Menyajikan Interaksi Manusia & Alam dalam Karya Blanket Talks - Series 2 dan My Mother is Cicada
13 April 2025 |
09:13 WIB
Hubungan antara manusia dan alam sangat beragam. Satu di antaranya kerap merugikan karena hanya memanfaatkan tanpa menjaga kelestariannya. Akan tetapi, yang lainnya memiliki koneksi lebih dari itu, dan bahkan memasuki ranah spiritual.
Hubungan antara alam dan manusia yang menunjukkan ketidakseimbangan tersaji dalam karya seniman Mella Jaarsma berjudul Blanket Talks – Series 2, yang dipadukan dengan performance dari Elisa Sutanudjaja dan Sekar Banjaran Aji.
Dalam karya itu, motif-motif di atas kain tampak begitu bagus, seperti batik. Akan tetapi, di baliknya terdapat “kegetiran” tentang kondisi alam yang ada di Indonesia. Ya, pola-pola yang tercetak di atas kain dalam Blanket Talks – Series 2 itu adalah citra satelit tentang kondisi alam di sejumlah daerah di Tanah Air.
Baca juga: Agenda Pameran Seni April 2025, Ada Semesta Arkiv & There is No Center
Beberapa wilayah, akibat ulah tangan manusia menjadi hancur, meninggalkan kerusakan yang sangat mahal dan mungkin sulit untuk diperbaiki. Galian tambang, pembabatan hutan, dan sebagainya menimbulkan luka yang mungkin sembuh atau justru tidak sama sekali. Pada ujungnya, umat manusia juga yang akan mengalami kerugian demi keuntungan semata yang tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi.
Mella mengungkapkan karya Blanket Talks – Series 2 dibuat karena dirinya merasa memiliki banyak urgensi terkait hubungan antara manusia dan lingkungan, terutama di Indonesia. “Saya sebagai seniman merasa kurang untuk hanya menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan di dalam karya seni rupa gitu menjadi semacam simbolisasi atau apa,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Dengan begitu, dia pun memutuskan untuk membuat art performance dengan melibatkan artis lain untuk masuk menjadi bagian dalam karya, dan langsung berbicara mengenai masalah-masalah dihadapi oleh manusia pada saat ini.
Karya Blanket Talks – Series 2 menjadi semacam ide untuk menarik orang masuk, bicara, dan mengangkat isu-isu tentang alam. Lewat komunikasi yang langsung terjadi dengan para penikmat karya, Mella berharap pikiran banyak orang dapat terbuka dengan masalah-masalah lingkungan yang terpampang nyata.
Banyak penikmat karya dapat memahami kondisi lingkungan yang terjadi dari performance langsung, yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Meskipun banyak orang bisa membaca langsung melalui internet, kegiatan mendengarkan langsung akan menyajikan pengalaman yang berbeda.
Lebih dari sekadar membuka pikiran tentang kondisi alam saat ini, terdapat harapan dari Mella untuk membuat para penikmat karyanya bergerak menjaga alam dan mencari solusi atas masalah yang terjadi selama ini. “Mengurangi plastik atau ada banyak lainnya,” katanya.
Blanket Talks – Series 2 merupakan karya yang dibuat pertama kali untuk pameran di Lahore, Pakistan. Pada saat itu, Mella mendapatkan undangan untuk tampil dan menjadi bagian di biennale di negara tersebut.
Mella yang tertarik dengan teknik cetak kayu melihat bahwa teknik tersebut juga terkenal di Lahore dan masalah lingkungan menjadi tema yang diangkat ketika itu. Jika pada umumnya pola yang dibuat dalam cetak kayu berupa bunga, dia memiliki pikiran untuk menampilkan citra bumi dari deforestasi.
Tanah-tanah yang sudah digali atau hutan yang telah ditebang menciptakan semacam pola. “Nah itu dari seluruh Indonesia aku ambil 8 titik itu, terus aku zoom in, nah itu yang seperti gambar-gambar yang ada di setiap baris itu, itu salah satu galian di bumi di Indonesia,” katanya.
Kurator Dennise Lai mengatakan bahwa Rab adalah seniman eksperimental muda dari Vietnam. Dia belajar secara otodidak dan berkarya dengan berbagai disiplin ilmu, yakni mulai dari menggambar, menulis, teater, hingga art performance.
Karya My mother is a Cicada merupakan gabungan dari seni instalasi dan art performance. Karya ini menceritakan kisah seorang Cicada yang menemukan diri sendiri dan hubungan dengan Tuhan dalam sosok sang ibu.
Narasinya terdiri dari 17 langkah dalam cerita. Rab mengolah medium tepung beras , yang merupakan bahan yang digunakan untuk membuat bejana-bejana dalam seni instalasi, sebagai persembahan bagi leluhur.
“Namun, baginya, ini juga merupakan sentuhan pribadi karena saat ia masih muda, dia juga diberi bahan ini oleh nenek seorang teman untuk dimainkan sebagai semacam bahan untuk memahat,” ujarnya.
Sementara itu, dalam pertunjukannya, Rab mengonsumsi sekaligus membangun seni instalasi tersebut. Art performance sang seniman benar-benar mempertimbangkan pertanyaan yang sangat manusiawi, seperti apa artinya menjadi manusia, apa artinya memiliki hubungan dengan makhluk yang lebih tinggi.
Selain itu, karya ini juga menjadi pertanyaan tentang kehidupan, kelahiran, pembusukan, dan kematian. Dalam seni instalasi yang dibuat, dia membentuk menara sebagai platform bagi bejana-bejana yang ada untuk naik ke surga.
