Ilustrasi pemanfaatan teknologi AI di bidang pendidikan (Sumber gambar: Freepik/DC Studio)

Komdigi Gandeng Universitas Tokyo Kembangkan Kurikulum AI, Bagaimana Penerapannya di Jepang? 

30 April 2025   |   20:30 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pemerintah Indonesia telah menaruh perhatian terhadap perkembangan dan implementasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di bidang pendidikan. Bahkan kementerian terkait telah menyebut bahwa AI akan masuk dalam kurikulum sekolah dasar (SD) mulai tahun ajaran 2025-2026. 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti pada akhir tahun lalu menyatakan bidang pengkodean (coding) dan kecerdasan buatan akan diintegrasikan ke proses belajar mengajar siswa dari level dasar. Tujuannya adalah untuk memberikan keterampilan penguasaan teknologi digital yang berkembang masif. Dengan begitu, para siswa diharapkan bisa memahami dan memanfaatkannya dengan optimal. 

Coding dan artificial intelligence sudah selesai pembahasannya. Dan itu nanti Insya Allah mulai kami terapkan pada tahun ajaran 2025-2026, tepatnya mulai pertengahan 2025,” katanya dalam Taklimat Media Akhir Tahun Kemendikdasmen

Baca juga: Begini Respons Pengamat Pendidikan soal Coding & AI Masuk Kurikulum Sekolah 

Terbaru, akhir April 2025 Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyebut akan menggandeng Universitas Tokyo untuk bekerja sama dalam pengembangan kurikulum pendidikan AI. 

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyebut pihaknya telah melakukan pertemuan dengan profesor di Departemen Manajemen Teknologi untuk Inovasi Universitas Tokyo, Yutaka Matsuo. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan digital untuk mengembangkan solusi berbasis AI. 

“Dari apa yang ditawarkan oleh Profesor Yutaka Matsuo kerjasama pengembangan kurikulum pendidikan artificial intelligence ini sangat menarik.. Dia menawarkan pengembangan hal-hal yang sifatnya teknis seperti digital knowledge dan digital skill,” katanya dalam siaran pers

Nezar mengatakan kelompok siswa yang telah mendapatkan pendidikan AI di Jepang telah menunjukkan hasil. Misalnya, membuat perusahaan rintisan (startup) yang langsung bisa memecahkan persoalan masyarakat. 

Memangnya, seperti apa implementasi AI di sektor pendidikan Jepang? 
 

AI di Pendidikan Jepang 

Pemerintah Negeri Sakura telah dengan sigap menyikapi perkembangan pesat kecerdasan buatan generatif (Generative AI), dengan masifnya penggunaan tools seperti ChatGPT pada 2023 di berbagai bidang, termasuk pendidikan. 

Dikutip dari The Japan Times, Keiko Nagaoka, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang ketika itu, mengeluarkan pedoman yang menekankan pentingnya siswa memahami kecerdasan buatan pada Juli 2024. Pedoman tersebut menjabarkan bagaimana AI generatif dapat diintegrasikan ke dalam sekolah dan universitas. 

Dia menekankan penggunaan AI di lingkup pendidikan harus difokuskan untuk membantu guru dan siswa memahami karakteristik teknologi. 
Pedoman yang dihadirkan juga memberlakukan beberapa batasan terkait pelanggaran hak cipta, kebocoran informasi pribadi, dan plagiarisme. Bahkan disebutkan bahwa para siswa tidak diperkenankan mengklaim karya sendiri seluruh laporan, esai atau karya lain yang dihasilkan oleh AI. 

Untuk itu, dengan adanya pedoman ini, diharapkan memicu serangkaian aktivitas penggunaan AI dalam pendidikan yang dimulai dengan peningkatan literasi AI di kalangan murid dan guru. 

“Berdasarkan pedoman yang melindungi (siswa dan guru) dari kerugian AI generatif, kami berkomitmen untuk mengatasi masalah, meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru, dan membina lingkungan yang aman serta efektif untuk pemanfaatan Ai dalam pendidikan,” kata Nagaoka. 
 

Artificial Intelligence (Sumber gambarL Freepik)

Artificial Intelligence (Sumber gambarL Freepik)

Melansir The AI Track, pedoman tentang pendidikan AI di Jepang mencakup beberapa poin penting. Pertama adalah menumbuhkan perspektif kritis terhadap AI. Para siswa didorong untuk mengevaluasi teknologi secara kritis meliputi pemahaman teknis hingga pertimbangan etika, implikasi sosial, dan penggunaan AI yang bertanggung jawab. 

Kedua menegakkan integritas akademik. Dengan makin banyaknya alat AI generatif, Jepang telah menaruh perhatian khusus akan hal ini. Pemerintah menetapkan protokol yang jelas untuk membedakan karya yang dibantu AI dengan kontribusi asli mahasiswa. 

Hal tersebut diwujudkan dengan upaya mendidik para siswa mengenai penggunaan tools AI secara etis, mengembangkan metode penelitian yang tidak mudah disalahgunakan oleh AI, hingga mengeksplorasi potensi AI sebagai alat pembelajaran. 

Ketiga adalah modernisasi metode penilaian. Pemerintah Negeri Sakura melakukan peninjauan kembali penilaian tradisional yang telah ditetapkan, seiring makin berkembang pesatnya teknologi digital. 

Mengambil inspirasi dari laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengenai perlunya penataan ulang penilaian pada era digital yang makin cerdas, Kementerian Pendidikan Jepang tengah berupaya untuk lebih menekankan penilaian berbasis kinerja, penilaian portofolio, penilaian formatif dan umpan balik, serta mengintegrasikan pemikiran komputasional ke dalam penilaian lintas mata pelajaran. 

Hingga kini, pedoman AI di pendidikan Jepang terus berkembang, dieksplorasi menjadi lebih komprehensif, dan mengatasi tantangan yang muncul seiring kemajuan teknologi yang terus berlangsung. 

Dari awalnya berfokus pada kesadaran dan keterampilan dasar, pedomannya telah mencakup literasi AI yang lebih mendalam, pertimbangan etika, inovasi pedagogi, hingga memastikan akses yang adil bagi semua siswa di negara tersebut. 

Dalam perkembangan terbaru pada Maret 2025, badan penyiaran publik Jepang, NHK, melaporkan bahwa negara tersebut telah memperluas pengajaran kecerdasan buatan dalam pendidikan sekolah menengah. Hal ini didasari urgensi untuk mempersiapkan generasi muda Jepang pada masa mendatang yang bakal kian kompetitif. 

Laporan itu menyebut sekitar 48 buku pelajaran sekolah menengah atas, yang mencakup delapan mata pelajaran berbeda, kini telah menjadikan AI generatif sebagai topik pembahasan. Hal ini berbeda dengan sekitar empat tahun terakhir, dengan hanya satu buku yang membahas topik tersebut. 

Baca juga: Cek Pekerjaan Bidang Kreatif yang Berisiko Tinggi Digantikan AI

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Bocoran Spesifikasi TV Xiaomi A Pro Series 2026, Meluncur 5 Mei 2025

BERIKUTNYA

Oppo Find N5 Hadir di Indonesia, Bawa Desain Tipis dan Daya Tahan Ekstrem

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: