Ilustrasi pegawai kantoran. (Sumber gambar: Freepik/Tirachardz)

Skill Ini Paling Dibutuhkan Untuk Bersaing di Tempat Kerja

01 February 2025   |   10:42 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kehadiran artificial intelligence (AI) mengubah cara pandang para pemimpin perusahaan dalam memilih sumber daya manusia (SDM) yang akan bekerja di tempatnya. Seperti yang terungkap dalam Laporan Tahunan Indeks Tren Pekerjaan 2024 yang digagas Microsoft dan LinkedIn. 

Disebutkan bahwa 66 persen pemimpin perusahaan tidak akan mempekerjakan seseorang tanpa keterampilan AI. Survei yang melibatkan 31.000 responden di 31 negara itu juga mencatat 71 persen pemimpin perusahaan lebih suka mempekerjakan kandidat yang kurang berpengalaman, tetapi memiliki keterampilan AI.

Baca juga: 85% Pekerja Profesional di Indonesia Manfaatkan Tren Loud Learning untuk Tingkatkan Skill

CEO Lifepack.id Natali Ardianto menyampaikan, yang sangat menentukan nasib para pekerja di masa depan yakni kecepatan untuk beradaptasi dengan teknologi dan menguasainya. Kehadiran AI menjadi cambuk untuk para pekerja agar lebih kreatif, cepat, dan efisien dalam menyelesaikan tugas.

Oleh karena itu, future skill yang paling utama menurut Natali adalah kemampuan menulis prompting dalam memanfaatkan AI. Saat ini, banyak aplikasi atau tools kecerdasan buatan yang bisa dimanfaatkan untuk membantu dunia kerja. Kemampuan mengoperasikan AI ini juga harus diiringi dengan analisis data yang baik.

Natali mencontohkan untuk mendapatkan follower sebanyak kompetitor di media sosial, dia memanfaatkan software AI. Dari software tersebut, dia mendapat 1.000 data yang kemudian dimasukkan ke dalam machine learning (ML), bagian dari AI, untuk mencari variabel apa saja yang membuat pengikut di media sosial naik.   

Tinggal mengamati, tiru, dan modifikasi, pekerjaan yang dahulu dinilai cukup rumit, bisa dilakukan sendiri dengan estimasi waktu sekitar 2 jam. Bahkan, suatu waktu, dia berhasil memperbaiki sistem hanya dalam waktu 15 menit dengan bantuan AI, setelah engineering tidak bisa mengatasinya selama 2 pekan. 

Natali berpendapat, jika ingin eksis di dunia kerja, SDM harus bisa menguasai teknologi yang sedang berkembang. Pasalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu bekerja secara cepat dan efisien, tetapi akurat. Ditambah dengan pemikiran kritis dan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat.

Hal ini dapat dibantu dengan kehadiran AI. Akan tetapi, AI menurutnya hanyalah alat untuk mengimplementasikan konsep dan ide-ide segar manusia. “Jadi, saya rasa satu sampai satu setengah tahun dari sekarang, bukan AI menggantikan kita, tapi orang yang menggunakan AI yang akan menggantikan kita,” ujarnya saat ditemui Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Natali berpendapat bahwa kemampuan untuk berkolaborasi juga dipertimbangkan para pemimpin perusahaan. Dalam merekrut pekerja, dia selalu mencari orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim. Sebab, dia menilai kepintaran tidak menjamin orang tersebut bisa memutar roda organisasi atau perusahaan.

“Kolaborasi itu penting, ada objektif komunikasi, understanding personality, dan makin lama soft skill akan menjadi sangat-sangat penting,” tuturnya.

Direktur Bisnis Digital Telkom Indonesia, Muhammad Fajrin Rasyid sepakat bahwa kemampuan kolaborasi sangat dipertimbangkan di dunia kerja. Dengan demikian, mereka bisa saling belajar dan menguasai lebih banyak hal, serta, meraih hasil akhir yang memuaskan. 

Tak dipungkiri, kemauan dan bisa belajar skill baru menjadi tolak ukur perusahaan dalam mencari pekerja. Perusahaan sangat mempertimbangkan SDM yang memiliki pola pikir untuk selalu berkembang, dengan tidak menyerah pada hal-hal baru dan berusaha untuk mempelajarinya. 

Tidak hanya terhadap AI, tetapi mempelajari teknologi-teknologi baru yang akan hadir di masa mendatang, seperti algoritma quantum computing yang digagas Google. Jenis komputasi itu digadang-gadang dapat memecahkan persoalan dalam waktu singkat, yang biasanya membutuhkan waktu 10-25 tahun. “Tapi dengan quantum computing dapat diselesaikan dalam 5 menit saja,” imbuhnya. 

VP Content and Development Infinite Studio Tina Arwin, mengatakan di sektor kreatif, SDM yang dibutuhkan bukan sekadar punya kreativitas tinggi, namun juga kemampuan critical thinking (berpikir kritis) dan analytical thinking (berpikir analitis), yang baik.

Mengenali market dengan menganalisis banyak data juga sangat diperlukan. Untuk mengerjakan ini, pekerja kreatif bisa memanfaatkan kecerdasan buatan. 

Hadirnya ragam tools AI ini sejatinya bisa dimanfaatkan dengan bijak. Misal dalam pembuatan film, ide cerita yang dihasilkan tentunya bersifat otentik atau asli. AI mungkin bisa dimanfaatkan dalam penulisan naskah seperti menggunakan generator prompt. “Kalau tau cara menggunakan AI itu untuk keuntungan yang baik, enggak masalah menurut aku. Di industri film, AI ini sudah membantu banyak,” ujarnya.

Baca juga: Penelitian LinkedIn: Disrupsi AI Membuat Kemampuan Soft Skill Kian Penting

Tina menyebut selain penulisan naskah, AI membantu menggambarkan adegan, terutama film laga yang biasanya melibatkan pertarungan fisik dan peristiwa menegangkan. Jadi, ketika syuting dimulai, sutradara, kru, aktor, hingga pemeran pengganti sudah tau apa yang harus dilakukan. 

Dengan demikian, risiko kecelakaan saat syuting bisa diminimalisir. Waktu pengambilan gambar pun menjadi lebih efisien. Bagi pekerja di industri kreatif, kehadiran AI harusnya bisa meningkatkan kreativitas mereka untuk produksi konten yang lebih berkualitas agar produk Indonesia semakin gahar merambah kancah global.

“Jadi keep learning, being adaptive, terus belajar, sehingga AI vision learning ini bisa menjadi salah satu cara untuk mendorong atau membantu industri kreatif kita supaya bisa nge-cross ke international market,” harap Tina.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Kesenjangan Teknologi Dianggap Menghambat UMKM dalam Persaingan Ekonomi Digital

BERIKUTNYA

Maroon 5 Konser di Jakarta Hari Ini, Cek Rundown dan Pintu Masuk JIS

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: