Headset Bluetooth Bakal Mampu Menampilkan Audio Loseless
05 September 2021 |
22:23 WIB
Bagi penggemar musik pasti sudah biasa dengan headset atau earphone. Headset kabel pada saat ini masih punya satu keunggulan:, yaitu kualitas audio yang masih lebih baik. Penyebabnya adalah teknologi yang digunakan oleh headset nirkabel untuk transmisi data.
Hampir semua headset nirkabel ini menggunakan sambungan Bluetooth. Meskipun praktis dan sudah terstandardisasi dengan baik, koneksi Bluetooth tidak terlalu baik dalam pengiriman data dalam jumlah besar. Karena itu, headset Bluetooth umumnya menggunakan teknologi pemampatan untuk dapat memperkecil jumlah data yang harus dikirimkan.
Lossy vs Lossless
Ada berbagai jenis teknik pemampatan data yang bisa digunakan untuk audio. Secara garis besar, kita bisa membaginya menjadi dua jenis: lossy dan lossless.
Pada pemampatan lossy, metode representasi yang digunakan untuk pemampatan data tidak eksak, dan merupakan penghampiran (aproksimasi). Artinya, ada data yang hilang ketika proses pemampatan data dilakukan. Bila data yang dimampatkan ini diekstrak kembali, hasilnya tidak lagi 100 persen sama dengan data semula.
Walaupun ada data yang hilang, pemampatan lossy menjadi pilihan untuk multimedia, baik audio, video, dan gambar. Pasalnya, indera manusia biasanya tidak terlalu mempedulikan kehilangan data ini.
Karena itu, pemampatan lossy menjadi pilihan pada berbagai format berkas audio populer seperti AAC, MP3, dan OGG. Layanan streaming musik dan video pada umumnya juga menggunakan pemampatan lossy ini.
Dengan makin meningkatnya kapasitas penyimpanan data dan kecepatan internet, para pecinta musik mulai melirik jenis pemampatan lossless. Seperti namanya, teknik pemampatan ini tidak menghilangkan data asal.
Jadi, bila Anda merekam data audio atau video dan kemudian menyimpannya menggunakan pemampatan lossless, kualitasnya tidak akan berubah. Dua format berkas audio populer yang menggunakan teknik pemampatan lossless adalah FLAC (Free Lossless Audio Codec) dan ALAC (Apple Lossless Audio Codec).
FLAC digunakan pada layanan streaming musik Tidal, sementara dukungan terhadap ALAC bisa ditemukan pada aplikasi Apple Music dan iTunes.
Pemampatan Bluetooth
Meskipun standar Enhanced Data Rate (EDR) pada Bluetooth disebutkan dapat mencapai kecepatan lebih dari 2 Mbps, pada kenyataannya laju transmisi data yang lebih realistis adalah sekitar 1 Mbps. Ini tidak cukup untuk mentransmisikan data dengan kualitas CD audio, yang mencapai 1,4 Mbps.
Karena itu, tidak mengherankan bila berbagai standar transmisi data Bluetooth pada saat ini umumnya menggunakan teknik kompresi lossy untuk mendapatkan penghematan data yang lebih baik.
Standar Bluetooth mensyaratkan dukungan terhadap codec SBC (low complexity subband codec) terhadap perangkat headset Bluetooth. Sementara itu spesifikasi Bluetooth 5.3 mensyaratkan codec baru yang dinamakan LC3 (low compexity communication codec), yang disebutkan akan meningkatkan kualitas audio pada perangkat audio Bluetooth.
Meskipun perangkat headset Bluetooth sudah mensyaratkan standar kompresi tertentu, pada praktiknya pembuat headset bebas menambahkan teknologinya sendiri.
Sebagai contoh, Apple menggunakan codec AAC untuk streaming pada produk earphone nirkabel AirPod. Sementara itu, perangkat Android kita dapat menemukan standar seperti aptX HD dan aptX Adaptive dari Qualcomm. Standar ini sudah didukung oleh perangkat Android terbaru.
Standar aptX HD bisa mencapai bitrate 576 kbps, sedangkan bitrate aptX berkisar antara 120 kbps-1Mbps.
Baru-baru ini, Qualcomm mengumumkan standar baru yang dinamakan aptX Lossless. Teknologi ini disebutkan mampu mentransmisikan audio kualitas CD tanpa degradasi data. Pencapaian ini dimungkinkan berkat teknologi Snapdragon Sound yang menjamin transmisi data nirkabel yang stabil dan berkecepatan tinggi.
Meskipun pembuat ponsel dan headset seperti Xiaomi dan Audio Technica sudah memperkenalkan produk yang menggunakan Snapdragon Sound, kita harus menunggu terlebih dahulu dukungan terhadap aptX Lossless untuk tersebar luas di pasar.
