Twitter Ujicoba Fitur Keamanan Baru, Blokir Otomatis Akun Ujaran Kebencian
02 September 2021 |
14:45 WIB
Twitter dilaporkan tengah melakukan ujicoba fitur baru yang dapat memblokir sementara akun berisi konten-konten tidak pantas, seperti kekerasan, ujaran kebencian, komentar penghinaan, dan sebagainya. Tentunya ini menjadi angin segar bagi para pengguna yang menginginkan ketenangan saat menggunakan platform media sosial tersebut.
Melalui sebuah tulisan yang diunggah di blog Twitter pada Kamis (2/9/2021), Manajer Senior Produk Twitter Jarrod Doherty mengatakan bahwa pihaknya tengah menguji coba fitur mode keamanan atau safety mode. Uji coba fitur baru ini dilakukan untuk mendukung interaksi yang sehat di Twitter.
Seperti diketahui, selama ini Twitter digunakan oleh banyak pihak untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas, termasuk diantaranya adalah memancing keributan lewat berbagai ujaran kebencian, komentar penghinaan, dan perundungan. Demikian halnya dengan konten-konten kekerasan yang kerap muncul di linimasa dan membuat banyak pengguna merasa tidak nyaman.
"Tujuan kami adalah untuk melindungi pengguna agar menerima cuitan yang lebih baik dengan cara mengurangi prevalensi dan visibilitas cuitan-cuitan atau komentar berbahaya di linimasa mereka," katanya.
Doherty menjelaskan fitur baru keamanan itu dikembangkan setelah pihaknya berkonsultasi dan mendapatkan masukan dari beberapa pihak, meliputi pakar keamanan siber, kesehatan mental, dan hak asasi manusia. Beberapa diantaranya juga tergabung dalam Dewan Kepercayaan dan Keamanan Twitter.
Selain itu, lewat fitur tersebut Twitter juga berupaya untuk melawan kekerasan berbasis gender di dunia maya. Oleh karena itu, Twitter juga melibatkan pihak-pihak yang aktif dalam upaya tersebut dan berpartisipasi dalam diskusi tentang pengalaman perempuan saat menggunakan fitur keamanan.
"Kami juga memprioritaskan orang-orang dari komunitas terpinggirkan dan jurnalis perempuan," tegas Doherty.
Adapun, cara kerja dari fitur mode keamanan menurut Doherty akan memblokir secara otomatis akun yang terdeteksi berbahaya oleh sistem untuk sementara waktu. Mereka yang diblokir nantinya tidak dapat mengikuti akun, melihat cuitan, atau mengirimkan pesan melalui Direct Message kepada pengguna yang dijadikan sasaran.
Walaupun demikian, akun yang sering berinteraksi dengan pengguna tidak akan diblokir secara otomatis karena sistem ikut memperhitungkan hubungan diantara keduanya.
Pengguna masih dapat menemukan informasi tentang cuitan yang ditandai melalui mode keamanan dan melihat detail akun yang diblokir kapan saja. Pengguna nantinya akan menerima pemberitahuan dari sistem Twitter setelah mode keamanan berakhir dalam waktu tujuh hari.
Belum diketahui pasti kapan fitur mode keamanan ini akan meluncur secara resmi. Namun yang jelas, menurut Doherty saat ini fitur ini masih diujicoba pada kelompok kecil denhgan akun yang mengaktifkan bahasa Inggris di seluruh platform.
"Kami juga akan secara teratur memantau keakuratan sistem mode keamanan untuk meningkatkan kemampuan deteksi kami," tutupnya.
Editor: Dika Irawan
Melalui sebuah tulisan yang diunggah di blog Twitter pada Kamis (2/9/2021), Manajer Senior Produk Twitter Jarrod Doherty mengatakan bahwa pihaknya tengah menguji coba fitur mode keamanan atau safety mode. Uji coba fitur baru ini dilakukan untuk mendukung interaksi yang sehat di Twitter.
Seperti diketahui, selama ini Twitter digunakan oleh banyak pihak untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas, termasuk diantaranya adalah memancing keributan lewat berbagai ujaran kebencian, komentar penghinaan, dan perundungan. Demikian halnya dengan konten-konten kekerasan yang kerap muncul di linimasa dan membuat banyak pengguna merasa tidak nyaman.
"Tujuan kami adalah untuk melindungi pengguna agar menerima cuitan yang lebih baik dengan cara mengurangi prevalensi dan visibilitas cuitan-cuitan atau komentar berbahaya di linimasa mereka," katanya.
Doherty menjelaskan fitur baru keamanan itu dikembangkan setelah pihaknya berkonsultasi dan mendapatkan masukan dari beberapa pihak, meliputi pakar keamanan siber, kesehatan mental, dan hak asasi manusia. Beberapa diantaranya juga tergabung dalam Dewan Kepercayaan dan Keamanan Twitter.
Selain itu, lewat fitur tersebut Twitter juga berupaya untuk melawan kekerasan berbasis gender di dunia maya. Oleh karena itu, Twitter juga melibatkan pihak-pihak yang aktif dalam upaya tersebut dan berpartisipasi dalam diskusi tentang pengalaman perempuan saat menggunakan fitur keamanan.
"Kami juga memprioritaskan orang-orang dari komunitas terpinggirkan dan jurnalis perempuan," tegas Doherty.
Adapun, cara kerja dari fitur mode keamanan menurut Doherty akan memblokir secara otomatis akun yang terdeteksi berbahaya oleh sistem untuk sementara waktu. Mereka yang diblokir nantinya tidak dapat mengikuti akun, melihat cuitan, atau mengirimkan pesan melalui Direct Message kepada pengguna yang dijadikan sasaran.
Walaupun demikian, akun yang sering berinteraksi dengan pengguna tidak akan diblokir secara otomatis karena sistem ikut memperhitungkan hubungan diantara keduanya.
Pengguna masih dapat menemukan informasi tentang cuitan yang ditandai melalui mode keamanan dan melihat detail akun yang diblokir kapan saja. Pengguna nantinya akan menerima pemberitahuan dari sistem Twitter setelah mode keamanan berakhir dalam waktu tujuh hari.
Belum diketahui pasti kapan fitur mode keamanan ini akan meluncur secara resmi. Namun yang jelas, menurut Doherty saat ini fitur ini masih diujicoba pada kelompok kecil denhgan akun yang mengaktifkan bahasa Inggris di seluruh platform.
"Kami juga akan secara teratur memantau keakuratan sistem mode keamanan untuk meningkatkan kemampuan deteksi kami," tutupnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.