Racikan Treatment Visual Sutradara Kevin Rahardjo di Film Legenda Kelam Malin Kundang
21 May 2025 |
16:30 WIB
Dalam debut penyutradaraannya di film Legenda Kelam Malin Kundang, Kevin Rahardjo mencoba menghadirkan sebuah pendekatan visual yang berani dan tak biasa. Mengangkat kembali salah satu mitos paling ikonis di Nusantara, Kevin ingin film ini tak sekadar menyuguhkan ulang kisah klasik.
Dalam film yang digarapnya bersama Rafki Hidayat ini, dirinya ingin menciptakan pengalaman menonton yang berbeda, dengan cara menempatkan penonton di dalam kisah itu sendiri dengan permainan teknik kamera.
Baca juga: Sutradara Rafki Hidayat Reinterpretasi Malin Kundang dalam Balutan Misteri Thriller
Bagi Kevin, visual bukan hanya soal estetika, melainkan juga jembatan emosional antara karakter dan penonton. Oleh karena itulah, treatment visual di filmnya pun dirancang khusus.
“Saya ingin menempatkan penonton di film ini di tengah-tengah adegan. Jadi, film ini bisa lebih terasa imersif. Penonton pun bisa dengan mudah untuk turut merasakan apa yang tengah dirasakan oleh karakter utama yang bernama Alif,” ungkap Kevin.
Alif merupakan karakter utama di film ini yang akan menjadi poros cerita penting. Dia digambarkan sebagai seorang anak yang merantau, lalu sukses. Namun, suatu ketika, dia lupa akan masa lalunya, termasuk ibunya.
Serangkaian peristiwa ganjil yang dialaminya perlahan makin mengaburkan batas antara realitas dan kutukan masa lalu. Kevin mencoba menerjemahkan perasaan kebingungan dan ketidakpercayaan Alif terhadap apa yang dialaminya ini dengan intens melalui teknik kamera.
Di banyak adegan krusial, kamera diatur dalam mode point of view (POV), seolah-olah penonton melihat dunia dari mata Alif. Pendekatan ini memberikan sensasi keterlibatan yang kuat, memungkinkan emosi Alif, dari ketakutan, keraguan, bahkan keterpukauan, langsung mengalir ke penonton.
Kevin menyebut salah satu teknik yang menonjol dalam film ini adalah penggunaan kamera shaky (goyang), terutama dalam momen-momen di mana Alif merasa kehilangan pegangan atas kenyataan.
Getaran-getaran halus maupun intens pada kamera bukan sekadar efek dramatis, melainkan cerminan dari kondisi batin karakter. "Shaky cam ini saya gunakan sebagai upaya menghadirkan feeling dari Alif," jelas Kevin.
Dengan pendekatan visual seperti ini, Legenda Kelam Malin Kundang tidak lagi terasa sebagai cerita rakyat yang jauh dan asing. Kevin mencoba menjadikan mitos sebagai sesuatu yang intim, personal, dan bahkan menyeramkan, karena kini, kutukan itu seolah terjadi pada kita sendiri.
Film Legenda Kelam Malin Kundang mencoba menghadirkan interpretasi baru yang segar terhadap cerita rakyat legendaris yang telah lama berakar dalam budaya populer. Dengan pendekatan visual dan emosional yang lebih gelap, film ini menyajikan kisah Malin Kundang dalam nuansa yang lebih kompleks.
Duet sutradara muda berbakat, Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat, dipercaya untuk menakhodai visi artistik film ini. Sementara di departemen skenario, keterlibatan Joko Anwar bersama Aline Djayasukmana dan Rafki Hidayat membuat balutan cerita dijanjikan punya alur yang lebih dalam dan penuh kejutan.
Kisah di film ini akan mengikuti Alif (diperankan oleh Rio Dewanto), seorang seniman lukisan mikro yang baru pulih dari kecelakaan. Meski secara fisik telah sembuh, dokter memperingatkan bahwa memorinya belum sepenuhnya pulih.
Sekembalinya ke rumah, dia dijemput oleh istrinya, Nadine (Faradina Mufti), dan anak mereka, Emir (Jordan Omar). Dia mendapat kabar bahwa ibunya akan datang mengunjungi mereka.
Namun, ada satu masalah besar, yakni Alif sama sekali tidak mengingat masa lalunya, bahkan wajah sang ibu pun asing baginya. Saat perempuan itu datang, kecurigaan Alif pun muncul. Dia yakin, wanita itu bukan ibunya. Film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada akhir 2025.
Baca juga: Rio Dewanto Dalami Peran Pelukis Micro Painting di Film Legenda Kelam Malin Kundang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Dalam film yang digarapnya bersama Rafki Hidayat ini, dirinya ingin menciptakan pengalaman menonton yang berbeda, dengan cara menempatkan penonton di dalam kisah itu sendiri dengan permainan teknik kamera.
Baca juga: Sutradara Rafki Hidayat Reinterpretasi Malin Kundang dalam Balutan Misteri Thriller
Bagi Kevin, visual bukan hanya soal estetika, melainkan juga jembatan emosional antara karakter dan penonton. Oleh karena itulah, treatment visual di filmnya pun dirancang khusus.
“Saya ingin menempatkan penonton di film ini di tengah-tengah adegan. Jadi, film ini bisa lebih terasa imersif. Penonton pun bisa dengan mudah untuk turut merasakan apa yang tengah dirasakan oleh karakter utama yang bernama Alif,” ungkap Kevin.
Alif merupakan karakter utama di film ini yang akan menjadi poros cerita penting. Dia digambarkan sebagai seorang anak yang merantau, lalu sukses. Namun, suatu ketika, dia lupa akan masa lalunya, termasuk ibunya.
Serangkaian peristiwa ganjil yang dialaminya perlahan makin mengaburkan batas antara realitas dan kutukan masa lalu. Kevin mencoba menerjemahkan perasaan kebingungan dan ketidakpercayaan Alif terhadap apa yang dialaminya ini dengan intens melalui teknik kamera.
Di banyak adegan krusial, kamera diatur dalam mode point of view (POV), seolah-olah penonton melihat dunia dari mata Alif. Pendekatan ini memberikan sensasi keterlibatan yang kuat, memungkinkan emosi Alif, dari ketakutan, keraguan, bahkan keterpukauan, langsung mengalir ke penonton.
Kevin menyebut salah satu teknik yang menonjol dalam film ini adalah penggunaan kamera shaky (goyang), terutama dalam momen-momen di mana Alif merasa kehilangan pegangan atas kenyataan.
Getaran-getaran halus maupun intens pada kamera bukan sekadar efek dramatis, melainkan cerminan dari kondisi batin karakter. "Shaky cam ini saya gunakan sebagai upaya menghadirkan feeling dari Alif," jelas Kevin.
Dengan pendekatan visual seperti ini, Legenda Kelam Malin Kundang tidak lagi terasa sebagai cerita rakyat yang jauh dan asing. Kevin mencoba menjadikan mitos sebagai sesuatu yang intim, personal, dan bahkan menyeramkan, karena kini, kutukan itu seolah terjadi pada kita sendiri.
Film Legenda Kelam Malin Kundang mencoba menghadirkan interpretasi baru yang segar terhadap cerita rakyat legendaris yang telah lama berakar dalam budaya populer. Dengan pendekatan visual dan emosional yang lebih gelap, film ini menyajikan kisah Malin Kundang dalam nuansa yang lebih kompleks.
Duet sutradara muda berbakat, Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat, dipercaya untuk menakhodai visi artistik film ini. Sementara di departemen skenario, keterlibatan Joko Anwar bersama Aline Djayasukmana dan Rafki Hidayat membuat balutan cerita dijanjikan punya alur yang lebih dalam dan penuh kejutan.
Kisah di film ini akan mengikuti Alif (diperankan oleh Rio Dewanto), seorang seniman lukisan mikro yang baru pulih dari kecelakaan. Meski secara fisik telah sembuh, dokter memperingatkan bahwa memorinya belum sepenuhnya pulih.
Sekembalinya ke rumah, dia dijemput oleh istrinya, Nadine (Faradina Mufti), dan anak mereka, Emir (Jordan Omar). Dia mendapat kabar bahwa ibunya akan datang mengunjungi mereka.
Namun, ada satu masalah besar, yakni Alif sama sekali tidak mengingat masa lalunya, bahkan wajah sang ibu pun asing baginya. Saat perempuan itu datang, kecurigaan Alif pun muncul. Dia yakin, wanita itu bukan ibunya. Film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada akhir 2025.
Baca juga: Rio Dewanto Dalami Peran Pelukis Micro Painting di Film Legenda Kelam Malin Kundang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.