Senarai arsip komik dari Gerdi WK dalam pameran Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, Kamis (24/4/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Komikus Gerdi WK Gelar Pameran Tunggal di Balai Budaya, Tampilkan Perjalanan Artistik 5 Dekade Berkarya

26 April 2025   |   10:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Genhype penikmat komik Indonesia ada kabar gembira nih buat kalian. Pasalnya komikus Gerdi Wiranata Kusuma atau Gerdi WK, menggelar pameran tunggal bertajuk Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, pada 22-28 April 2025.

Gerdi WK adalah salah satu komikus senior yang menikmati masa kejayaan komik Indonesia pada dekade 70-an. Dia dikenal sebagai pencipta karakter superhero perempuan seperti Gina, dan Santini. Lain dari itu Gerdi juga menjadi ilustrator karakter Oki dan Nirmala di majalah Bobo, yang populer pada 90-an.

Baca juga: Hypeprofil Komikus Is Yuniarto: Setia Menghidupkan Komik Wayang dengan Sentuhan Kekinian

Menjadi pameran pertama setelah 55 tahun berkarya, seteleng ini secara umum memacak senarai arsip perjalanan artistik sejak dia menggeluti dunia komik pada 1969. Momen ini bermula saat dia masih kelas 3 SMP, di Bandung, Jawa Barat, dan membuat komik pertamanya bertajuk Kujang Wisapaha.
 


Kujang Wisapaha adalah serial komik cerita silat klasik yang mengambil latar Tanah Sunda. Proses pembuatan komik ini, juga terbilang unik. Gerdi remaja, yang saat itu kerap menemani sang ayah menunggui balai pengobatan sembari menggambar, mendapat kunjungan cergamis senior, Kiki Sutarki.

Arkian, Kiki yang melihat bakat Gerdi memintanya untuk membuat komik. Namun sebagai remaja yang menggambar secara otodidak, Gerdi merasa kurang percaya diri, terlebih untuk membuat cerita. Dari sinilah sang ayah yang berprofesi sebagai dokter mendengar percakapan tersebut, dan memutuskan ikut terlibat.

"Jadi ayah saya mau mencoba membikinkan cerita untuk saya. Namun saat itu belum berupa naskah, hanya narasi untuk kemudian diubah jadi dialog. Setelah itu barulah saya perlihatkan pada pak Kiki," kata Gerdi saat dihubungi Hypeabis.id.

Setelah melakukan berbagai revisi dengan bantuan Kiki, komik Kujang Wisapaka kemudian dicetak oleh Penerbit Kosmos. Menurut Gerdi, berbeda dengan sekarang, kala itu untuk menerbitkan komik memang cukup mudah. Pada dekade 60-an, komik Indonesia memang sedang booming, terlebih setelah muncul serial Si Buta dari Gua Hantu, besutan Ganes Th.

Saat duduk di bangku SMA, kegiatan membuat komik Gerdi juga terus berlanjut. Namun, pada momen ini Grdi sudah pindah penerbit, yakni Maranatha yang letak kantornya berseberangan dengan Penerbit Kosmos. Saat itu, Gerdi lebih banyak menggarap dongeng-dongeng dari Hans Christian Andersen.

 

Sejumlah arsip karakter superhero Gina buatan Gerdi WK dalam pameran Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, Kamis (24/4/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Sejumlah arsip dari komik pertama buatan Gerdi WK, Kujang Wisapaha dalam pameran Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, Kamis (24/4/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Namun, masa keemasan Gerdi sepertinya dimulai setelah dia membuat komik Gina pada 1972. Maklum, pada era itu, mayoritas komik superhero didominasi oleh karakter laki-laki, seperti Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata. Kemudian, ada juga Jaka Sembung besutan Djair Warni.

"Kebanyakan superhero pada saat itu laki-laki. Jadi saya berpikir kalau membuat pola yang sama tidak akan laku. Jadi saya bilang ke penerbit bagaimana kalau ceritanya tentang superhero perempuan, dan mereka setuju. Lahirlah Gina," imbuhnya.


Piawai Menggambar Gestur

Bambang Tri Rahadian atau yang akrab disapa Beng Rahadian, yang mengkuratori pameran ini mengungkap, Gerdi WK adalah ilustrator yang pandai menggambar gestur dan anatomi. Salah satunya terfleksi lewat karakter Gina, seorang seorang superhero perempuan dari Timur Tengah.

Dalam beberapa arsip yang dihadirkan dalam pameran ini, karakter Gina memang tampil dengan paras cantik. Hidungnya bangir dengan mata besar, serta tinggi semampai. Kostumnya terbuat dari baju ketat berwarna merah dengan ikat pinggang berkelir emas. Rambutnya yang hitam memanjang sampai punggung.

Lain lagi dengan karakter Santini, seorang wanita yang menjadi superhero setelah menelan pil misterius dari pesawat luar angkasa yang jatuh ke bumi. Karakternya digambarkan sebagai perempuan sensual, dengan buku dan alis mata tebal, serta rambut berombak. Berbeda dengan Gina, Santini mengenakan celana pendek.

"Dibanding karakter buatan Ganes Th atau Djair, karakter-karakter yang dibuat Gerdi tampil lebih luwes. Lain dari itu, hanya sedikit komikus yang membuat karakter perempuan sebagai hero, kecuali RA Kosasih, dan Taguan Harjo dengan Kapten Yani," kata Beng.
 

Sejumlah arsip karakter superhero Gina buatan Gerdi WK dalam pameran Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, Kamis (24/4/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Sejumlah arsip karakter superhero Gina buatan Gerdi WK dalam pameran Illustrious Gerdi WK- 55 Tahun Berkarya Mengalir dalam Garis, di Balai Budaya, Menteng, Jakarta, Kamis (24/4/25). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Beng mengungkap, dari segi pengkaryaan, ada banyak perubahan yang terjadi pada masa ketika komik Indonesia mengalami masa kejayaan dibanding dengan sekarang. Pada dekade 70-an, misal seorang komikus masih menjadi sosok sentral, yakni sebagai pembuat cerita, dan ilustrator sekaligus.

Dari segi cerita, pada era ini mayoritas komik Indonesia juga berkisah tentang dunia persilatan. Benang merah dari ceritanya biasanya juga merepresentasikan tentang kepahlawanan. Tema-tema inilah yang juga banyak digarap oleh Gerdi, misal dalam karya Gina, Santini, atau Gudo.

Baca juga: Hypereport: Berselancar di Platform Webtoon dan Mengintip Ladang Cuan Komikus Digital

Momen tersebut kemudian berubah pada dekade 90-an ketika komik-komik asal Jepang membanjiri Indonesia. Walhasil situasi tersebut bergeser, di mana pembuatan komik berubah menjadi kerja tim, dengan cerita yang memperlihatkan sisi lain dari kekonyolan-kekonyolan superhero. 

"Jadi kalau zaman dulu ceritanya juga fokus [per seri]. Misalkan Gina melawan Siluman Ular, atau Dukun Tibet. Karakternya juga digambarkan tanpa cela, tidak konyol, atau bisa mengalahkan dengan Anggun. Begitu juga dengan Gundala, meskipun ada humornya, tapi tetap jagoan," imbuhnya.

Pameran tunggal Gerdi WK, secara umum memacak senarai arsip dari kepengarangan komikus kelahiran Ciamis, pada 13 April 1953, itu. Dibuat dalam bentuk linimasa, titi toloknya bermula dari arsip Kujang Wisapaka, Gina, Santini, Gudo, hingga Taipan, serial komik Gerdi WK, yang dicetak oleh penerbit Excellent pada 2019.

SEBELUMNYA

Tips Pakai Setting Spray yang Benar Tanpa Merusak Makeup

BERIKUTNYA

Kiat Masak dalam Porsi Besar untuk Cegah Keracunan Massal

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: