Seorang pengunjung pameran melintas di depan karya-karya IP Arkiv Vilmansa dalam bentuk merchandise di Galeri Nasional Indonesia, Kamis (20/2/25). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Nadhif Alwan)

Begini Pandangan Seniman Arkiv Melihat Potensi IP untuk Berkarya

22 February 2025   |   21:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Tren seni rupa kontemporer Indonesia sepertinya terus berevolusi. Meski masih ada kekurangan baik dari segi wacana, ekosistem, hingga pembungkaman ekspresi, akan tetapi sejumlah seniman mulai sadar akan hak-hak mereka, khususnya di ranah kekayaan intelektual.

Berbeda dari para pendahulunya yang menjual satu lukisan atau karya tertentu, saat ini para seniman mulai memanfaatkan kekayaan intelektual (Intellectual Property/IP). Sebab, selain melindungi karya mereka dari pembajakan, IP juga menjadi salah satu ladang sumber pendapatan. 

Baca juga: Bawa Karya Gigantik, Arkiv Vilmansa Soroti Isu Biota Laut Indonesia Lewat Pameran di Galnas

Di Indonesia, pada era digital, sejumlah seniman sudah banyak yang menerapkan metode perlindungan IP sebagai pundi-pundi uang. Perupa Arkiv Vilmansa, adalah salah satunya, yakni dengan memanfaatkan karakter Mickiv, yang dialihwahanakan dalam berbagai produk. 

Lewat karakter yang diciptakan pada 2007 ini, perupa asal Bandung itu bahkan telah berkolaborasi dengan berbagai jenama dunia. Beberapa di antaranya adalah IKEA, Volkswagen, A Bathing Ape, dan Three 2nd. Di berbagai merek tersebut karakter Mickiv disulap dalam pelbagai rupa.

"Dulu saya memulai [IP Mickiv] dari art toys, lalu ke painting. Di luar sana juga tidak banyak yang bisa membeli lukisan saya, maka saya juga menyediakan merchandise," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
 

Seniman Arkiv Vilmansa menjelaskan pada wartawan mengenai proses berkaya dan penciptaan karakter Mickiv

Seniman Arkiv Vilmansa menjelaskan pada wartawan mengenai proses berkarya dan penciptaan karakter Mickiv, dalam pameran Semesta Arkiv di Galeri Nasional Indonesia, Kamis (20/2/25). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Nadhif Alwan)

Menurut Arkiv, dalam seni, IP memang bisa dimanfaatkan sebagai produk turunan (derivative works) yang menghasilkan nilai komersial. Bahkan, banyak seniman Indonesia yang telah mengembangkan IP mereka menjadi berbagai produk, mulai dari mainan hingga t-shirt.

Walakin, seniman yang juga arsitek itu mengaku masih ada pro-kontra terkait pandangan tersebut. Ada pandangan yang beragam dari para pekerja kreatif dalam memandang IP. Akan tetapi, pada era digital, IP menurutnya sangat diperlukan untuk menekan laju plagiarisme.

"Terkait IP, sejumlah seniman juga sudah banyak yang memanfaatkannya, mulai dari Darbotz hingga Mangmoel. Mungkin memang zamannya sudah berubah, meski masih ada barrier dari sejumlah seniman senior untuk melakukan hal itu," imbuhnya.

Kurator Rizki A. Zaelani mengatakan, berbeda dengan seniman lain, Arkiv memang berangkat dari dunia desain. Alhasil dia memiliki pandangan lain terkait proses produksi karyanya juga dapat diproyeksikan untuk pangsa pasar lain, dalam hal ini ceruk bisnis untuk sejumlah produk turunan seni.

Dia mencontohkan, jika ada lukisan dijual di sebuah loka pasar, maka akan disebut sebagai skandal. Akan tetapi, dalam kasus Arkiv, hal itu akan biasa saja karena, karya gambar yang dibuat oleh seniman tersebut merupakan produk turunan yang juga bisa memberi manfaat ekonomi bagi penciptanya.

"Misalnya dia juga menjual IP untuk produk jenama susu. Seniman lain [konvensional], mungkin hanya menjual 1 karya saja, tapi Arkiv tidak, dia menjual IP, yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh pembeli untuk tujuan tertentu," katanya.

Intellectual Property atau kekayaan intelektual merupakan anasir penting bagi setiap pelaku industri kreatif. Berdasarkan laman Kemenparekraf, IP merujuk pada kekayaan yang lahir dari kemampuan intelektual manusia. Hal ini meliputi teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

Dalam pamerannya terbaru Arkiv Vilmansa, bertajuk Semesta Arkiv, Genhype juga bisa membeli berbagai produk turunan dan merchandise yang dibuat oleh seniman asal Bandung itu. Kalian bisa mengunjunginya di stand bagian ruang gedung B yang di dalamnya ada art toys hingga t-shirt.

Baca juga: Kolaborasi Mode hingga Musik Jadi Kunci Penguatan Ekonomi Kreatif

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Memulai Babak Baru, SOUNDSFEST 2025 Resmi Hijrah ke Jakarta

BERIKUTNYA

Pameran Seni Rongka Bertema Mistika: Meraba yang Terlihat, Menalar yang Gaib

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: