Ilustrasi food reviewer. (Sumber gambar: Fotos/Unsplash)

Apa Itu Food Reviewer? Ini Syaratnya untuk Jadi Kritikus Makanan

13 March 2025   |   12:07 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kalangan food reviewer atau pengulas makanan yang kian menjamur di media sosial tengah menjadi sorotan netizen. Pasalnya, banyak food reviewer yang dinilai justru menjatuhkan bisnis kuliner UMKM berkat komentarnya saat mencicipi makanan yang diunggah di konten-konten mereka, alih-alih memberikan penilaian yang objektif dan bertanggung jawab.

Bahkan, ada juga pihak yang melabeli dirinya sebagai food reviewer diduga melakukan pemerasan kepada brand atau restoran, bermodus review makanan. Dengan jumlah followers dan pengaruh yang dipunya, food reviewer tersebut diduga mencari keuntungan pribadi dengan menekan brand atau restoran agar mau membayar sejumlah uang agar mendapatkan ulasan yang baik di medsos.

Di era digital, mengulas makanan memang tak lagi terbatas pada tulisan di media atau tayangan televisi. Dengan hadirnya media sosial, siapa pun kini bisa membagikan pengalaman kuliner mereka secara instan. Satu unggahan tentang hidangan yang menggugah selera dapat menarik pelanggan baru ke sebuah restoran.

Baca Juga: Sebelum Jadi Food Influencer, Cek Etika Mengulas Makanan dan Restoran

Sebaliknya, ulasan kritis yang viral berpotensi merusak reputasi tempat makan dalam hitungan jam. Dampaknya bisa sangat besar, terutama bagi bisnis kuliner yang masih berkembang. Dalam situasi ini, etika dalam memberikan ulasan menjadi hal yang semakin penting agar ulasan tetap objektif dan bertanggung jawab.

Namun, sebenarnya apa definisi dari food reviewer?

 

Apa Itu Food Reviewer?

Melansir dari Auguste Escoffier School of Culinary Arts, food reviewer atau yang disebut juga sebagai kritikus makanan, adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam memberikan komentar mendalam tentang pengalaman makan di luar seperti restoran. Komentar ini bisa dituangkan ke dalam berbagai bentuk, mulai dari tulisan ataupun konten video.

Para kritikus makanan biasanya akan mengunjungi restoran, mencicipi makanan, dan melaporkan pengalaman mereka. Bukan hanya tentang makanan itu sendiri, tetapi juga tentang segala hal yang berkaitan dengan pengalaman tersebut, mulai dari suasana hingga layanannya.

Pekerjaan ini umumnya dilakukan secara anonim, sehingga kritikus tidak mendapatkan perlakuan khusus yang dapat memutarbalikkan pengalaman mereka dan menghasilkan laporan yang bias.
 

h

Ilustrasi food reviewer. (Sumber gambar: Mikael B/Pexels)

Selain itu, seorang kritikus makanan yang baik juga akan terus mengikuti perkembangan tren makanan lokal dan global yang lebih luas, perkembangan restoran serta koki-koki ternama, hingga konteks relevan lainnya yang dapat membantu membuat tulisan atau konten ulasan mereka lebih bermakna bagi audiensnya.

Food reviewer pada hakikatnya merupakan penghubung antara pengunjung dan restoran, dan pekerjaan mereka memengaruhi kedua belah pihak. Di satu sisi, membantu pengunjung agar tetap mendapat informasi dengan memberikan ulasan yang tidak bias dan informasi terkini tentang tren makanan, serta di sisi lain membantu restoran dengan menawarkan mereka eksposur dan membuat mereka bertanggung jawab di mata publik.

 

Syarat Menjadi Food Reviewer

Sebagai seorang food reviewer, seseorang harus memiliki selera yang luas, pengetahuan tentang berbagai masakan dan teknik, serta hasrat untuk makan di berbagai tempat makan dan restoran. Singkatnya, harus memiliki kecintaan yang mendalam terhadap makanan.

Hal ini tidak hanya dapat memberikan kedalaman dan tekstur yang diperlukan pada hasil ulasan makanan, tetapi juga menjadi tanggung jawab terhadap pekerjaan sebagai kritikus makanan.

Meskipun tidak diwajibkan, memiliki pengetahuan tentang industri makanan juga dapat menjadi nilai tambah bagi seorang food reviewer. Ini bisa berupa pengalaman bekerja di dapur atau di industri perhotelan yang lebih luas. Dengan latar belakang seperti itu, bakal memperluas wawasan tentang aspek bisnis, teknis, dan emosional dalam menjalankan restoran, yang semuanya akan meningkatkan kualitas dalam mengulas makanan.

Selain itu, penting juga bagi food reviewer untuk punya kemampuan komunikasi yang baik, baik yang akan menuangkan ulasannya dalam tulisan maupun konten video. Selain mampu mengartikulasikan ide-ide dengan jelas, penceritaan yang baik diperlukan saat mengulas makanan. Sebab, makanan dan bersantap adalah tentang pengalaman, sehingga kemampuan untuk mendekatkan pembaca atau audiens terhadap konten ulasan makanan menjadi penting.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah pekerjaan sebagai food reviewer memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Sebagai kritikus makanan, seseorang mungkin akan memiliki platform yang menjangkau khalayak luas, yang berarti bahwa kata-kata yang diucapkan dapat berpotensi memengaruhi persepsi publik terhadap restoran yang diulas.

Oleh karena itu, penting bagi food reviewer untuk tetap bersikap tidak memihak dan berpikiran terbuka, serta selalu mendekati pekerjaannya dengan integritas.

Selain itu, perlu diingat juga bahwa food reviewer bekerja bukanlah untuk diri sendiri, tetapi untuk melayani audiens. Oleh karena itu, penting bagi kritikus makanan untuk mampu mendorong diri keluar dari zona nyaman, mencoba hal-hal baru, dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru.

Baca Juga: Arti dan Asal-Usul Istilah Sad Food yang Viral di Media Sosial
 

SEBELUMNYA

Once Ungkap Progres Revisi UU Hak Cipta di DPR RI

BERIKUTNYA

Mickey 17, Bong Joon ho & Satir Eksploitasi Manusia di Dunia Kerja

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: