Penulis Iksaka Banu saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.

Iksaka Banu Beri Bocoran Novel Baru, Angkat Unsur Realisme Magis

22 January 2025   |   09:05 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Penulis Iksaka Banu tengah menggarap novel anyar. Masih mengusung genre fiksi sejarah kolonial, buku barunya nanti akan mengangkat kisah dengan latar belakang histori peristiwa Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1926 serta Pasar Gambir 1925.
 
"Masih tentang fiksi sejarah kolonial. Tentang PKI 1926 dan Pasar Gambir 1925," bebernya kepada Hypeabis.id saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025).
 
Pengarang kelahiran Yogyakarta itu mengatakan bahwa novel barunya nanti akan memiliki tebal sekitar 350 halaman. "Enggak tebal. Sekarang baru 200 halaman, masih kurang 150 halaman lagi," ucap penulis jebolan Institut Teknologi Bandung itu.

Baca juga: Kusala Sastra Khatulistiwa di Mata Iksaka Banu & Ayu Utami
 
Pria yang akrab disapa Banu itu bercerita berbeda dari karya-karyanya sebelumnya, di novel barunya dia akan memberikan sentuhan realisme magis, pendekatan dalam sastra maupun seni yang menggabungkan realis atau kejadian sehari-hari dengan elemen magis.
 
"Mungkin tahun ini saya akan agak berbeda. Jadi akan masuk ke realisme magis, mungkin. Jadi ingin berubah. Gimana caranya masih tetap fiksi sejarah kolonial, tapi coba dikasih tantangan lagi. Supaya saya juga bisa enggak stagnan di situ ya," ucapnya.
 
Ketika ditanya apakah novelnya akan dirilis pada 2025, Banu belum bisa memastikan kapan pastinya karya barunya itu akan terbit. "Semoga bisa rampung tahun ini," imbuhnya.
 

Penulis Iksaka Banu saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.

Penulis Iksaka Banu saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.

Novel baru Iksaka Banu akan menjadi karya fiksinya yang keenam. Sebelumnya, penulis kelahiran 7 Oktober 1964 ini telah menulis beberapa buku yang kebanyakan mengeksplorasi cerita fiksi berlatar sejarah kolonial, seperti Semua Untuk Hindia (2014), Sang Raja (2017), Teh dan Pengkhianat (2019), dan Rasina (2023).
 
Kesukaan Banu terhadap dunia kepenulisan telah muncul sejak kecil. Dia beberapa kali mengirim tulisan ke rubrik Anak di Harian Angkatan Bersenjata. Karyanya juga pernah dimuat di rubrik Anak Harian Kompas dan Majalah Kawanku. Namun, kegiatan menulisnya terhenti karena tertarik mencoba melukis komik, hingga bekerja di biro periklanan.
 
Banu baru giat menulis lagi sekitar akhir 2000, di mana karya-karyanya banyak dimuat di sejumlah media seperti majalah Femina, Horison, Media Indonesia, Jurnal Perempuan, serta Koran Tempo. Pada awalnya, dia menulis dalam berbagai tema, tetapi akhirnya lebih memilih menulis cerita berlatar sejarah kolonial.
 
Dua buah cerita pendeknya, Mawar di Kanal Macan dan Semua untuk Hindia, berturut-turut terpilih menjadi salah satu dari 20 cerpen terbaik Indonesia versi Pena Kencana 2008 dan 2009.
 
Akhirnya, kumpulan cerita pendek bertema sejarah kolonialnya dibukukan dengan judul Semua untuk Hindia pada 2014, dan berhasil meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa. