang membentuk bagaimana kita melihat, apa yang kita ingat, dan siapa yang didengar. Para seniman yang berpartisipasi menghadapi ide ini secara langsung, menggunakan berbagai medium—termasuk lukisan dan patung—untuk mengeksplorasi hubungan kompleks antara visibilitas dan keheningan, kehadiran dan ketidakhadiran, fokus dan kelelahan.

Pada era infinite scrolling dan persepsi yang terfragmentasi, dalam memberi perhatian penuh—untuk benar-benar melihat—ini semakin jarang terjadi. Di sini, setiap karya seni menjadi undangan untuk menolak gangguan dan terlibat sepenuhnya. Beberapa karya condong ke arah yang intim dan pertemuan yang tenang. Yang lain mengkritik sifat kehidupan modern yang didorong oleh tontonan, sekaligus mempertanyakan biaya dari paparan konstan dan etika melihat.

Alih-alih menawarkan satu pembacaan, Libang/Hibang menyajikan kaleidoskop narasi dari sejarah pribadi dan memori budaya hingga distorsi media dan penghapusan sistemik. Yang menyatukan karya-karya ini adalah desakan mereka yang tenang—bahwa memberi perhatian bukanlah isyarat pasif, tetapi tindakan sadar, seringkali politis. Menyaksikan berarti peduli. Memperhatikan berarti berpartisipasi.

Bertempat di Yogyakarta—kota yang dihormati karena warisan artistik yang kaya dan semangat kontemplatifnya—pameran ini menciptakan ruang bagi pengunjung untuk memperlambat langkah dan mengorientasi kembali diri. Di dalam dinding galeri, perhatian tidak lagi terpecah-pecah atau dipersenjatai, tetapi diimajinasikan ulang sebagai koneksi dan kepedulian.

Libang/Hibang juga menandai kolaborasi yang berarti antara Gajah Gallery dan seniman yang berbasis di Filipina. Bersama-sama, kemitraan ini mencerminkan visi bersama untuk memperdalam dialog regional dan memperkuat ekosistem seni kontemporer Asia Tenggara yang dinamis.

Saat kita bergulat dengan tuntutan ekonomi perhatian dan keberadaan budaya gambar yang ada di mana-mana, pameran ini mengajukan pertanyaan mendesak: Apa yang terjadi ketika kita benar-benar melihat? Dan apa yang dipertaruhkan ketika kita memilih untuk tidak melihat?

Libang/Hibang pada akhirnya mengingatkan kita bahwa perhatian bukanlah komoditas yang diperdagangkan—ini adalah isyarat suci kehadiran. Dalam menawarkannya, kita memikul tanggung jawab. Dengan demikian, kita mendapatkan kembali rasa kejelasan, tujuan, dan kekuatan.
 

SEBELUMNYA

3 Single Baru Rilis Juni 2025: DOM Band hingga Suara Kayu

BERIKUTNYA

4 Kiat Latihan Berbicara Bahasa Inggris Agar Lebih Percaya Diri

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: