Resmi Dibuka, Pameran Misykat Tampilkan Artefak Islam Nusantara dari Situs Bongal
18 April 2025 |
07:19 WIB
Setelah menghelat pameran Kongsi: Akulturasi Budaya Tionghoa di Nusantara, Museum Nasional Indonesia (MNI) kembali menghelat pameran baru yang mengetengahkan peradaban Islam di Nusantara, bertajuk Misykat: Cahaya Peradaban Indonesia.
Sesuai tajuknya, pameran ini akan mengajak Genhype untuk mengeksplorasi tentang sejarah perjalanan panjang kehadiran Islam di Nusantara. Uniknya, seteleng ini juga membawa premis tentang kehadiran Islam di Nusantara sejak abad ke-7 sampai 8 Masehi.
Informasi ini, tak ayal bakal memperkaya pemahaman Genhype terkait periode kedatangan Islam di Nusantara yang lebih awal dari perkiraan sebelumnya, sekaligus menegaskan posisi Nusantara sebagai simpul penting dalam jaringan perdagangan global.
Baca juga: Art Jakarta Gardens 2025 Siap Digelar, Tampilkan Puluhan Patung Karya Seniman Indonesia
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengungkap perjalanan Islam di Nusantara yang berlangsung melalui jalur damai, seperti perdagangan, pendidikan, dan kesenian tak ayal melahirkan sintetis budaya yang khas dibanding dengan negara Muslim lain di dunia.
Momen tersebut misalnya, tercermin dari peninggalan berbagai mushaf Alquran di penjuru Nusantara. Lain dari itu ada pula nisan-nisan khas di berbagai daerah, manuskrip keagamaan, karya sastra, hingga arsitektur masjid yang adaptif dari kebudayaan sebelumnya.
"Pameran ini juga fokus pada penemuan Situs Bongal di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Situs ini ditemukan pada 2019, yang kemungkinan besar dulunya merupakan pusat peradaban di wilayah Barat Pantai Sumatera, akan tetapi tertutup akibat tsunami," katanya saat ditemui awak media, Kamis (17/4/25).
Selain menarasikan sejarah peradaban Islam di Nusantara, pameran ini menurut Menbud juga menyajikan sejumlah temuan penting di situs Bongal. Di antaranya adalah artefak seperti koin dinasti Umayyah, manik-manik Islam, dan kafur aromatik yang memperkuat bukti bahwa Islam telah hadir di Nusantara sejak abad ke-7.
Lain dari itu dinarasikan pula temuan berbagai mushaf Alquran di Indonesia, baik yang dituliskan secara manual maupun replika. Berbeda dari mushaf Alquran yang kita kenal sekarang, ayat-ayat suci tersebut sebelumnya ditulis dengan indah oleh para ulama, sehingga menjelma artefak seni budaya.
"Dari pameran ini, kita juga bisa menulis ulang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini diyakini dimulai pada abad ke-13 SM. Namun dari temuan situs Bongal ini kita bisa melihat Islam masuk di Nusantara lebih awal," imbuhnya.
Kurator pameran Misykat, Ichwan Azhari mengatakan, pameran ini menyuguhkan lebih dari 300 koleksi artefak dari berbagai institusi. Di antaranya dari museum dan kolektor yang mencakup periode sejarah yang luas, mulai dari masa kedatangan Islam hingga era modern.
Secara umum, dia mengungkap pameran ini dibagi menjadi 10 area kuratorial yang mengangkat tema-tema penting. Titik toloknya dimulai dari situs Bongal, dakwah Wali Songo, hingga kontribusi pers Islam abad ke-19 sampai ke-20, yang menyuarakan pesan-pesan pendidikan, kemerdekaan, dan kesadaran berbangsa.
"Situs Bongal itu ditemukan oleh para penambang, makanya kajian terkait situs ini belum masuk dalam buku-buku sejarah. Salah satu koin emas pada dinasti Umayyah yang ditemukan pada situs ini juga baru terjadi pada akhir 2024. Oleh karena itu situs ini akan terus dipelajari," katanya.
Sebagai tambahan informasi, pameran Misykat sebelumnya telah dibuka untuk undangan khusus pada 26 Maret 2025. Namun, pameran ini baru diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada Kamis, (17/4/25). Pameran Misykat dapat dikunjungi publik hingga Juni 2025.
Adapun harga tiket bagi masyarakat yang tertarik datang adalah Rp25.000. Akan tetapi, sebelum menikmati pameran ini masyarakat diwajibkan membeli tiket masuk ke MNI sebesar Rp15.000 bagi anak usia 3-12 tahun, Rp25.000 untuk dewasa dan Rp50.000 untuk WNA.
Pembelian tiket pameran dapat dilakukan secara langsung di tempat yakni di loket museum ataupun melalui aplikasi Traveloka. Dihelatnya pameran ini adalah upaya dari Museum dan Cagar Budaya (IHA) dalam melakukan tugasnya dalam mempromosikan kegiatan budaya sebagai upaya penguatan wawasan masyarakat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Sesuai tajuknya, pameran ini akan mengajak Genhype untuk mengeksplorasi tentang sejarah perjalanan panjang kehadiran Islam di Nusantara. Uniknya, seteleng ini juga membawa premis tentang kehadiran Islam di Nusantara sejak abad ke-7 sampai 8 Masehi.
Informasi ini, tak ayal bakal memperkaya pemahaman Genhype terkait periode kedatangan Islam di Nusantara yang lebih awal dari perkiraan sebelumnya, sekaligus menegaskan posisi Nusantara sebagai simpul penting dalam jaringan perdagangan global.
Baca juga: Art Jakarta Gardens 2025 Siap Digelar, Tampilkan Puluhan Patung Karya Seniman Indonesia
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengungkap perjalanan Islam di Nusantara yang berlangsung melalui jalur damai, seperti perdagangan, pendidikan, dan kesenian tak ayal melahirkan sintetis budaya yang khas dibanding dengan negara Muslim lain di dunia.
Momen tersebut misalnya, tercermin dari peninggalan berbagai mushaf Alquran di penjuru Nusantara. Lain dari itu ada pula nisan-nisan khas di berbagai daerah, manuskrip keagamaan, karya sastra, hingga arsitektur masjid yang adaptif dari kebudayaan sebelumnya.
"Pameran ini juga fokus pada penemuan Situs Bongal di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Situs ini ditemukan pada 2019, yang kemungkinan besar dulunya merupakan pusat peradaban di wilayah Barat Pantai Sumatera, akan tetapi tertutup akibat tsunami," katanya saat ditemui awak media, Kamis (17/4/25).
Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (tengah) saat meninjau pameran Misykat: Cahaya Peradaban Indonesia di Museum Nasional Indonesia (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Selain menarasikan sejarah peradaban Islam di Nusantara, pameran ini menurut Menbud juga menyajikan sejumlah temuan penting di situs Bongal. Di antaranya adalah artefak seperti koin dinasti Umayyah, manik-manik Islam, dan kafur aromatik yang memperkuat bukti bahwa Islam telah hadir di Nusantara sejak abad ke-7.
Lain dari itu dinarasikan pula temuan berbagai mushaf Alquran di Indonesia, baik yang dituliskan secara manual maupun replika. Berbeda dari mushaf Alquran yang kita kenal sekarang, ayat-ayat suci tersebut sebelumnya ditulis dengan indah oleh para ulama, sehingga menjelma artefak seni budaya.
"Dari pameran ini, kita juga bisa menulis ulang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini diyakini dimulai pada abad ke-13 SM. Namun dari temuan situs Bongal ini kita bisa melihat Islam masuk di Nusantara lebih awal," imbuhnya.
Kurator pameran Misykat, Ichwan Azhari mengatakan, pameran ini menyuguhkan lebih dari 300 koleksi artefak dari berbagai institusi. Di antaranya dari museum dan kolektor yang mencakup periode sejarah yang luas, mulai dari masa kedatangan Islam hingga era modern.
Secara umum, dia mengungkap pameran ini dibagi menjadi 10 area kuratorial yang mengangkat tema-tema penting. Titik toloknya dimulai dari situs Bongal, dakwah Wali Songo, hingga kontribusi pers Islam abad ke-19 sampai ke-20, yang menyuarakan pesan-pesan pendidikan, kemerdekaan, dan kesadaran berbangsa.
"Situs Bongal itu ditemukan oleh para penambang, makanya kajian terkait situs ini belum masuk dalam buku-buku sejarah. Salah satu koin emas pada dinasti Umayyah yang ditemukan pada situs ini juga baru terjadi pada akhir 2024. Oleh karena itu situs ini akan terus dipelajari," katanya.
Sejumlah manuskrip dengan huruf Arab Jawa Pegon dalam pameran Misykat: Cahaya Peradaban Indonesia di Museum Nasional Indonesia (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Sebagai tambahan informasi, pameran Misykat sebelumnya telah dibuka untuk undangan khusus pada 26 Maret 2025. Namun, pameran ini baru diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada Kamis, (17/4/25). Pameran Misykat dapat dikunjungi publik hingga Juni 2025.
Adapun harga tiket bagi masyarakat yang tertarik datang adalah Rp25.000. Akan tetapi, sebelum menikmati pameran ini masyarakat diwajibkan membeli tiket masuk ke MNI sebesar Rp15.000 bagi anak usia 3-12 tahun, Rp25.000 untuk dewasa dan Rp50.000 untuk WNA.
Pembelian tiket pameran dapat dilakukan secara langsung di tempat yakni di loket museum ataupun melalui aplikasi Traveloka. Dihelatnya pameran ini adalah upaya dari Museum dan Cagar Budaya (IHA) dalam melakukan tugasnya dalam mempromosikan kegiatan budaya sebagai upaya penguatan wawasan masyarakat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.