Agenda Pameran Seni April 2025, Ada Semesta Arkiv & There is No Center
10 April 2025 |
09:21 WIB
Ada banyak pameran dan agenda seni yang digelar sepanjang April di Jakarta. Sejumlah seteleng ini tentu bisa menjadi tujuan destinasi wisata Genhype untuk menikmati waktu luang seraya melihat karya seni dari sejumlah seniman dari Tanah Air dan luar negeri.
Pada bulan keempat kalender Gregorian ini sejumlah galeri seni membuka ekshibisi yang dapat dinikmati publik baik secara gratis atau berbayar. Genhype tentu dapat mengunjunginya untuk menyegarkan pikiran dan menambah pengetahuan baru.
Baca juga: 7 Event Akhir Pekan Menarik di Jakarta, Konser Idol Kpop sampai Pameran Seni
Dihimpun dari berbagai sumber resmi, berikut pameran yang dapat dikunjungi seraya menikmati momen ngabuburit di Jakarta sepanjang April 2025:
Semesta Arkiv merupakan pameran tunggal dari seniman kontemporer asal Bandung, Arkiv Vilmansa yang berlangsung hingga 11 Mei 2025 di Galnas. Sesuai tajuknya pameran ini menyoroti jejak baru Arkiv dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia.
Berbeda dengan karya-karyanya yang terinspirasi dari komik, budaya pop, dan art toys, pada pameran ini Arkiv memang lebih banyak mengungkai biota laut. Termasuk kembali menghadirkan 2 karakter ikoniknya Raga dan Runa, mamalia paus gigantik di luar ruang.
Secara umum pameran dibagi menjadi 5 tema besar yang menandai fase-fase perjalanan Arkiv . Kelimanya adalah Metaphor of Memories, Monument of Sense (MICKIV HOPE X SUNARYO), Widya Segara (Wisdom of the Sea), Laut Semua Warna, dan Sintesa.
Adalah pameran koleksi Bentara Budaya yang menampilkan secuplik sejarah perjalanan seni grafis di Indonesia. Total, seteleng ini diikuti oleh sebanyak 70 pegrafis dengan 209 karya dengan berbagai pendekatan seni grafis yang tentunya layak untuk dikunjungi.
Berlangsung hingga 15 April 2025, pameran ini juga menghadirkan karya sejumlah pemenang Triennial Seni Grafis Indonesia yang dihelat oleh Bentara Budaya pada dekade 2000-an. Termasuk karya dari Agus Suwage, Agus Yulianto, Agung Prabowo, Andre Tanama, dan Anggara Tua Sitompul.
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants merupakan karya dari kolektif seniman Kepulauan Selat Torres Australia, Erub Arts. Pameran ini menampilkan 18 karya seni tenun tangan berupa kawanan ikan, penyu laut, dan pari manta, yang terbuat dari limbah pukat ikan.
Terinspirasi oleh laut, seteleng ini secara umum menghadirkan berbagai bentuk karya seni yang mengimak keberagaman ekosistem lautan di Indonesia dan Australia. Di antaranya dengan memacak kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa yang dibuat dari jaring.
Total pameran ini menampilkan karya seni dari 8 perupa dari Negeri Kanguru. Di antaranya adalah Ellarose Savage, Emma Gela, Florence Gutchen, Jimmy John Thaiday, Jimmy K. Thaiday, Lavinia Ketchell, Nancy Naawi dan Racy Oui-Pitt.
Merupakan pameran tunggal dari Ryoji Ikeda di Urban Forest Cipete, Jakarta. Ryoji Ikeda adalah komponis dan seniman audio visual asal Jepang. Dia dikenal dengan karya-karya berbasis data, suara elektronik minimalis, serta eksplorasi hubungan antara suara, cahaya, dan matematika.
Berlangsung hingga 13 April 2025, seteleng ini secara umum mengungkai kelindan data yang diejawantahkan dalam karya seni dengan perpaduan audio visual. Total, Ryoji memboyong 3 karya instalasi bertajuk Data.Tron, Data.Scan [nº1-9], dan Data.Flux [nº1].
Ketiga karya tersebut adalah bagian dari 5 seri karya bertajuk Datamatic, yang dibuat pada 2006 oleh Ryoji untuk memahami multi-substansi data tak kasatmata. Uniknya, semua proyeksi data yang dihadirkan dibalut dalam dinamika bunyi, sorot cahaya, dan diolah dengan komputasi yang matematis.
Berbeda dengan pameran-pameran di muka, There is No Center di ROH Gallery sepertinya yang paling menarik untuk dikunjungi. Pasalnya pameran ini menampilkan karya dari 18 seniman dalam dan luar negeri yang terus berubah selama 3 bulan penyelenggaraannya, hingga 13 April 2025.
Keunikan pameran ini adalah merespon situasi yang terus berubah. Dengan kata lain, galeri ini juga mengusung konsep pameran yang berbeda dengan ekshibisi pada umumnya yang kerap statis. Sehingga karya yang ditampilkan bakal terus mengalami perubahan selama rentang waktu pameran.
Baca juga: Kids Biennale 2025 Ajak Generasi Muda Berekspresi Lewat Karya Seni, Cek Syaratnya
Pada bulan keempat kalender Gregorian ini sejumlah galeri seni membuka ekshibisi yang dapat dinikmati publik baik secara gratis atau berbayar. Genhype tentu dapat mengunjunginya untuk menyegarkan pikiran dan menambah pengetahuan baru.
Baca juga: 7 Event Akhir Pekan Menarik di Jakarta, Konser Idol Kpop sampai Pameran Seni
Dihimpun dari berbagai sumber resmi, berikut pameran yang dapat dikunjungi seraya menikmati momen ngabuburit di Jakarta sepanjang April 2025:
1. Semesta Arkiv, Galeri Nasional Indonesia
Semesta Arkiv merupakan pameran tunggal dari seniman kontemporer asal Bandung, Arkiv Vilmansa yang berlangsung hingga 11 Mei 2025 di Galnas. Sesuai tajuknya pameran ini menyoroti jejak baru Arkiv dalam mengeksplorasi tema biota laut di Indonesia.
Berbeda dengan karya-karyanya yang terinspirasi dari komik, budaya pop, dan art toys, pada pameran ini Arkiv memang lebih banyak mengungkai biota laut. Termasuk kembali menghadirkan 2 karakter ikoniknya Raga dan Runa, mamalia paus gigantik di luar ruang.
Secara umum pameran dibagi menjadi 5 tema besar yang menandai fase-fase perjalanan Arkiv . Kelimanya adalah Metaphor of Memories, Monument of Sense (MICKIV HOPE X SUNARYO), Widya Segara (Wisdom of the Sea), Laut Semua Warna, dan Sintesa.
2. Menyapa Nurani, Mencatat Kehidupan, Bentara Budaya Jakarta
Adalah pameran koleksi Bentara Budaya yang menampilkan secuplik sejarah perjalanan seni grafis di Indonesia. Total, seteleng ini diikuti oleh sebanyak 70 pegrafis dengan 209 karya dengan berbagai pendekatan seni grafis yang tentunya layak untuk dikunjungi.
Berlangsung hingga 15 April 2025, pameran ini juga menghadirkan karya sejumlah pemenang Triennial Seni Grafis Indonesia yang dihelat oleh Bentara Budaya pada dekade 2000-an. Termasuk karya dari Agus Suwage, Agus Yulianto, Agung Prabowo, Andre Tanama, dan Anggara Tua Sitompul.
3. Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants, Museum Bahari
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants merupakan karya dari kolektif seniman Kepulauan Selat Torres Australia, Erub Arts. Pameran ini menampilkan 18 karya seni tenun tangan berupa kawanan ikan, penyu laut, dan pari manta, yang terbuat dari limbah pukat ikan.
Terinspirasi oleh laut, seteleng ini secara umum menghadirkan berbagai bentuk karya seni yang mengimak keberagaman ekosistem lautan di Indonesia dan Australia. Di antaranya dengan memacak kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa yang dibuat dari jaring.
Total pameran ini menampilkan karya seni dari 8 perupa dari Negeri Kanguru. Di antaranya adalah Ellarose Savage, Emma Gela, Florence Gutchen, Jimmy John Thaiday, Jimmy K. Thaiday, Lavinia Ketchell, Nancy Naawi dan Racy Oui-Pitt.
4. Scan.Tron.Flux.,Urban Forest Cipete
Merupakan pameran tunggal dari Ryoji Ikeda di Urban Forest Cipete, Jakarta. Ryoji Ikeda adalah komponis dan seniman audio visual asal Jepang. Dia dikenal dengan karya-karya berbasis data, suara elektronik minimalis, serta eksplorasi hubungan antara suara, cahaya, dan matematika.
Berlangsung hingga 13 April 2025, seteleng ini secara umum mengungkai kelindan data yang diejawantahkan dalam karya seni dengan perpaduan audio visual. Total, Ryoji memboyong 3 karya instalasi bertajuk Data.Tron, Data.Scan [nº1-9], dan Data.Flux [nº1].
Ketiga karya tersebut adalah bagian dari 5 seri karya bertajuk Datamatic, yang dibuat pada 2006 oleh Ryoji untuk memahami multi-substansi data tak kasatmata. Uniknya, semua proyeksi data yang dihadirkan dibalut dalam dinamika bunyi, sorot cahaya, dan diolah dengan komputasi yang matematis.
5. There is No Center, ROH Gallery
Berbeda dengan pameran-pameran di muka, There is No Center di ROH Gallery sepertinya yang paling menarik untuk dikunjungi. Pasalnya pameran ini menampilkan karya dari 18 seniman dalam dan luar negeri yang terus berubah selama 3 bulan penyelenggaraannya, hingga 13 April 2025.
Keunikan pameran ini adalah merespon situasi yang terus berubah. Dengan kata lain, galeri ini juga mengusung konsep pameran yang berbeda dengan ekshibisi pada umumnya yang kerap statis. Sehingga karya yang ditampilkan bakal terus mengalami perubahan selama rentang waktu pameran.
Baca juga: Kids Biennale 2025 Ajak Generasi Muda Berekspresi Lewat Karya Seni, Cek Syaratnya
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.