5 Fakta Penting di Balik Hari Bumi yang Diperingati 22 April
22 April 2025 |
15:55 WIB
Pernah enggak Genhype sejenak berpikir, bagaimana kondisi bumi kita hari ini? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, setiap 22 April, masyarakat di seluruh dunia bersama-sama memberikan perhatian khusus pada planet yang menjadi habitat kita ini melalui peringatan Hari Bumi.
Bukan sekadar seremoni tahunan, peringatan ini memiliki sejarah panjang dan makna mendalam yang mendorong jutaan orang di dunia untuk bergerak bersama menyelamatkan bumi. Sseraya ikut ambil bagian dan merayakannya, kenali juga fakta penting seputar Hari Bumi yang berharga untuk dijadikan bahan refleksi.
Baca juga: Daftar Hari Libur Sepanjang Mei 2025, Banyak Tanggal Merah & Long Weekend
Baca juga: Daftar Hari Libur Sepanjang Mei 2025, Banyak Tanggal Merah & Long Weekend
1. Hari Bumi Pertama Kali Dirayakan pada 1970
Dilansir dari earth.org, ide untuk Hari Bumi muncul setelah serangkaian bencana lingkungan yang mengundang perhatian publik. Salah satu pemicunya adalah terbitnya buku Silent Spring karya Rachel Carson pada 1962, yang membuka mata dunia terhadap bahaya pestisida.
Lalu pada 1969, sungai Cuyahoga di Ohio terbakar karena tercemar limbah industri. Peristiwa itu menyadarkan masyarakat tentang betapa buruknya kondisi lingkungan saat itu. Sejujurnya, meski ada banyak kelompok yang sudah bergerak di bidang lingkungan, namun mereka belum bersatu dalam satu gerakan besar, hingga akhirnya Hari Bumi dicetuskan.
Perayaan ini pertama kali diperingati pada 22 April 1970, ketika lebih dari 20 juta orang turun ke jalan di berbagai kota di Amerika Serikat. Di New York, Fifth Avenue bahkan ditutup karena ribuan orang berkumpul melakukan unjuk rasa dan aksi bersih-bersih. Suasananya bahkan terasa seperti perayaan, dengan warga piknik di tengah jalan dan menyanyikan lagu "Happy Earth Day to You".
2. Hari Bumi Jadi Peringatan Non-Religi Terbesar di Dunia
Meski awalnya hanya digagas di Amerika Serikat, Hari Bumi menjelma menjadi peringatan global. Sejak 1990, gerakan ini meluas ke seluruh dunia. Saat itu, kampanye besar berhasil memobilisasi 200 juta orang di 141 negara. Ini menjadi tonggak penting yang menandai transisi Hari Bumi dari gerakan lokal menjadi agenda dunia.
Kini, setiap tahun sekitar satu miliar orang di lebih dari 190 negara ambil bagian dalam berbagai kegiatan Hari Bumi. Aksi ini tidak hanya diisi oleh warga sipil, tapi juga melibatkan sekolah, komunitas, pemerintah, dan sektor swasta. Gerakan ini melintasi batas negara, budaya, bahkan politik, karena satu hal yang menyatukan semua manusia.
3. Tanggal 22 April Dipilih Agar Mahasiswa Bisa Ikut Terlibat
Pemilihan tanggal 22 April bukan tanpa pertimbangan strategis. Tanggal ini dipilih oleh Gaylord Nelson dan Denis Hayes karena jatuh di tengah-tengah jadwal perkuliahan, tepat setelah libur musim semi dan sebelum ujian akhir. Tujuannya untuk memastikan mahasiswa yang saat itu menjadi kekuatan besar dalam gerakan sosial, bisa berpartisipasi maksimal dalam kegiatan Hari Bumi.
Kondisi cuaca yang mendukung juga menjadi alasan lain. Dengan cuaca yang hangat dan cerah pada musim semi, kegiatan luar ruangan seperti unjuk rasa, bersih-bersih lingkungan, atau piknik edukatif bisa berjalan lancar. Strategi ini terbukti efektif karena mahasiswa menjadi garda terdepan dalam perayaan dan penyebaran pesan Hari Bumi sejak pertama kali digelar.
4. Puluhan Juta Pohon Telah Ditanam Berkat Hari Bumi
Salah satu dampak konkret dari gerakan Hari Bumi adalah aksi nyata dalam penanaman pohon di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 18 juta hektare hutan hilang akibat deforestasi, menurut data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
Untuk merespons krisis ini, earthday.org meluncurkan The Canopy Project pada 2010. Sebuah inisiatif global yang fokus pada restorasi lahan melalui penanaman pohon. Sejak diluncurkan, proyek ini telah menanam puluhan juta pohon di berbagai negara, termasuk kawasan rawan bencana, lahan kritis, dan daerah yang terdampak konflik.
Baca juga: Google Doodle Ikut Rayakan Hari Kuantum Sedunia Tiap 14 April
Untuk merespons krisis ini, earthday.org meluncurkan The Canopy Project pada 2010. Sebuah inisiatif global yang fokus pada restorasi lahan melalui penanaman pohon. Sejak diluncurkan, proyek ini telah menanam puluhan juta pohon di berbagai negara, termasuk kawasan rawan bencana, lahan kritis, dan daerah yang terdampak konflik.
Baca juga: Google Doodle Ikut Rayakan Hari Kuantum Sedunia Tiap 14 April
Penanaman pohon ini bukan hanya sekadar simbol, tapi strategi jangka panjang dalam memerangi perubahan iklim dan menjaga keseimbangan ekosistem.
5. Tema Hari Bumi 2025 Fokus pada Energi Terbarukan
Setiap tahun, Hari Bumi hadir dengan tema yang relevan dengan kondisi krisis lingkungan global. Pada 2025, Hari Bumi mengusung tema Our Power, Our Planet, yang menyoroti pentingnya energi terbarukan dalam mengatasi krisis iklim. Tema ini juga selaras dengan hasil Konferensi Perubahan Iklim COP28, di mana para pemimpin dunia bersepakat untuk melipatgandakan kapasitas energi bersih hingga tiga kali lipat pada 2030.
Dengan tema ini, Hari Bumi mendorong masyarakat dunia untuk bersatu mendukung transisi energi bersih dan meninggalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Aksi kecil seperti menghemat listrik, mendukung kebijakan energi hijau, atau memilih transportasi ramah lingkungan bisa menjadi kontribusi nyata. Ini saatnya kita menyadari bahwa kekuatan perubahan ada di tangan kita sendiri.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.