Kenangan Titiek Puspa di Lokananta, Pernah Rekaman & Teringat Glenn Fredly
03 June 2023 |
07:00 WIB
Dika Irawan
Asisten Konten Manajer Hypeabis.id
Legenda hidup musik Indonesia Titiek Puspa punya kenangan tersendiri dengan perusahaan rekaman dan studio Lokananta di Solo, Jawa Tengah. Sebab, di tempat itulah, dia pernah menjalani proses rekaman. Sayang, dia tidak ingat pasti momen tersebut.
Pemilik nama lahir Sudarwati ini hanya mengingat, pernah menjalani rekaman di Lokananta bersama Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. "Saya itunya [detil rekamannya] agak lupa. Saya pernah ke sini puluhan tahun lalu," katanya dalam bicang-bincang dengan media di Lokananta, Solo, Jateng, Jumat (2/6/2023).
Baca juga: Wajah Baru Lokananta, Titik Nol Musik Indonesia Kembali Menyala
Titiek menuturkan, sebagai perusahaan rekaman dan studio, Lokananta memiliki teknologi yang terbaik pada masanya. Hal itu tidak mengherankan, karena Lokananta menjadi perusahaan rekaman pertama di Tanah Air.
Momen lain yang diingat oleh perempuan yang akrab disapa Eyang itu adalah, ketika almarhum musisi Glenn Fredly berbincang-bincang dengannya tentang nasib Lokananta. Menurut Titiek, Glenn kala itu ingin menghidupkan kembali Lokananta. Sebagai musisi, tutur Titiek, Glenn ingin memberi penghormatan kepada Lokananta.
"Dia [ingin] memperindah lagi [Lokananta]. Studio rekaman yang bagus tetapi dilupakan," katanya.
Melihat wajah baru Lokananta terkini, Titiek menilai sudah seharusnya musik Indonesia diperhatikan. Seperti halnya olahraga. Dia berharap revitalisasi Lokananta dapat mendorong kemajuan musik Indonesia.
Titiek Puspa merupakan satu di antara beberapa musisi legendaris Indonesia yang karyanya diorbitkan Lokananta. Selain dia, masih ada nama Gesang, Waldjinah, Buby Chen, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, hingga Ki Narto Sabdo.
Titiek Puspa memulai karier bernyanyinya di Semarang dengan mengikuti kontes menyanyi Bintang Radio. Selain menyanyi, dia juga aktif dalam menggarap beberapa operet yang digemari pemirsa TVRI. Pada awal kariernya, Titiek merekam piringan hitam pertamanya dengan label GEMBIRA, yang berisi beberapa lagu populer.
Dia juga menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta dan menerima bimbingan dari Iskandar dan suaminya sendiri, Zainal Ardi. Titiek mencapai popularitasnya dengan album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi lagu-lagu ciptaannya sendiri, serta album Doa Ibu. Namun, dia meninggalkan Orkes Studio Jakarta pada 1962 dan aktif dalam berbagai aktivitas musik dan seni.
Sementara itu, Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh R. Maladi pada 1956. Ketika itu, Lokananta berperan mengenalkan musik tradisi dan musisi Indonesia ke seluruh penjuru negeri lewat RRI.
Sejak didirikan hingga sekarang, terdapat setidaknya 5.760 rilisan yang berhasil dipublikasikan oleh Lokananta. Jumlah sebenarnya diperkirakan melebihi angka tersebut, mengingat hanya rekaman pita reel magnetik yang hingga kini tersimpan di Indonesia.
Lokananta sempat mengalami masa kejayaannya pada 1970-1980. Namun, begitu masuk era 1990-an, perusahaan ini masuk dalam masa keterpurukannya. Saat itu Lokananta diperkirakan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan musik.
Berbagai inisiatif pernah dilakukan oleh sejumlah musisi untuk menghidupkan kembali aktivitas Lokananta. Sampai akhirnya pada 2022, Kementerian BUMN merevitalisasi bangunan tersebut. Dalam hal ini menunjuk PPA yang merupakan bagian dari Holding Danareksa untuk menghidupkan kembali aset Lokananta. Pembangunan fisik Lokananta dimulai pada November 2022, kemudian diselesaikan dalam waktu 6 bulan.
Agar selaras dengan perkembangan zaman, Lokananta baru juga dikonsep menjadi sentra kreativitas dan komersial (Creative & Commercial Hub) bagi para musisi, seniman, dan UMKM.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pemilik nama lahir Sudarwati ini hanya mengingat, pernah menjalani rekaman di Lokananta bersama Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. "Saya itunya [detil rekamannya] agak lupa. Saya pernah ke sini puluhan tahun lalu," katanya dalam bicang-bincang dengan media di Lokananta, Solo, Jateng, Jumat (2/6/2023).
Baca juga: Wajah Baru Lokananta, Titik Nol Musik Indonesia Kembali Menyala
Titiek menuturkan, sebagai perusahaan rekaman dan studio, Lokananta memiliki teknologi yang terbaik pada masanya. Hal itu tidak mengherankan, karena Lokananta menjadi perusahaan rekaman pertama di Tanah Air.
Momen lain yang diingat oleh perempuan yang akrab disapa Eyang itu adalah, ketika almarhum musisi Glenn Fredly berbincang-bincang dengannya tentang nasib Lokananta. Menurut Titiek, Glenn kala itu ingin menghidupkan kembali Lokananta. Sebagai musisi, tutur Titiek, Glenn ingin memberi penghormatan kepada Lokananta.
"Dia [ingin] memperindah lagi [Lokananta]. Studio rekaman yang bagus tetapi dilupakan," katanya.
Melihat wajah baru Lokananta terkini, Titiek menilai sudah seharusnya musik Indonesia diperhatikan. Seperti halnya olahraga. Dia berharap revitalisasi Lokananta dapat mendorong kemajuan musik Indonesia.
Titiek Puspa merupakan satu di antara beberapa musisi legendaris Indonesia yang karyanya diorbitkan Lokananta. Selain dia, masih ada nama Gesang, Waldjinah, Buby Chen, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, hingga Ki Narto Sabdo.
Titiek Puspa memulai karier bernyanyinya di Semarang dengan mengikuti kontes menyanyi Bintang Radio. Selain menyanyi, dia juga aktif dalam menggarap beberapa operet yang digemari pemirsa TVRI. Pada awal kariernya, Titiek merekam piringan hitam pertamanya dengan label GEMBIRA, yang berisi beberapa lagu populer.
Dia juga menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta dan menerima bimbingan dari Iskandar dan suaminya sendiri, Zainal Ardi. Titiek mencapai popularitasnya dengan album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi lagu-lagu ciptaannya sendiri, serta album Doa Ibu. Namun, dia meninggalkan Orkes Studio Jakarta pada 1962 dan aktif dalam berbagai aktivitas musik dan seni.
Sementara itu, Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh R. Maladi pada 1956. Ketika itu, Lokananta berperan mengenalkan musik tradisi dan musisi Indonesia ke seluruh penjuru negeri lewat RRI.
Sejak didirikan hingga sekarang, terdapat setidaknya 5.760 rilisan yang berhasil dipublikasikan oleh Lokananta. Jumlah sebenarnya diperkirakan melebihi angka tersebut, mengingat hanya rekaman pita reel magnetik yang hingga kini tersimpan di Indonesia.
Lokananta sempat mengalami masa kejayaannya pada 1970-1980. Namun, begitu masuk era 1990-an, perusahaan ini masuk dalam masa keterpurukannya. Saat itu Lokananta diperkirakan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan musik.
Berbagai inisiatif pernah dilakukan oleh sejumlah musisi untuk menghidupkan kembali aktivitas Lokananta. Sampai akhirnya pada 2022, Kementerian BUMN merevitalisasi bangunan tersebut. Dalam hal ini menunjuk PPA yang merupakan bagian dari Holding Danareksa untuk menghidupkan kembali aset Lokananta. Pembangunan fisik Lokananta dimulai pada November 2022, kemudian diselesaikan dalam waktu 6 bulan.
Agar selaras dengan perkembangan zaman, Lokananta baru juga dikonsep menjadi sentra kreativitas dan komersial (Creative & Commercial Hub) bagi para musisi, seniman, dan UMKM.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.