Rekam Jejak Titiek Puspa, Seniman Serba Bisa yang Tak Lekang oleh Waktu
10 April 2025 |
17:47 WIB
Sudarwati, mungkin nama ini kurang familiar untuk kamu dengar. Namun bagaimana dengan Titiek Puspa? Pasti kamu langsung teringat dia adalah pelantun lagu 'Gang Kelinci' atau 'Kupu Kupu Malam.' Di usianya yang hampir seabad, musisi legendaris itu tetap eksis dan selalu tampil prima dalam setiap kesempatan.
Lahir di Tanjung, Kalimantan Selatan, 1 November 1937, wanita yang karib disap Eyang Titiek ini terjun ke dunia hiburan sejak dia masih belia, tepatnya pada usia 14 tahun. Sudarwati yang kemudian berganti nama menjadi Kadarwati, memutuskan ingin terjun ke dunia hiburan, memupuskan impiannya menjdi guru Taman Kanak-kanak (TK). Namun sayang kedua orang tuanya, Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam tidak mendukung langkah tersebut.
Untung tekadnya untuk menjadi penyanyi sangat kuat dan dia pun berbakat. Suara merdu, membawanya ke panggung kontes menyanyi antar sekolah hingga daerah. Saya mulai jadi artis umur 15 tahun. “Terhitung dari mulai dapat amplop," ujar Titiek saat merayakan ulang tahun ke-85 pada November 2022.
Baca juga: Gejala & Penyebab Pecah Pembuluh Darah Seperti Dialami Titiek Puspa
Ketika berusia 17 tahun, dia pun nekat ikut kontes menyanyi Bintang Radio RRI di Semarang pada 1954. Agar tidak ketahuan kedua orang tuanya, saat kontes dia menggunakan nama Titiek Puspo, saran dari seorang teman. Titiek merupakan panggilan kesehariannya, sementara Puspo diambil dari nama belakang ayahnya, Puspowidjojo.
Siapa sangka, dengan modal nekat, dia menjadi juara kedua dalam kontes tersebut. Sejak saat itu, nama Titiek Puspa, yang semula Puspo, dikukuhkan. “Mulai hari ini, Titiek Puspa jadi penyanyi di Semarang,” ujarnya
Di panggung Bintang Radio itu, karir profesionalnya pun dimulai. Titiek kemudian digaet Lokananta, bekas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perekaman musik. Rekaman piringan hitam pertamanya pun dibuat pada 1955. Bertajuk GEMBIRA, piringan hitam tersebut berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan Indada Siririton yang merupakan lagu duet bersama Tuty Daulay.
Dia kemudian hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Orkes Simphony Djakarta pimpinan Sjaiful Bachri. Popularitasnya pun kian menanjak.
Namun demikian, untuk eksis sebagai penyanyi saja tidak cukup. Titiek mengaku kala itu dia harus bisa menciptakan lagu sendiri. Dia lantas belajar otodidak membuat lagu dengan musisi keroncong dan jazz, Mus Mualim, yang akhirnya menjadi suami Titiek.
Wanita yang identik dengan rambut bondol saat tua ini bercerita dia sempat hampir putus asa ketika lagu buatannya yang kesembilan dianggap Mus belum menarik. “Kalau sampai kesepuluh masih nggak bisa, berarti saya memang tidak bisa bikin lagu. Begitu saya nyanyikan, dia diam. (Kemudian mengatakan) ‘Ini baru lagu'. Dia bilang enak. Aku lari ke kamar mandi, nangis,” kenang pelantun lagu 'Marilah Kemari' itu.
Akhirnya, pada 1963, Titiek merilis album Si Hitam, berisi 12 lagu yang diciptakannya sendiri. Album tersebut meledak di pasaran. Sejak saat itu, dia semakin populer dan lahirlah karya-karya top yang dikenang sepanjang masa.
Selain dikenal sebagai penyanyi, Titiek juga eksis di panggung teater. Dia juga merambah dunia perfilman. Dia terjun menjadi artis dengan terlibat dalam film Di Balik Tjahaja Gemerlapan dan Minah Gadis Dusun pada 1966. Terakhir, dia main film berjudul Musik untuk Cinta yang dirilis pada 2017. Total ada 21 judul film yang diperankan Titiek.
