Resensi Buku Kartu Pos Bergambar dari Buitenzorg Ajak Berkelana ke Masa Lalu
14 May 2025 |
13:38 WIB
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menelusuri cikal bakal suatu tempat, baik itu kota atau bangunan bersejarah di dalamnya. Metode yang biasanya dilakukan adalah dengan membuka lembar-lembar arsip, atau buku-buku sejarah dengan mengunjungi museum hingga perpustakaan.
Namun, siapa nyana mempelajari sejarah ternyata juga bisa dilakukan lewat kartu pos. Ibarat mesin waktu, melalui lembar-lembar kartu yang biasanya mengimak lokasi atau bangunan ikonik ini, kita dapat memasuki masa silam, yang mungkin belum penah Genhype bayangkan sebelumnya.
Baca juga: Kenang Penyair Wiji Thukul, Makarya Gelar Diskusi Buku & Musikalisi Puisi
Momen di muka itulah sepertinya yang ingin dibagikan lewat buku bertajuk Kartu Pos Bergambar dari Buitenzorg (Bogor). Buku karangan Fadli Zon dan Mahpudi itu, sesuai tajuknya mengungkai sejarah perjalanan dan potret Kota Bogor pada masa kolonial Belanda.
Menariknya, semua kelindan sejarah itu disajikan melalui kartu pos bergambar Hindia Belanda yang selama ini dikoleksi oleh Fadli Zon. Menteri Kebudayaan RI pertama di Indonesia itu selain dikenal sebagai kolektor karya seni, juga akrab dengan dunia deltiolog, alias kolektor kartu pos.
Dibuat pada 2024, papar Fadli, buku ini menghadirkan sekitar 179 kartu pos bergambar dari tahun 1890-an hingga 1930-an tentang kehidupan di Bogor. Menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa, Fadli mengungkap ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kartu pos.
Selain bukti sejarah, perangko dan kartu pos menurutnya juga bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian dari diplomasi budaya. Bukti fisik dari selembar kartu pos misalnya, juga turut memotret peristiwa-peristiwa sejarah penting di berbagai wilayah Indonesia.
"Di sana ada gambar-gambar alam, kekayaan seni, dan tradisi Indonesia untuk nantinya dikirim ke penjuru dunia," Kata Fadli yang juga menjadi Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia Periode 2017-2022, saat peluncuran buku di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.
Ibarat puzzle, membaca buku ini kita akan diperlihatkan bagaimana wajah Kota Bogor pada masa-masa yang jauh. Lanskap pegunungan Pangrango yang masih asri, aliran Sungai Cisadane yang belum keruh, atau gagahnya Gunung Salak yang menjulang.
Memiliki tebal 169 halaman, secara umum buku ini terbagi menjadi dua bagian utama. Pertama, gunung dan sungai serta keindahan panorama negeri Buitenzorg. Misalnya, keindahan Gunung Salak Gede, dan Pangrango, serta Sungai Cisadane, dan Ciliwung.
Sementara, kartu pos yang memuat salah satu ikon penting dari panorama alam di kota Hujan ini juga menggambarkan Kebun Raya Bogor, yang disajikan pada bagian tersendiri. Salah satunya sudut-sudut Kebun Raya yang masih dirindangi beringin hingga pakis.
Kedua, bagian yang menampilkan kartu pos bergambar tentang manusia dan peradaban yang mereka bangun di Buitenzorg. Dari lembar kartu pos inilah kita akan dapat mencermati bagaimana penduduk asli berbaur dengan para pendatang, terutama bangsa-bangsa Eropa.
Salah satunya terekam dalam gambar pasar di Buitenzorg pada awal abad ke-20. Diproduksi oleh Boekhandel Visser & Co, Weltevreden, kartu pos ini mengimak tentang kehidupan sebuah pasar tradisional di Bogor. Ada bendi diparkir, penjaja kelontong, dan ibu rumah tangga.
Baca juga: Cerita Reza Rahadian Garap Buku Mereka Yang Pertama, Ditulis Pakai Handphone
Membaca buku ini dan mencermati sepilihan gambar kartu pos yang ada di dalamnya akan membawa kita ke banyak peristiwa hingga tempat-tempat bersejarah. Buku kartu pos ini ibarat lorong waktu yang akan mengantar pembaca memasuki masa silam, untuk kelak memandang ke masa depan.
Data Buku
Namun, siapa nyana mempelajari sejarah ternyata juga bisa dilakukan lewat kartu pos. Ibarat mesin waktu, melalui lembar-lembar kartu yang biasanya mengimak lokasi atau bangunan ikonik ini, kita dapat memasuki masa silam, yang mungkin belum penah Genhype bayangkan sebelumnya.
Baca juga: Kenang Penyair Wiji Thukul, Makarya Gelar Diskusi Buku & Musikalisi Puisi
Momen di muka itulah sepertinya yang ingin dibagikan lewat buku bertajuk Kartu Pos Bergambar dari Buitenzorg (Bogor). Buku karangan Fadli Zon dan Mahpudi itu, sesuai tajuknya mengungkai sejarah perjalanan dan potret Kota Bogor pada masa kolonial Belanda.
Menariknya, semua kelindan sejarah itu disajikan melalui kartu pos bergambar Hindia Belanda yang selama ini dikoleksi oleh Fadli Zon. Menteri Kebudayaan RI pertama di Indonesia itu selain dikenal sebagai kolektor karya seni, juga akrab dengan dunia deltiolog, alias kolektor kartu pos.
Dibuat pada 2024, papar Fadli, buku ini menghadirkan sekitar 179 kartu pos bergambar dari tahun 1890-an hingga 1930-an tentang kehidupan di Bogor. Menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa, Fadli mengungkap ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kartu pos.
Selain bukti sejarah, perangko dan kartu pos menurutnya juga bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian dari diplomasi budaya. Bukti fisik dari selembar kartu pos misalnya, juga turut memotret peristiwa-peristiwa sejarah penting di berbagai wilayah Indonesia.
"Di sana ada gambar-gambar alam, kekayaan seni, dan tradisi Indonesia untuk nantinya dikirim ke penjuru dunia," Kata Fadli yang juga menjadi Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia Periode 2017-2022, saat peluncuran buku di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.
Ibarat puzzle, membaca buku ini kita akan diperlihatkan bagaimana wajah Kota Bogor pada masa-masa yang jauh. Lanskap pegunungan Pangrango yang masih asri, aliran Sungai Cisadane yang belum keruh, atau gagahnya Gunung Salak yang menjulang.
Memiliki tebal 169 halaman, secara umum buku ini terbagi menjadi dua bagian utama. Pertama, gunung dan sungai serta keindahan panorama negeri Buitenzorg. Misalnya, keindahan Gunung Salak Gede, dan Pangrango, serta Sungai Cisadane, dan Ciliwung.
Sementara, kartu pos yang memuat salah satu ikon penting dari panorama alam di kota Hujan ini juga menggambarkan Kebun Raya Bogor, yang disajikan pada bagian tersendiri. Salah satunya sudut-sudut Kebun Raya yang masih dirindangi beringin hingga pakis.
Kedua, bagian yang menampilkan kartu pos bergambar tentang manusia dan peradaban yang mereka bangun di Buitenzorg. Dari lembar kartu pos inilah kita akan dapat mencermati bagaimana penduduk asli berbaur dengan para pendatang, terutama bangsa-bangsa Eropa.
Salah satunya terekam dalam gambar pasar di Buitenzorg pada awal abad ke-20. Diproduksi oleh Boekhandel Visser & Co, Weltevreden, kartu pos ini mengimak tentang kehidupan sebuah pasar tradisional di Bogor. Ada bendi diparkir, penjaja kelontong, dan ibu rumah tangga.
Baca juga: Cerita Reza Rahadian Garap Buku Mereka Yang Pertama, Ditulis Pakai Handphone
Membaca buku ini dan mencermati sepilihan gambar kartu pos yang ada di dalamnya akan membawa kita ke banyak peristiwa hingga tempat-tempat bersejarah. Buku kartu pos ini ibarat lorong waktu yang akan mengantar pembaca memasuki masa silam, untuk kelak memandang ke masa depan.
Data Buku
- Judul: Kartu Pos Bergambar dari Buitenzorg (Bogor)
- Penulis: Fadli Zon & Mahpudi
- Penyunting: Nisa Rengganis
- Seting Tata Letak: A. Saeroji
- Tahun Terbit: 2024
- Jumlah Halaman: 169 Halaman
- Penerbit: Fadli Zon Library
- ISBN:9786027898356
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.