CT Value Bukan Penentu Varian Covid-19 Baru
13 September 2021 |
09:07 WIB
Rendahnya cycle threshold value (CT Value) pasien Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya baru-baru ini dikaitkan dengan virus corona varian baru. Pasien itu memiliki CT Value 1,8 yang dianggap tidak wajar.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menjelaskan CT value tinggi atau rendah bukan indikasi dari jumlah virus. Nilai tersebut juga tidak menentukan infeksius atau kurang infeksius virus.
Selain itu, CT Value bukan patokan lanjut dan tidaknya isolasi pasien. “Belum bisa jadi acuan untuk penentuan dan deteksi varian baru,” ujar Zubairi dikutip dari akun Instagram pribadinya, Senin (13/9/2021).
Senada, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa CT Value tidak bisa menggambarkan apakah yang menginfeksi pasien tersebut apakah mutasi varian baru Covid-19 atau tidak.
Dia menerangkan bahwa varian Covid-19 hanya bisa ditentukan melalui pengurutan keseluruhan genom atau whole genome sequencing (WGS). “Dari situ kita bisa memetakan mutasi yang terjadi dan mencocokkan dengan primer terkait,” jelasnya.
Kendati demikian, Nadia menilai perlu kajian lebih lanjut di laboratorium mengenai temuan pasien Covid-19 yang memiliki CT value paling rendah tersebut.
Sementara itu, mengutip Halodoc, CT value adalah banyaknya jumlah siklus yang dihasilkan dalam mencari materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien Covid-19.
Angka hasil CT value itu berbanding terbalik dengan konsentrasi genetik virus. Semakin besar angka pada CT value, maka semakin sedikit konsentrasi virus pada sampel tubuh pasien. Artinya, semakin tinggi CT value, maka semakin rendah kemungkinan virus untuk menyebabkan infeksi.
Editor: Fajar Sidik
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menjelaskan CT value tinggi atau rendah bukan indikasi dari jumlah virus. Nilai tersebut juga tidak menentukan infeksius atau kurang infeksius virus.
Selain itu, CT Value bukan patokan lanjut dan tidaknya isolasi pasien. “Belum bisa jadi acuan untuk penentuan dan deteksi varian baru,” ujar Zubairi dikutip dari akun Instagram pribadinya, Senin (13/9/2021).
Senada, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa CT Value tidak bisa menggambarkan apakah yang menginfeksi pasien tersebut apakah mutasi varian baru Covid-19 atau tidak.
Dia menerangkan bahwa varian Covid-19 hanya bisa ditentukan melalui pengurutan keseluruhan genom atau whole genome sequencing (WGS). “Dari situ kita bisa memetakan mutasi yang terjadi dan mencocokkan dengan primer terkait,” jelasnya.
Kendati demikian, Nadia menilai perlu kajian lebih lanjut di laboratorium mengenai temuan pasien Covid-19 yang memiliki CT value paling rendah tersebut.
Sementara itu, mengutip Halodoc, CT value adalah banyaknya jumlah siklus yang dihasilkan dalam mencari materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien Covid-19.
Angka hasil CT value itu berbanding terbalik dengan konsentrasi genetik virus. Semakin besar angka pada CT value, maka semakin sedikit konsentrasi virus pada sampel tubuh pasien. Artinya, semakin tinggi CT value, maka semakin rendah kemungkinan virus untuk menyebabkan infeksi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.