Berkarir sebagai entertainer serba bisa, Titiek menerima sekitar 5 penghargaan bergengsi. Dia mendapat Lifetime Achievement Award dari SCTV Awards, Anugerah Musik Indonesia (2001), Indonesian Choice Awards (2001), dan Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (2018). Selain itu, pada 2021, dia mendapat penghargaan pada kategori Dedikasi untuk Musik Indonesia dari Anugerah Musik Indonesia.
Selama lebih dari 70 tahun berkarya di dunia musik dengan karya yang begitu apik, Titiek ternyata enggan disebut sebagai pencipta lagu. Dia lebih nyaman dikenal sebagai penyampai suasana karena lagu-lagu yang dibuatnya berasal dari pengamatan dan pengalaman yang ada di depan mata.
Seperti lagu Gang Kelinci yang ternyata dibuat dalam sekejap mata. Titiek bercerita bahwa ketika itu dia mengantarkan penyanyi Lilis Suryani pulang ke rumahnya yang ada di Pasar Baru.
Dengan naik becak, ternyata rumah Lilis berada di gang sempit dengan pemukiman padat. Melewati gang itu, lirik Gang Kelinci pun tercipta. “Pulang naik becak. Saya mengarang. Saya bukan pencipta [lagu], saya penulis suasana,” sebutnya.
Begitu pula dengan lagu Pantang Mundur. Lagu tersebut juga dibuat saat dia berada di becak setelah melihat para tentara di depan kantor RRI yang akan berangkat ke Irian. Titiek melihat sang tentara mencium perut istrinya yang sedang hamil sebagai salam perpisahan sebelum bertugas untuk negara.
Tidak terkecuali hits Kupu Kupu Malam yang dirilisnya pada 1991. Titiek bercerita lagu itu dibuat dari pengalaman seorang ibu yang ditemuinya di luar kota Jakarta. Wanita tersebut ditinggalkan suaminya yang selingkuh dan harus menghidupi anaknya yang masih kecil hingga terlilit utang dan terjun ke dunia hitam karena ancaman laporan ke pihak Kepolisian. Tidak bisa berbuat banyak, dia harus menuruti sang rentenir dan akhirnya menjadi Kupu Kupu Malam.
“Dia menceritakan betapa sakitnya hati, betapa dihina. Ada tamu baik, ada yang menyiksa. Makanya saya tulis kadang dia tersenyum dalam tangis. Kadang dia menangis di dalam senyuman. Dia selalu berakting,” ungkap Titiek.
Titiek dan wanita yang sedang mencurahkan isi hatinya itu pun menangis bersama dan berdoa agar mendapat kehidupan yang lebih layak. Sang wanita penghibur itu berdoa agar segera memiliki suami sekaligus ayah untuk anaknya. Pulang ke Jakarta, Titiek lantas membuat lagu Kupu Kupu Malam.
Tidak sampai 10 hari, Titiek pun menemui keajaiban dari sebuah doa. Wanita tersebut datang dan mengabarkan dia sudah menikah. “Suaminya seorang terhormat. Doa dari dua orang lain agama, diberi oleh Tuhan. Kalau percaya Tuhan itu ada, kita akan selamat,” tutur Titiek.
Di balik tampilannya yang selalu ceria, ternyata Eyang Titiek sempat ingin bunuh diri lho, Genhype. Itu terjadi ketika dia putus asa karena sering sakit saat di bangku Sekolah Dasar (SD).
Berkali-kali ganti nama mengikuti tradisi nenek moyang ketika seorang anak menderita sakit berkepanjangan, tetapi itu semua tidak mempan. Titiek bertanya-tanya mengapa hanya dia yang diberi kondisi tersebut. Lalu terlintas keinginan bunuh diri.
Di tengah hujan lebat yang dibalut petir menggelegar, seraya menangis, Titiek berlari sejauh 5 kilometer dari rumah. Tiba di sebuah kebun, dia menemukan banyak buah-buahan.
Buah-buahan itu diambil dan dibawa pulang. Dia kemudian mengambil garam serta cabai dalam jumlah banyak. Titiek berlari lagi ke kebun dan menumbuk buah-buahan, garam, dan cabai tersebut menjadi satu. “Saya makan, mulut kayak disembur api,” imbuhnya.
