Profil Brian Yuliarto, Guru Besar ITB yang Dilantik Jadi Mendikti Saintek Baru
19 February 2025 |
18:06 WIB
Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Brian Yuliarto menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek). Pelantikan digelar di Istana Negara, Jakarta, pada hari ini, Rabu (19/2/2025).
Brian menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro yang menempati jabatan tersebut selama 112 hari, sejak dilantik pada 21 Oktober 2024. Pelantikan Brian Yuliarto sebagai Mendiktisaintek berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor XXVIP tahun 2025 tentang pemberhentian dan pengangkatan menteri negara Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Baca juga: Efisiensi Anggaran Kemendikdasmen, Delegasi Lomba Internasional Tetap Didukung
Presiden Prabowo Subianto kemudian melantik langsung Brian Yuliarto sebagai Mendiktisaintek dengan mengambil sumpah jabatan. Brian Yuliarto pun mengikuti sumpah yang dibacakan presiden. Berikut bunyinya:
"Saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab," demikian bunyi sumpah tersebut.
Brian Yuliarto merupakan dosen tetap dengan status Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri ITB. Dia berada pada Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Nano dan Kuantum. Saat ini, Brian Yuliarto menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB periode 2025-2030. Dia sempat mencalonkan diri sebagai calon Rektor ITB periode 2025-2030.
Brian menamatkan studi S1 di Jurusan Teknik Fisika ITB pada 1999, serta S2 dan S3 di Jurusan Quantum Engineering and System Science Department, University of Tokyo, masing-masing pada 2002 dan 2005. Pada 2006, Brian kembali ke almamaternya sebagai dosen. Terhitung dia sudah 19 tahun menjadi dosen dan akademisi di ITB.
Pria kelahiran 27 Juli 1975 ini juga pernah menjabat sebagai Dekan FTI (2020–2024), Visiting Professor Tsukuba University (2021–sekarang), Kepala Research Center on Nanoscience and Nanotechnology ITB (2019–2020), Kepala Program Studi Teknik Fisika ITB (2016–2020), Ketua KK AFM FTI ITB (2018–2020), serta Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB (2010–2016).
Selain itu, Brian juga pernah menjabat sebagai Ketua Tim Penyusun KEK JIIPE dan KEK Patimban, Anggota Komite Perencana BAPPEDA Jawa Barat 2012–2016, serta memegang lebih dari 20 konsultasi dan layanan kepakaran.
Selama berkarier, Brian juga terlibat dalam berbagai proyek penelitian di bidang pangan dan kesehatan, dan pemegang sejumlah hak kekayaan intelektual (HKI).
Brian Yuliarto dikenal sebagai salah satu ilmuwan kenamaan Indonesia. Sepanjang kariernya, Brian aktif melakukan penelitian di bidang nanoteknologi dan biosensor, dengan sejumlah hasil riset yang sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional ternama.
Dia tercatat memiliki 326 publikasi jurnal ilmiah terindeks Scopus dan 410 publikasi jurnal ilmiah terindeks Google Scholar. Termasuk, melakukan penelitian-penelitian terobosan yang berfokus pada pengembangan material fungsional untuk aplikasi di berbagai sektor, termasuk kesehatan, energi, dan lingkungan.
Salah satu penelitian utamanya adalah pengembangan biosensor portabel untuk deteksi virus demam berdarah DENV-3, serta sensor gas berbasis oksida logam untuk pemantauan lingkungan dan industri.
Penelitian-penelitian ini tidak hanya menunjukkan kontribusi langsung bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menempatkan nama Indonesia di peta penelitian global.
Berkat kiprahnya di dunia akademik, Brian menerima penghargaan bergengsi Habibie Prize pada 2024 dalam kategori ilmu rekayasa. Penghargaan bergengsi ini diberikan oleh Yayasan SDM Iptek sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi besar Brian Yuliarto dalam pengembangan teknologi berbasis material maju dan nanoteknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tak sampai situ, Brian juga menempati peringkat 18 dalam Indonesia Top 10.000 Scientist kategori Subjek Engineering & Technology. Pemeringkatan ini dilakukan oleh AD Scientific Index yang merupakan sistem pemeringkatan dan analisis tahunan, berdasarkan kinerja ilmiah dan produktivitas dari sebuah universitas dan/atau seorang ilmuwan.
Brian Yuliarto juga telah mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu World’s Top 2 persen Scientist versi Stanford University pada 2022.
Pria berusia 49 tahun ini juga pernah dinobatkan sebagai Peneliti Terbaik oleh ITB pada 2021 dan beberapa kali mendapat penghargaan atas kontribusinya di bidang riset dan inovasi teknologi
Mengutip dari situs Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Brian Yuliarto memiliki harta kekayaan sejumlah Rp18,6 miliar. Brian melaporkan harta kekayaannya terakhir kali ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 29 Maret 2024.
Tanah dan bangunan menyumbang aset terbesar milik Brian Yuliarto dengan total nilai Rp18 miliar. Di garasinya, Brian Yuliarto hanya memiliki satu unit mobil keluaran 2018 seharga Rp170 juta. Aset lain yang dipunyai adalah harta bergerak lainnya serta kas dan setara kas yang mencapai hampir Rp400 juta.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Brian menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro yang menempati jabatan tersebut selama 112 hari, sejak dilantik pada 21 Oktober 2024. Pelantikan Brian Yuliarto sebagai Mendiktisaintek berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor XXVIP tahun 2025 tentang pemberhentian dan pengangkatan menteri negara Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Baca juga: Efisiensi Anggaran Kemendikdasmen, Delegasi Lomba Internasional Tetap Didukung
Presiden Prabowo Subianto kemudian melantik langsung Brian Yuliarto sebagai Mendiktisaintek dengan mengambil sumpah jabatan. Brian Yuliarto pun mengikuti sumpah yang dibacakan presiden. Berikut bunyinya:
"Saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab," demikian bunyi sumpah tersebut.
Brian Yuliarto merupakan dosen tetap dengan status Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri ITB. Dia berada pada Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Nano dan Kuantum. Saat ini, Brian Yuliarto menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB periode 2025-2030. Dia sempat mencalonkan diri sebagai calon Rektor ITB periode 2025-2030.
Brian menamatkan studi S1 di Jurusan Teknik Fisika ITB pada 1999, serta S2 dan S3 di Jurusan Quantum Engineering and System Science Department, University of Tokyo, masing-masing pada 2002 dan 2005. Pada 2006, Brian kembali ke almamaternya sebagai dosen. Terhitung dia sudah 19 tahun menjadi dosen dan akademisi di ITB.
Pria kelahiran 27 Juli 1975 ini juga pernah menjabat sebagai Dekan FTI (2020–2024), Visiting Professor Tsukuba University (2021–sekarang), Kepala Research Center on Nanoscience and Nanotechnology ITB (2019–2020), Kepala Program Studi Teknik Fisika ITB (2016–2020), Ketua KK AFM FTI ITB (2018–2020), serta Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB (2010–2016).
Selain itu, Brian juga pernah menjabat sebagai Ketua Tim Penyusun KEK JIIPE dan KEK Patimban, Anggota Komite Perencana BAPPEDA Jawa Barat 2012–2016, serta memegang lebih dari 20 konsultasi dan layanan kepakaran.
Selama berkarier, Brian juga terlibat dalam berbagai proyek penelitian di bidang pangan dan kesehatan, dan pemegang sejumlah hak kekayaan intelektual (HKI).
Publikasi & Prestasi
Brian Yuliarto dikenal sebagai salah satu ilmuwan kenamaan Indonesia. Sepanjang kariernya, Brian aktif melakukan penelitian di bidang nanoteknologi dan biosensor, dengan sejumlah hasil riset yang sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional ternama.Dia tercatat memiliki 326 publikasi jurnal ilmiah terindeks Scopus dan 410 publikasi jurnal ilmiah terindeks Google Scholar. Termasuk, melakukan penelitian-penelitian terobosan yang berfokus pada pengembangan material fungsional untuk aplikasi di berbagai sektor, termasuk kesehatan, energi, dan lingkungan.
Salah satu penelitian utamanya adalah pengembangan biosensor portabel untuk deteksi virus demam berdarah DENV-3, serta sensor gas berbasis oksida logam untuk pemantauan lingkungan dan industri.
Penelitian-penelitian ini tidak hanya menunjukkan kontribusi langsung bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menempatkan nama Indonesia di peta penelitian global.
Berkat kiprahnya di dunia akademik, Brian menerima penghargaan bergengsi Habibie Prize pada 2024 dalam kategori ilmu rekayasa. Penghargaan bergengsi ini diberikan oleh Yayasan SDM Iptek sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi besar Brian Yuliarto dalam pengembangan teknologi berbasis material maju dan nanoteknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tak sampai situ, Brian juga menempati peringkat 18 dalam Indonesia Top 10.000 Scientist kategori Subjek Engineering & Technology. Pemeringkatan ini dilakukan oleh AD Scientific Index yang merupakan sistem pemeringkatan dan analisis tahunan, berdasarkan kinerja ilmiah dan produktivitas dari sebuah universitas dan/atau seorang ilmuwan.
Brian Yuliarto juga telah mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu World’s Top 2 persen Scientist versi Stanford University pada 2022.
Pria berusia 49 tahun ini juga pernah dinobatkan sebagai Peneliti Terbaik oleh ITB pada 2021 dan beberapa kali mendapat penghargaan atas kontribusinya di bidang riset dan inovasi teknologi
Mengutip dari situs Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Brian Yuliarto memiliki harta kekayaan sejumlah Rp18,6 miliar. Brian melaporkan harta kekayaannya terakhir kali ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 29 Maret 2024.
Tanah dan bangunan menyumbang aset terbesar milik Brian Yuliarto dengan total nilai Rp18 miliar. Di garasinya, Brian Yuliarto hanya memiliki satu unit mobil keluaran 2018 seharga Rp170 juta. Aset lain yang dipunyai adalah harta bergerak lainnya serta kas dan setara kas yang mencapai hampir Rp400 juta.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.