Android Authority memperkirakan headset dan ponsel yang mendukung teknologi Bluetooth terbaru ini baru beredar pada 2022 mendatang.
Editor: M R Purboyo
Hampir semua headset nirkabel ini menggunakan sambungan Bluetooth. Meskipun praktis dan sudah terstandardisasi dengan baik, koneksi Bluetooth tidak terlalu baik dalam pengiriman data dalam jumlah besar. Karena itu, headset Bluetooth umumnya menggunakan teknologi pemampatan untuk dapat memperkecil jumlah data yang harus dikirimkan.
Lossy vs Lossless
Ada berbagai jenis teknik pemampatan data yang bisa digunakan untuk audio. Secara garis besar, kita bisa membaginya menjadi dua jenis: lossy dan lossless.
Pada pemampatan lossy, metode representasi yang digunakan untuk pemampatan data tidak eksak, dan merupakan penghampiran (aproksimasi). Artinya, ada data yang hilang ketika proses pemampatan data dilakukan. Bila data yang dimampatkan ini diekstrak kembali, hasilnya tidak lagi 100 persen sama dengan data semula.
Walaupun ada data yang hilang, pemampatan lossy menjadi pilihan untuk multimedia, baik audio, video, dan gambar. Pasalnya, indera manusia biasanya tidak terlalu mempedulikan kehilangan data ini.
Karena itu, pemampatan lossy menjadi pilihan pada berbagai format berkas audio populer seperti AAC, MP3, dan OGG. Layanan streaming musik dan video pada umumnya juga menggunakan pemampatan lossy ini.
Dengan makin meningkatnya kapasitas penyimpanan data dan kecepatan internet, para pecinta musik mulai melirik jenis pemampatan lossless. Seperti namanya, teknik pemampatan ini tidak menghilangkan data asal.
Jadi, bila Anda merekam data audio atau video dan kemudian menyimpannya menggunakan pemampatan lossless, kualitasnya tidak akan berubah. Dua format berkas audio populer yang menggunakan teknik pemampatan lossless adalah FLAC (Free Lossless Audio Codec) dan ALAC (Apple Lossless Audio Codec).
FLAC digunakan pada layanan streaming musik Tidal, sementara dukungan terhadap ALAC bisa ditemukan pada aplikasi Apple Music dan iTunes.
Pemampatan Bluetooth
Meskipun standar Enhanced Data Rate (EDR) pada Bluetooth disebutkan dapat mencapai kecepatan lebih dari 2 Mbps, pada kenyataannya laju transmisi data yang lebih realistis adalah sekitar 1 Mbps. Ini tidak cukup untuk mentransmisikan data dengan kualitas CD audio, yang mencapai 1,4 Mbps.
Karena itu, tidak mengherankan bila berbagai standar transmisi data Bluetooth pada saat ini umumnya menggunakan teknik kompresi lossy untuk mendapatkan penghematan data yang lebih baik.
Standar Bluetooth mensyaratkan dukungan terhadap codec SBC (low complexity subband codec) terhadap perangkat headset Bluetooth. Sementara itu spesifikasi Bluetooth 5.3 mensyaratkan codec baru yang dinamakan LC3 (low compexity communication codec), yang disebutkan akan meningkatkan kualitas audio pada perangkat audio Bluetooth.
Meskipun perangkat headset Bluetooth sudah mensyaratkan standar kompresi tertentu, pada praktiknya pembuat headset bebas menambahkan teknologinya sendiri.
Sebagai contoh, Apple menggunakan codec AAC untuk streaming pada produk earphone nirkabel AirPod. Sementara itu, perangkat Android kita dapat menemukan standar seperti aptX HD dan aptX Adaptive dari Qualcomm. Standar ini sudah didukung oleh perangkat Android terbaru.
Standar aptX HD bisa mencapai bitrate 576 kbps, sedangkan bitrate aptX berkisar antara 120 kbps-1Mbps.
Baru-baru ini, Qualcomm mengumumkan standar baru yang dinamakan aptX Lossless. Teknologi ini disebutkan mampu mentransmisikan audio kualitas CD tanpa degradasi data. Pencapaian ini dimungkinkan berkat teknologi Snapdragon Sound yang menjamin transmisi data nirkabel yang stabil dan berkecepatan tinggi.
Meskipun pembuat ponsel dan headset seperti Xiaomi dan Audio Technica sudah memperkenalkan produk yang menggunakan Snapdragon Sound, kita harus menunggu terlebih dahulu dukungan terhadap aptX Lossless untuk tersebar luas di pasar.
Android Authority memperkirakan headset dan ponsel yang mendukung teknologi Bluetooth terbaru ini baru beredar pada 2022 mendatang.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.