Seketika pandangannya mulai kabur, dia pun jatuh pingsan. TIba-tiba dia terbangun dengan suasana sudah gelap. Namun tidak satupun keluarga, termasuk ibunya yang mencari keberadaannya. Padahal dia pingsan mulai dari jam 8 pagi sampai 10 malam. “Anak ibu saya 12, satu ada yang hilang, nggak ada yang tahu,” ulasnya.
Pasca kejadian tersebut, Titiek sembuh dari beragam penyakit. Sejak itu, dia meminta maaf kepada Tuhan dan tekun beribadah. “Setiap hari saya sowan di atas pohon, ngobrol sama Tuhan. Buat saya Tuhan dari dulu sahabat saya, sampai sekarang,” sebutnya.
Titiek mengaku sangat percaya dengan kekuatan doa. Mengobrol dengan Tuhan setiap malam menjadi kebiasaannya.
Selain rutin berbincang dengan Tuhan, Titiek juga menjadi orang yang pasrah terhadap kehendaknya. Termasuk ketika dia didiagnosis menderita kanker serviks pada usia 73 tahun. Berasal dari faktor genetik, dia pasrah ketika dokter menyampaikan kanker sudah menggerogoti tubuhnya.
Begitu pula jika saat itu menjadi keputusan hidupnya akan berakhir. Namun bukan berarti menyerah. Titiek tetap berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dengan menjalani pengobatan ke Singapura selama 2,5 bulan. Rekomendasi dari anak, dia pun melanjutkan untuk menjalani meditasi dengan menutup mata, melipat lidah, an bernapas dengan tenang selama berjam-jam, setiap hari.
Bercerita lengkap pada podcast bersama Deddy Corbuzier, Titiek menyebut pada hari ke-13 meditasi, dia merasa seperti dibawa terbang ke langit. Ajaibnya, pelantun lagu Jatuh Cinta ini merasa tubuhnya lebih baik saat membuka mata. Kemudian dia melakukan pemeriksaan kembali ke Singapura. Tubuhnya dinyatakan bebas dari kanker.
Baca juga: Kenangan Titiek Puspa di Lokananta, Pernah Rekaman & Teringat Glenn Fredly
Lahir di Tanjung, Kalimantan Selatan, 1 November 1937, wanita yang karib disap Eyang Titiek ini terjun ke dunia hiburan sejak dia masih belia, tepatnya pada usia 14 tahun. Sudarwati yang kemudian berganti nama menjadi Kadarwati, memutuskan ingin terjun ke dunia hiburan, memupuskan impiannya menjdi guru Taman Kanak-kanak (TK). Namun sayang kedua orang tuanya, Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam tidak mendukung langkah tersebut.
Untung tekadnya untuk menjadi penyanyi sangat kuat dan dia pun berbakat. Suara merdu, membawanya ke panggung kontes menyanyi antar sekolah hingga daerah. Saya mulai jadi artis umur 15 tahun. “Terhitung dari mulai dapat amplop," ujar Titiek saat merayakan ulang tahun ke-85 pada November 2022.
Baca juga: Gejala & Penyebab Pecah Pembuluh Darah Seperti Dialami Titiek Puspa
Ketika berusia 17 tahun, dia pun nekat ikut kontes menyanyi Bintang Radio RRI di Semarang pada 1954. Agar tidak ketahuan kedua orang tuanya, saat kontes dia menggunakan nama Titiek Puspo, saran dari seorang teman. Titiek merupakan panggilan kesehariannya, sementara Puspo diambil dari nama belakang ayahnya, Puspowidjojo.
Siapa sangka, dengan modal nekat, dia menjadi juara kedua dalam kontes tersebut. Sejak saat itu, nama Titiek Puspa, yang semula Puspo, dikukuhkan. “Mulai hari ini, Titiek Puspa jadi penyanyi di Semarang,” ujarnya
Di panggung Bintang Radio itu, karir profesionalnya pun dimulai. Titiek kemudian digaet Lokananta, bekas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perekaman musik. Rekaman piringan hitam pertamanya pun dibuat pada 1955. Bertajuk GEMBIRA, piringan hitam tersebut berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan Indada Siririton yang merupakan lagu duet bersama Tuty Daulay.
Dia kemudian hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Orkes Simphony Djakarta pimpinan Sjaiful Bachri. Popularitasnya pun kian menanjak.
Namun demikian, untuk eksis sebagai penyanyi saja tidak cukup. Titiek mengaku kala itu dia harus bisa menciptakan lagu sendiri. Dia lantas belajar otodidak membuat lagu dengan musisi keroncong dan jazz, Mus Mualim, yang akhirnya menjadi suami Titiek.
Wanita yang identik dengan rambut bondol saat tua ini bercerita dia sempat hampir putus asa ketika lagu buatannya yang kesembilan dianggap Mus belum menarik. “Kalau sampai kesepuluh masih nggak bisa, berarti saya memang tidak bisa bikin lagu. Begitu saya nyanyikan, dia diam. (Kemudian mengatakan) ‘Ini baru lagu'. Dia bilang enak. Aku lari ke kamar mandi, nangis,” kenang pelantun lagu 'Marilah Kemari' itu.
Akhirnya, pada 1963, Titiek merilis album Si Hitam, berisi 12 lagu yang diciptakannya sendiri. Album tersebut meledak di pasaran. Sejak saat itu, dia semakin populer dan lahirlah karya-karya top yang dikenang sepanjang masa.
Selain dikenal sebagai penyanyi, Titiek juga eksis di panggung teater. Dia juga merambah dunia perfilman. Dia terjun menjadi artis dengan terlibat dalam film Di Balik Tjahaja Gemerlapan dan Minah Gadis Dusun pada 1966. Terakhir, dia main film berjudul Musik untuk Cinta yang dirilis pada 2017. Total ada 21 judul film yang diperankan Titiek.
Berkarir sebagai entertainer serba bisa, Titiek menerima sekitar 5 penghargaan bergengsi. Dia mendapat Lifetime Achievement Award dari SCTV Awards, Anugerah Musik Indonesia (2001), Indonesian Choice Awards (2001), dan Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (2018). Selain itu, pada 2021, dia mendapat penghargaan pada kategori Dedikasi untuk Musik Indonesia dari Anugerah Musik Indonesia.
Penyampai Suasana
Selama lebih dari 70 tahun berkarya di dunia musik dengan karya yang begitu apik, Titiek ternyata enggan disebut sebagai pencipta lagu. Dia lebih nyaman dikenal sebagai penyampai suasana karena lagu-lagu yang dibuatnya berasal dari pengamatan dan pengalaman yang ada di depan mata.
Seperti lagu Gang Kelinci yang ternyata dibuat dalam sekejap mata. Titiek bercerita bahwa ketika itu dia mengantarkan penyanyi Lilis Suryani pulang ke rumahnya yang ada di Pasar Baru.
Dengan naik becak, ternyata rumah Lilis berada di gang sempit dengan pemukiman padat. Melewati gang itu, lirik Gang Kelinci pun tercipta. “Pulang naik becak. Saya mengarang. Saya bukan pencipta [lagu], saya penulis suasana,” sebutnya.
Begitu pula dengan lagu Pantang Mundur. Lagu tersebut juga dibuat saat dia berada di becak setelah melihat para tentara di depan kantor RRI yang akan berangkat ke Irian. Titiek melihat sang tentara mencium perut istrinya yang sedang hamil sebagai salam perpisahan sebelum bertugas untuk negara.
Tidak terkecuali hits Kupu Kupu Malam yang dirilisnya pada 1991. Titiek bercerita lagu itu dibuat dari pengalaman seorang ibu yang ditemuinya di luar kota Jakarta. Wanita tersebut ditinggalkan suaminya yang selingkuh dan harus menghidupi anaknya yang masih kecil hingga terlilit utang dan terjun ke dunia hitam karena ancaman laporan ke pihak Kepolisian. Tidak bisa berbuat banyak, dia harus menuruti sang rentenir dan akhirnya menjadi Kupu Kupu Malam.
