Pengunjung mengamati karya seni yang dipamerkan pada Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Selasa (22/4/2025). (Sumber foto Hypeabis.id/Robby Fathan)

Tip Buat Kolektor Muda dari Galeri: Bangunlah Koleksi yang Bentuk Identitas Diri

27 April 2025   |   07:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Mengoleksi karya seni bukan hanya soal membeli lukisan mahal. Lebih dari itu, menjadi kolektor karya seni merupakan sebuah perjalanan personal yang menghubungkan diri ke banyak hal, mulai dari selera, emosi, hingga apresiasi terhadap nilai-nilai yang diyakini. 

Seiring semakin maraknya pameran terbuka seperti Art Jakarta Gardens 2025, ketertarikan anak muda terhadap seni pun meningkat. Dari menjadi pencinta seni, perlahan sejumlah anak-anak muda mulai menjajaki jadi kolektor baru.

Namun, bagi sebagian orang, memulai langkah pertama menjadi kolektor bisa terasa membingungkan. Beberapa pertanyaan klasik sering muncul, seperti apa sajakah karya yang layak dikoleksi, bagaimana cara menilai, hingga apakah harus paham seni dulu baru membeli? 

Dunia seni memang memiliki bahasanya sendiri, tetapi bukan berarti tak bisa diakses. Justru, menurut sejumlah galeri seni, siapa pun bisa memulai, asal tahu cara dan arah yang tepat. 

Baca juga: Geliat Penjualan Karya Seni Hari Ketiga Art Jakarta Gardens 2025
 

Karya dari Asmudjo J Irianto - Forever Sleep, Even Through He Always Wakes Up (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

Karya dari Asmudjo J Irianto - Forever Sleep, Even Through He Always Wakes Up (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

Manajer Gajah Gallery Jakarta, Liza Markus, memberikan sejumlah tip bagi pencinta seni yang ingin memulai menjadi kolektor. Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan para kolektor muda ialah memulai dengan rasa ingin tahu.

Liza menyarankan para kolektor muda untuk lebih membuka diri terhadap berbagai bentuk seni. Mulailah dengan sering-sering mengunjungi pameran, art fair, atau galeri-galeri seni di sekitar. Lihat dan rasakan, lalu catat karya-karya yang membuat kita berhenti, berpikir, atau bahkan tersenyum. 

“Banyak-banyak ke museum, sering-seringlah melihat karya apa sih yang secara kekaryaan itu lengkap. Maksudnya, karya itu bisa sebagai objek seni, lalu memiliki nilai kultural, dan memiliki pesan yang kuat dengan sendirinya,” ungkap Liza kepada Hypeabis.id saat ditemui di Art Jakarta Gardens 2025. 

Liza mengatakan tren di dunia seni akan selalu silih berganti. Akan tetapi, membekali diri dengan belajar sejarah seni rupa, belajar mengenai koleksi publik yang dimiliki galeri atau institusi publik lain itu bisa menjadi fondasi yang penting.

Dengan sendirinya, lanjutnya, kolektor muda akan mulai mengerti dan menyenangi bentuk-bentuk seni sesuai dengan preferensi pribadi. Sebab, bisa jadi, kesukaan terhadap seni setiap orang memang dapat berbeda-beda.

“Itu semua bisa membantu mengarahkan kolektor muda untuk membangun identitasnya sendiri. Jadi, bukan Cuma seniman yang punya identitas, kolektor juga bisa punya identitas,” jelasnya.

Menurutnya, menjadi menarik ketika seorang kolektor membangun koleksinya berdasarkan identitas pribadi. Sebab, kolektor yang memiliki ikatan emosional dengan karya-karya yang mereka kumpulkan cenderung lebih konsisten dan tidak mudah menyesal.

Dengan begitu, setiap karya yang masuk dalam koleksi pribadi akan memiliki karakter yang khas, karena ada alasan personal di balik pemilihannya. Narasi yang ingin dibangun di balik koleksi-koleksinya pun bisa bersifat begitu personal.

Hal inilah yang membuat koleksi-koleksi kolektor memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan galeri atau institusi seni lainnya. Pasalnya, museum misalnya, mereka memiliki tanggung jawab untuk menyajikan koleksi yang bersifat umum demi kepentingan edukasi publik. Sebaliknya, koleksi pribadi tidak dibebani tanggung jawab tersebut. 

"Karena koleksi pribadi tidak perlu menjawab rasa ingin tahu publik, maka gunakanlah kesempatan itu untuk menjawab rasa ingin tahu dan cerita hidupmu sendiri," tambahnya.
 

Patung karya Adi Gunawan bertajuk Luminous Voyage di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (

Patung karya Adi Gunawan bertajuk Luminous Voyage di Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)

Pendiri Galeri Vice & Virtue, Wilian Robin, menyampaikan bahwa pertimbangan utama sebelum mulai mengoleksi karya seni adalah memastikan bahwa kita benar-benar menyukainya. Jangan membeli hanya karena ikut-ikutan atau ingin berspekulasi mengenai harga karya tersebut yang mungkin akan menguntungkan pada kemudian hari.

Dia menjelaskan bahwa dalam dunia seni, sejatinya tidak ada hal yang bisa disebut benar atau salah. Tidak ada pula aturan yang kaku dalam membeli karya seni. Akan tetapi, yang terpenting adalah memiliki dasar yang kuat, yaitu seorang kolektor muda harus memiliki alasan yang jelas dan kokoh sebelum memutuskan untuk membeli karya seni.

“Tidak harus langsung koleksi nama besar misalnya. Carilah alasan mengapa kamu perlu mengoleksi. Apa pun itu, bisa sentimen value, apakah mengekspresikan diri, alasan emosi tertentu, dan lainnya,” tuturnya.

CO Founder Gudang Gambar Ramdhan Djuhara mengatakan kolektor muda biasanya punya kebiasaan unik ketika akan mengoleksi karya. Sebab, generasi muda ini cukup kritis sebelum membeli karya seni. 

Ramdhan mengatakan makna biasanya menjadi salah satu pertimbangan penting bagi kolektor muda sebelum mengoleksi karya seni. Di luar itu, biasanya mereka kerap mempertimbangkan sebagai bentuk investasi. 

“Membeli karya seni sebagai bentuk investasi sebenarnya tidak salah. Namun, perlu diketahui sebaiknya fondasi utamanya ialah suka dahulu. Baru ketika harganya naik, anggaplah sebagai bonus. Intinya dari hati dulu,” ungkapnya. 

Baca juga: 4 Instalasi Seni yang Mencuri Perhatian di Art Jakarta Gardens 2025

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Jadwal dan Daftar Nominasi American Music Awards 2025

BERIKUTNYA

Ekonomi Gonjang-ganjing, Kolektor Seni 'Wait & See' Menahan Transaksi di Art Jakarta Gardens 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: