Peretas China Berulah, Begini Saran Pakar Keamanan Siber
12 September 2021 |
15:22 WIB
Serangan siber dalam berbagai praktiknya yang kian bervariatif harus diantisipasi setiap negara apalagi yang menyasar lembaga pemerintah yang bisa menjadi ancaman terhadap keamanan nasional. Untuk itu, pemerintah harus memberi perhatian serius guna melakukan langkah-langkah strategis.
Pakar kemanan siber sekaligus Chairman & Co-founder Indonesia Cyber Security Forum, Ardi Sutedja, mengatakan bahwa berbagai serangan siber sudah tidak mengejutkan lagi. Akan tetapi, isu keamanan siber masih belum menjadi perhatian banyak pihak.
Padahal, kata Ardi, serangan siber dalam berbagai hal apalagi yang menyasar lembaga pemerintah merupakan ancaman terhadap keamanan nasional dan harus menjadi perhatian serius untuk melakukan sejumlah langkah strategis.
"Peretasan terhadap organisasi dan lembaga, baik pemerintah maupun swasta adalah ancaman bagi Ipoleksosbudkam, artinya sudah menjadi ancaman terhadap keamanan nasional," katanya kepada Hypeabis.id.
Oleh sebab itu, dia meminta agar otoritas melakukan overhaul. Termasuk dari sisi sumber daya manusia yang perlu diasah keterampilan teknisnya, teknologi yang harus dipastikan keamanannya, dan literasi kepada publik luas mencakup masyarakat hingga orang-orang yang berkecimpung di dunia keamanan siber.
"Masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dilakukan, perlu waktu yang cukup panjang untuk membangun budaya siber kita," ujarnya.
Baru-baru ini dikabarkan bahwa kelompok peretas asal China telah berhasil menembus jaringan internal setidaknya sepuluh kementerian dan lembaga pemerintah Republik Indonesia.
Sebuah laporan dari The Record, dikutip Minggu (12/9) menyatakan bahwa penyusupan tersebut ditemukan oleh Inskit Group, yang merupakan divisi penelitian ancaman dari perusahaan keamanan siber swasta Recorded Future.
Mereka mengaitkan upaya menebus jaringan internal kementerian itu dengan kelompok peretas yang dikenal sebagai Mustang Panda. Kelompok tersebut dikenal dengan upaya spionase dunia maya yang menargetkan negara di kawasan Asia Tenggara.
Laporan tersebut menyebut bahwa Insikt Group pertama kali menemukan adanya aktivitas mencurigakan terhadap jaringan di beberapa kementerian pada bulan April lalu.
Adapun, sumber The Record pada bulan lalu mengatakan bahwa pihak berwenang telah mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan membersihkan sistem yang terinfeksi. Kendati demikian, peneliti Insikt menyatakan bahwa host dalam jaringan masih berkomunikasi dengan server malware dari Mustang Panda.
Hypeabis.id telah mengirimkan permintaan tanggapan terkait hal ini kepada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebagai lembaga yang bertugas melaksanakan keamanan siber dalam negeri. Akan tetapi, hingga tulisan ini dimuat belum ada tanggapan yang diterima.
Editor: Fajar Sidik
Pakar kemanan siber sekaligus Chairman & Co-founder Indonesia Cyber Security Forum, Ardi Sutedja, mengatakan bahwa berbagai serangan siber sudah tidak mengejutkan lagi. Akan tetapi, isu keamanan siber masih belum menjadi perhatian banyak pihak.
Padahal, kata Ardi, serangan siber dalam berbagai hal apalagi yang menyasar lembaga pemerintah merupakan ancaman terhadap keamanan nasional dan harus menjadi perhatian serius untuk melakukan sejumlah langkah strategis.
"Peretasan terhadap organisasi dan lembaga, baik pemerintah maupun swasta adalah ancaman bagi Ipoleksosbudkam, artinya sudah menjadi ancaman terhadap keamanan nasional," katanya kepada Hypeabis.id.
Oleh sebab itu, dia meminta agar otoritas melakukan overhaul. Termasuk dari sisi sumber daya manusia yang perlu diasah keterampilan teknisnya, teknologi yang harus dipastikan keamanannya, dan literasi kepada publik luas mencakup masyarakat hingga orang-orang yang berkecimpung di dunia keamanan siber.
"Masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dilakukan, perlu waktu yang cukup panjang untuk membangun budaya siber kita," ujarnya.
Baru-baru ini dikabarkan bahwa kelompok peretas asal China telah berhasil menembus jaringan internal setidaknya sepuluh kementerian dan lembaga pemerintah Republik Indonesia.
Sebuah laporan dari The Record, dikutip Minggu (12/9) menyatakan bahwa penyusupan tersebut ditemukan oleh Inskit Group, yang merupakan divisi penelitian ancaman dari perusahaan keamanan siber swasta Recorded Future.
Mereka mengaitkan upaya menebus jaringan internal kementerian itu dengan kelompok peretas yang dikenal sebagai Mustang Panda. Kelompok tersebut dikenal dengan upaya spionase dunia maya yang menargetkan negara di kawasan Asia Tenggara.
Laporan tersebut menyebut bahwa Insikt Group pertama kali menemukan adanya aktivitas mencurigakan terhadap jaringan di beberapa kementerian pada bulan April lalu.
Adapun, sumber The Record pada bulan lalu mengatakan bahwa pihak berwenang telah mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan membersihkan sistem yang terinfeksi. Kendati demikian, peneliti Insikt menyatakan bahwa host dalam jaringan masih berkomunikasi dengan server malware dari Mustang Panda.
Hypeabis.id telah mengirimkan permintaan tanggapan terkait hal ini kepada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebagai lembaga yang bertugas melaksanakan keamanan siber dalam negeri. Akan tetapi, hingga tulisan ini dimuat belum ada tanggapan yang diterima.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.