Tagar Kabur Aja Dulu Bisa Ciptakan Fenomena Eksodus, Apa Itu?
19 February 2025 |
17:53 WIB
Tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu yang belakangan jadi perbincangan publik di media sosial bisa menimbulkan dampak berkepanjangan. Rendahnya ketersediaan lapangan kerja dan sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak di Indonesia yang tidak segera ditangani pemerintah, bisa memunculkan fenomena eksodus.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan sikap tak acuh pemerintah terhadap fenomena Kabur Aja Dulu yang sedang menjadi perbincangan hangat publik di media sosial khususnya anak muda, apalagi membuat pernyataan yang kurang simpatik atau mengecewakan dari beberapa pejabat, bukan tidak mungkin bakal menciptakan fenomena eksodus.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksodus ialah tindakan meninggalkan tempat asal seperti kampung halaman, kota, atau negara, yang dilakukan oleh penduduk secara besar-besaran.
Seperti diketahui, beberapa pejabat pemerintah menyebut bahwa fenomena Kabur Aja Dulu merupakan bentuk masyarakat yang tidak cinta dengan Tanah Air, hingga meragukan nasionalisme rakyat. Bahkan, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Gerungan menyebut orang-orang yang ke luar negeri, kalau perlu tidak usah kembali ke Indonesia.
Baca juga: Tagar Kabur Aja Dulu Ramai di Medsos, Begini Kata Sosiolog
Menurut Sigit, respons tersebut bisa membuat masyarakat menilai bahwa pemerintah tidak serius untuk memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan rakyatnya. Terlebih, kondisi ekonomi, sosial, dan politik di dalam negeri yang kurang kondusif, dan kurang memfasilitasi masyarakat untuk berkarier dan berkembang.
Dia menilai peluang atau indikasi akan terjadinya eksodus itu ditunjukkan oleh tidak segera meningkatnya peluang kerja bagi generasi muda lulusan perguruan tinggi dari tahun ke tahun. Di sisi lain, peluang untuk berkarier di luar negeri seperti ke Jepang atau Korea Selatan justru semakin terbuka dan mudah.
"Sangat besar kemungkinan generasi muda terdidik itu kemudian melarikan diri dalam tanda kutip ya, atau pergi ke negara-negara itu untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Potensi itu akan terjadi kalau pemerintah tidak segera merespons ini dengan kebijakan afirmatif, kebijakan yang berpihak pada mereka [rakyat]," katanya kepada Hypeabis.id dalam wawancara telepon, Rabu (19/2/2025).
Sigit mengatakan jika fenomena eksodus terjadi, Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas karena anak-anak muda yang memilih untuk pergi bekerja ke luar negeri ialah generasi yang terdidik, punya nyali untuk bekerja di negeri orang tanpa fasilitas pemerintah, serta punya kemampuan (skill) untuk bisa bersaing di negara tujuan.
Berkurangnya SDM berkualitas yang memiliki kemampuan dan menguasai teknologi dalam jangka panjang akan membuat produktivitas dalam negeri seiring waktu terus merosot, yang pada akhirnya membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga merosot hingga kalah bersaing dengan negara-negara lain.
"Jadi sebenarnya mereka yang pergi ke luar negeri ini bukan tenaga kerja biasa, tetapi tenaga kerja yang benar-benar punya kualitas," ujarnya.
Menurut Sigit, seharusnya pemerintah merespons fenomena #KaburAjaDulu secara positif dengan menciptakan program-program bertahap dalam penciptaan lapangan kerja. Kebijakan-kebijakan yang jelas dan berpihak pada generasi muda terdidik, agar mereka segera terserap lapangan kerja.
"Itu hanya bisa terjadi kalau kebijakan efisiensi di era Pak Prabowo ini diarahkan untuk penciptaan lapangan kerja. Kalau efisiensi dipakai terlalu besar untuk makan gratis, untuk membiayai pemerintahnya yang terlalu gemuk, ya ini jelas pemikiran atau cara berpikir yang kontradiktif. Organisasi di atasnya gemuk, yang ada di lapisan bawah ini sangat kesusahan karena terjadi PHK atau efisiensi," katanya.
Seperti diketahui, belakangan ini tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu menjadi fenomena yang ramai dibicarakan publik di media sosial. Tagar ini merupakan ungkapan atau seruan dari masyarakat khususnya anak muda untuk meninggalkan atau 'kabur' dari Indonesia demi bekerja maupun melanjutkan studi di luar negeri.
Fenomena Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan keadilan di dalam negeri. Situasi tersebut terjadi diduga karena banyaknya kebijakan pemerintah belakangan ini yang dinilai tidak berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Tagar #KaburAjaDulu awalnya muncul hingga beredar masif di media sosial X. Penggunaan tagar tersebut oleh warganet disertai dengan ajakan untuk para anak muda agar mengambil pendidikan, bekerja, ataupun sekadar tinggal di luar negeri.
Fenomena Kabur Aja Dulu dikaitkan dengan sistem pendidikan di Tanah Air yang cenderung memiliki biaya mahal, rendahnya ketersediaan lapangan kerja, dan gaji per bulan yang rendah.
Bahkan, banyak netizen yang menggunakan tagar #KaburAjaDulu untuk mengunggah informasi terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia. Mereka berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri dengan menggunakan tagar Kabur Aja Dulu.