“Dia menceritakan betapa sakitnya hati, betapa dihina. Ada tamu baik, ada yang menyiksa. Makanya saya tulis kadang dia tersenyum dalam tangis. Kadang dia menangis di dalam senyuman. Dia selalu berakting,” ungkap Titiek.
Titiek dan wanita yang sedang mencurahkan isi hatinya itu pun menangis bersama dan berdoa agar mendapat kehidupan yang lebih layak. Sang wanita penghibur itu berdoa agar segera memiliki suami sekaligus ayah untuk anaknya. Pulang ke Jakarta, Titiek lantas membuat lagu Kupu Kupu Malam.
Tidak sampai 10 hari, Titiek pun menemui keajaiban dari sebuah doa. Wanita tersebut datang dan mengabarkan dia sudah menikah. “Suaminya seorang terhormat. Doa dari dua orang lain agama, diberi oleh Tuhan. Kalau percaya Tuhan itu ada, kita akan selamat,” tutur Titiek.
Percaya Kekuatan Doa
Di balik tampilannya yang selalu ceria, ternyata Eyang Titiek sempat ingin bunuh diri lho, Genhype. Itu terjadi ketika dia putus asa karena sering sakit saat di bangku Sekolah Dasar (SD).
Berkali-kali ganti nama mengikuti tradisi nenek moyang ketika seorang anak menderita sakit berkepanjangan, tetapi itu semua tidak mempan. Titiek bertanya-tanya mengapa hanya dia yang diberi kondisi tersebut. Lalu terlintas keinginan bunuh diri.
Di tengah hujan lebat yang dibalut petir menggelegar, seraya menangis, Titiek berlari sejauh 5 kilometer dari rumah. Tiba di sebuah kebun, dia menemukan banyak buah-buahan.
Buah-buahan itu diambil dan dibawa pulang. Dia kemudian mengambil garam serta cabai dalam jumlah banyak. Titiek berlari lagi ke kebun dan menumbuk buah-buahan, garam, dan cabai tersebut menjadi satu. “Saya makan, mulut kayak disembur api,” imbuhnya.
Seketika pandangannya mulai kabur, dia pun jatuh pingsan. TIba-tiba dia terbangun dengan suasana sudah gelap. Namun tidak satupun keluarga, termasuk ibunya yang mencari keberadaannya. Padahal dia pingsan mulai dari jam 8 pagi sampai 10 malam. “Anak ibu saya 12, satu ada yang hilang, nggak ada yang tahu,” ulasnya.
Pasca kejadian tersebut, Titiek sembuh dari beragam penyakit. Sejak itu, dia meminta maaf kepada Tuhan dan tekun beribadah. “Setiap hari saya sowan di atas pohon, ngobrol sama Tuhan. Buat saya Tuhan dari dulu sahabat saya, sampai sekarang,” sebutnya.
Titiek mengaku sangat percaya dengan kekuatan doa. Mengobrol dengan Tuhan setiap malam menjadi kebiasaannya.
Selain rutin berbincang dengan Tuhan, Titiek juga menjadi orang yang pasrah terhadap kehendaknya. Termasuk ketika dia didiagnosis menderita kanker serviks pada usia 73 tahun. Berasal dari faktor genetik, dia pasrah ketika dokter menyampaikan kanker sudah menggerogoti tubuhnya.
Begitu pula jika saat itu menjadi keputusan hidupnya akan berakhir. Namun bukan berarti menyerah. Titiek tetap berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dengan menjalani pengobatan ke Singapura selama 2,5 bulan. Rekomendasi dari anak, dia pun melanjutkan untuk menjalani meditasi dengan menutup mata, melipat lidah, an bernapas dengan tenang selama berjam-jam, setiap hari.
Bercerita lengkap pada podcast bersama Deddy Corbuzier, Titiek menyebut pada hari ke-13 meditasi, dia merasa seperti dibawa terbang ke langit. Ajaibnya, pelantun lagu Jatuh Cinta ini merasa tubuhnya lebih baik saat membuka mata. Kemudian dia melakukan pemeriksaan kembali ke Singapura. Tubuhnya dinyatakan bebas dari kanker.
Baca juga: Kenangan Titiek Puspa di Lokananta, Pernah Rekaman & Teringat Glenn Fredly
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.