Balai Budaya Jakarta Gelar Pameran Sang Pangeran 2 Abad Perang Jawa
21 May 2025 |
19:25 WIB
Gema perayaan dua abad perlawanan Pangeran Diponegoro dalam melawan kolonialisme masih bergaung hingga hari ini. Salah satunya lewat pameran seni rupa bertajuk Sang Pangeran: 2 Abad Perang Jawa, yang dihelat di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, pada 20-27 Mei 2025.
Pameran ini menghadirkan lebih dari 26 karya lukisan dari seniman kontemporer dan tradisional yang menggambarkan perjalanan heroik Pangeran Diponegoro, sosok legendaris yang menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, yang kelak memicu Perang Jawa (1825-1830).
Baca juga: Pameran Bangkit dan Berdaya di Muskitnas, Memaknai Ulang Perjuangan Melalui Karya Seni
Koordinator pameran, Kembang Sepatu, mengatakan, lewat berbagai medium, teknik, dan gaya visual, para perupa yang ikut berpameran dalam seteleng ini menafsirkan kembali momen-momen penting Perang Jawa dalam konteks sejarah, spiritualitas, dan nasionalisme seturut situasi hari ini.
Kembang mengungkap, pameran ini juga bukan hanya penghormatan terhadap sosok Diponegoro, tetapi juga refleksi atas makna perjuangan, identitas, dan kebebasan di masa kini. Dia berharap lewat pameran ini generasi muda dapat menyerap elan perjuangan dari Ksatria Piningit, itu.
"Perang Jawa adalah salah satu peristiwa yang menarik untuk digali. Kami ingin generasi muda mengenal sejarah tersebut lewat pendekatan visual yang kuat dan menggugah," katanya.
Sebagai peristiwa sejarah, Kembang mengungkap, Perang Jawa merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah perjuangan bangsa. Oleh karena itu sejarah tersebut patut dikabarkan ada generasi muda agar mereka mengetahui yang terjadi di masa lalu.
Melalui pameran ini pihaknya juga mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga merenungkan kembali semangat juang, pengorbanan, dan nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan oleh para pahlawan di masa lalu.
Lebih lanjut kembang mengungkap, dihelatnya pameran ini pada bulan Mei juga untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Selain itu, pameran ini juga untuk menggali kembali narasi sejarah, keberanian, dan semangat perlawanan dari berbagai lapisan masyarakat Nusantara.
Menurutnya, setiap sapuan kuas para seniman dalam pameran ini adalah bentuk penghormatan atas jiwa-jiwa yang gugur, serta ajakan untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan, identitas, dan perjuangan dalam konteks kekinian.
"Pameran ini tidak hanya menjadi ruang refleksi sejarah, tetapi juga menjadi medium kebangkitan nilai-nilai luhur bangsa, seperti keberanian, keadilan, dan keteguhan," imbuhnya.
Adapun 26 seniman yang meramaikan pameran ini adalah Arie Kadarisman, AR Tanjung, Chryshnanda Dwilaksana, Gatot Eko Cahyono, Gogor Purwoko, I Made Wira Adikesuma, Joko Kisworo, Kana Fuddy Prakoso, Kembang Sepatu, Lilik Subekti, dan Lukman Edi Santoso.
Kemudian M.Adien, Mas Wit, M.Solech, Munadi, Mulyadi, Nadia Iskandar, Nuryanah, Pustanto, Saepul Bahri,Sentot Widodo, Wahyu Geiyonk, Wawan S, Yudi S, Yunti Ars, dan Zamrud Setya Negara.
"Lukisan yang dihadirkan dalam pameran ini tidak hanya menggambarkan sisi historis, namun juga interpretasi kreatif atas semangat perlawanan dan identitas budaya yang tumbuh di masa itu," jelas Kembang Sepatu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Pameran ini menghadirkan lebih dari 26 karya lukisan dari seniman kontemporer dan tradisional yang menggambarkan perjalanan heroik Pangeran Diponegoro, sosok legendaris yang menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, yang kelak memicu Perang Jawa (1825-1830).
Baca juga: Pameran Bangkit dan Berdaya di Muskitnas, Memaknai Ulang Perjuangan Melalui Karya Seni
Koordinator pameran, Kembang Sepatu, mengatakan, lewat berbagai medium, teknik, dan gaya visual, para perupa yang ikut berpameran dalam seteleng ini menafsirkan kembali momen-momen penting Perang Jawa dalam konteks sejarah, spiritualitas, dan nasionalisme seturut situasi hari ini.
Kembang mengungkap, pameran ini juga bukan hanya penghormatan terhadap sosok Diponegoro, tetapi juga refleksi atas makna perjuangan, identitas, dan kebebasan di masa kini. Dia berharap lewat pameran ini generasi muda dapat menyerap elan perjuangan dari Ksatria Piningit, itu.
"Perang Jawa adalah salah satu peristiwa yang menarik untuk digali. Kami ingin generasi muda mengenal sejarah tersebut lewat pendekatan visual yang kuat dan menggugah," katanya.
Sebagai peristiwa sejarah, Kembang mengungkap, Perang Jawa merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah perjuangan bangsa. Oleh karena itu sejarah tersebut patut dikabarkan ada generasi muda agar mereka mengetahui yang terjadi di masa lalu.
Melalui pameran ini pihaknya juga mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga merenungkan kembali semangat juang, pengorbanan, dan nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan oleh para pahlawan di masa lalu.
Lebih lanjut kembang mengungkap, dihelatnya pameran ini pada bulan Mei juga untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Selain itu, pameran ini juga untuk menggali kembali narasi sejarah, keberanian, dan semangat perlawanan dari berbagai lapisan masyarakat Nusantara.
Menurutnya, setiap sapuan kuas para seniman dalam pameran ini adalah bentuk penghormatan atas jiwa-jiwa yang gugur, serta ajakan untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan, identitas, dan perjuangan dalam konteks kekinian.
"Pameran ini tidak hanya menjadi ruang refleksi sejarah, tetapi juga menjadi medium kebangkitan nilai-nilai luhur bangsa, seperti keberanian, keadilan, dan keteguhan," imbuhnya.
Adapun 26 seniman yang meramaikan pameran ini adalah Arie Kadarisman, AR Tanjung, Chryshnanda Dwilaksana, Gatot Eko Cahyono, Gogor Purwoko, I Made Wira Adikesuma, Joko Kisworo, Kana Fuddy Prakoso, Kembang Sepatu, Lilik Subekti, dan Lukman Edi Santoso.
Kemudian M.Adien, Mas Wit, M.Solech, Munadi, Mulyadi, Nadia Iskandar, Nuryanah, Pustanto, Saepul Bahri,Sentot Widodo, Wahyu Geiyonk, Wawan S, Yudi S, Yunti Ars, dan Zamrud Setya Negara.
"Lukisan yang dihadirkan dalam pameran ini tidak hanya menggambarkan sisi historis, namun juga interpretasi kreatif atas semangat perlawanan dan identitas budaya yang tumbuh di masa itu," jelas Kembang Sepatu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.