Baca juga: Trend #KaburAjaDulu Viral di Medsos: Berikut 8 Negara Favorit Orang Indonesia untuk Bekerja
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan sikap tak acuh pemerintah terhadap fenomena Kabur Aja Dulu yang sedang menjadi perbincangan hangat publik di media sosial khususnya anak muda, apalagi membuat pernyataan yang kurang simpatik atau mengecewakan dari beberapa pejabat, bukan tidak mungkin bakal menciptakan fenomena eksodus.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksodus ialah tindakan meninggalkan tempat asal seperti kampung halaman, kota, atau negara, yang dilakukan oleh penduduk secara besar-besaran.
Seperti diketahui, beberapa pejabat pemerintah menyebut bahwa fenomena Kabur Aja Dulu merupakan bentuk masyarakat yang tidak cinta dengan Tanah Air, hingga meragukan nasionalisme rakyat. Bahkan, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Gerungan menyebut orang-orang yang ke luar negeri, kalau perlu tidak usah kembali ke Indonesia.
Baca juga: Tagar Kabur Aja Dulu Ramai di Medsos, Begini Kata Sosiolog
Menurut Sigit, respons tersebut bisa membuat masyarakat menilai bahwa pemerintah tidak serius untuk memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan rakyatnya. Terlebih, kondisi ekonomi, sosial, dan politik di dalam negeri yang kurang kondusif, dan kurang memfasilitasi masyarakat untuk berkarier dan berkembang.
Dia menilai peluang atau indikasi akan terjadinya eksodus itu ditunjukkan oleh tidak segera meningkatnya peluang kerja bagi generasi muda lulusan perguruan tinggi dari tahun ke tahun. Di sisi lain, peluang untuk berkarier di luar negeri seperti ke Jepang atau Korea Selatan justru semakin terbuka dan mudah.
"Sangat besar kemungkinan generasi muda terdidik itu kemudian melarikan diri dalam tanda kutip ya, atau pergi ke negara-negara itu untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Potensi itu akan terjadi kalau pemerintah tidak segera merespons ini dengan kebijakan afirmatif, kebijakan yang berpihak pada mereka [rakyat]," katanya kepada Hypeabis.id dalam wawancara telepon, Rabu (19/2/2025).
Sigit mengatakan jika fenomena eksodus terjadi, Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas karena anak-anak muda yang memilih untuk pergi bekerja ke luar negeri ialah generasi yang terdidik, punya nyali untuk bekerja di negeri orang tanpa fasilitas pemerintah, serta punya kemampuan (skill) untuk bisa bersaing di negara tujuan.
Berkurangnya SDM berkualitas yang memiliki kemampuan dan menguasai teknologi dalam jangka panjang akan membuat produktivitas dalam negeri seiring waktu terus merosot, yang pada akhirnya membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga merosot hingga kalah bersaing dengan negara-negara lain.
"Jadi sebenarnya mereka yang pergi ke luar negeri ini bukan tenaga kerja biasa, tetapi tenaga kerja yang benar-benar punya kualitas," ujarnya.
Menurut Sigit, seharusnya pemerintah merespons fenomena #KaburAjaDulu secara positif dengan menciptakan program-program bertahap dalam penciptaan lapangan kerja. Kebijakan-kebijakan yang jelas dan berpihak pada generasi muda terdidik, agar mereka segera terserap lapangan kerja.
"Itu hanya bisa terjadi kalau kebijakan efisiensi di era Pak Prabowo ini diarahkan untuk penciptaan lapangan kerja. Kalau efisiensi dipakai terlalu besar untuk makan gratis, untuk membiayai pemerintahnya yang terlalu gemuk, ya ini jelas pemikiran atau cara berpikir yang kontradiktif. Organisasi di atasnya gemuk, yang ada di lapisan bawah ini sangat kesusahan karena terjadi PHK atau efisiensi," katanya.
Seperti diketahui, belakangan ini tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu menjadi fenomena yang ramai dibicarakan publik di media sosial. Tagar ini merupakan ungkapan atau seruan dari masyarakat khususnya anak muda untuk meninggalkan atau 'kabur' dari Indonesia demi bekerja maupun melanjutkan studi di luar negeri.
Fenomena Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan keadilan di dalam negeri. Situasi tersebut terjadi diduga karena banyaknya kebijakan pemerintah belakangan ini yang dinilai tidak berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Tagar #KaburAjaDulu awalnya muncul hingga beredar masif di media sosial X. Penggunaan tagar tersebut oleh warganet disertai dengan ajakan untuk para anak muda agar mengambil pendidikan, bekerja, ataupun sekadar tinggal di luar negeri.
Fenomena Kabur Aja Dulu dikaitkan dengan sistem pendidikan di Tanah Air yang cenderung memiliki biaya mahal, rendahnya ketersediaan lapangan kerja, dan gaji per bulan yang rendah.
Bahkan, banyak netizen yang menggunakan tagar #KaburAjaDulu untuk mengunggah informasi terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia. Mereka berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri dengan menggunakan tagar Kabur Aja Dulu.
Baca juga: Trend #KaburAjaDulu Viral di Medsos: Berikut 8 Negara Favorit Orang Indonesia untuk Bekerja
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.