Dia juga menyajikan tanah di bagian bawah menara dan menjadi salah satu medium yang sering muncul dalam kekaryaannya. Tanah ini merupakan simbol asal-usul bumi dan juga manusia. Sang seniman menyajikan 2 bagian dalam karyanya, yakni keberadaan langit dan bumi dengan semacam lingkaran horizontal yang digambar di lantai.
Baca juga: Menikmati Pameran The Paper Menagerie, Saat Ekspresi Seni Dituang Lewat Kertas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Hubungan antara alam dan manusia yang menunjukkan ketidakseimbangan tersaji dalam karya seniman Mella Jaarsma berjudul Blanket Talks – Series 2, yang dipadukan dengan performance dari Elisa Sutanudjaja dan Sekar Banjaran Aji.
Dalam karya itu, motif-motif di atas kain tampak begitu bagus, seperti batik. Akan tetapi, di baliknya terdapat “kegetiran” tentang kondisi alam yang ada di Indonesia. Ya, pola-pola yang tercetak di atas kain dalam Blanket Talks – Series 2 itu adalah citra satelit tentang kondisi alam di sejumlah daerah di Tanah Air.
Baca juga: Agenda Pameran Seni April 2025, Ada Semesta Arkiv & There is No Center
Karya Blanket Talks - Series 2 (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)
Mella mengungkapkan karya Blanket Talks – Series 2 dibuat karena dirinya merasa memiliki banyak urgensi terkait hubungan antara manusia dan lingkungan, terutama di Indonesia. “Saya sebagai seniman merasa kurang untuk hanya menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan di dalam karya seni rupa gitu menjadi semacam simbolisasi atau apa,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Dengan begitu, dia pun memutuskan untuk membuat art performance dengan melibatkan artis lain untuk masuk menjadi bagian dalam karya, dan langsung berbicara mengenai masalah-masalah dihadapi oleh manusia pada saat ini.
Karya Blanket Talks – Series 2 menjadi semacam ide untuk menarik orang masuk, bicara, dan mengangkat isu-isu tentang alam. Lewat komunikasi yang langsung terjadi dengan para penikmat karya, Mella berharap pikiran banyak orang dapat terbuka dengan masalah-masalah lingkungan yang terpampang nyata.
Banyak penikmat karya dapat memahami kondisi lingkungan yang terjadi dari performance langsung, yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Meskipun banyak orang bisa membaca langsung melalui internet, kegiatan mendengarkan langsung akan menyajikan pengalaman yang berbeda.
Block print kayu (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)
Blanket Talks – Series 2 merupakan karya yang dibuat pertama kali untuk pameran di Lahore, Pakistan. Pada saat itu, Mella mendapatkan undangan untuk tampil dan menjadi bagian di biennale di negara tersebut.
Mella yang tertarik dengan teknik cetak kayu melihat bahwa teknik tersebut juga terkenal di Lahore dan masalah lingkungan menjadi tema yang diangkat ketika itu. Jika pada umumnya pola yang dibuat dalam cetak kayu berupa bunga, dia memiliki pikiran untuk menampilkan citra bumi dari deforestasi.
Tanah-tanah yang sudah digali atau hutan yang telah ditebang menciptakan semacam pola. “Nah itu dari seluruh Indonesia aku ambil 8 titik itu, terus aku zoom in, nah itu yang seperti gambar-gambar yang ada di setiap baris itu, itu salah satu galian di bumi di Indonesia,” katanya.
My Mother is a Cicada
Di sisi lain, seniman asal Vietnam, yakni Rab menyajikan hubungan antara alam dan manusia dalam tema spiritual berjudul My mother is a Cicada. Dia memasukkan unsur alam, seperti tanah dan tepung beras untuk membentuk berbagai simbol yang menghubungkan diri dengan Tuhan dan sosok sang ibu.Kurator Dennise Lai mengatakan bahwa Rab adalah seniman eksperimental muda dari Vietnam. Dia belajar secara otodidak dan berkarya dengan berbagai disiplin ilmu, yakni mulai dari menggambar, menulis, teater, hingga art performance.
Karya My mother is a Cicada merupakan gabungan dari seni instalasi dan art performance. Karya ini menceritakan kisah seorang Cicada yang menemukan diri sendiri dan hubungan dengan Tuhan dalam sosok sang ibu.
Seniman Rab dalam karya My mother is Cicada (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)
“Namun, baginya, ini juga merupakan sentuhan pribadi karena saat ia masih muda, dia juga diberi bahan ini oleh nenek seorang teman untuk dimainkan sebagai semacam bahan untuk memahat,” ujarnya.
Sementara itu, dalam pertunjukannya, Rab mengonsumsi sekaligus membangun seni instalasi tersebut. Art performance sang seniman benar-benar mempertimbangkan pertanyaan yang sangat manusiawi, seperti apa artinya menjadi manusia, apa artinya memiliki hubungan dengan makhluk yang lebih tinggi.
Selain itu, karya ini juga menjadi pertanyaan tentang kehidupan, kelahiran, pembusukan, dan kematian. Dalam seni instalasi yang dibuat, dia membentuk menara sebagai platform bagi bejana-bejana yang ada untuk naik ke surga.
Dia juga menyajikan tanah di bagian bawah menara dan menjadi salah satu medium yang sering muncul dalam kekaryaannya. Tanah ini merupakan simbol asal-usul bumi dan juga manusia. Sang seniman menyajikan 2 bagian dalam karyanya, yakni keberadaan langit dan bumi dengan semacam lingkaran horizontal yang digambar di lantai.
Baca juga: Menikmati Pameran The Paper Menagerie, Saat Ekspresi Seni Dituang Lewat Kertas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.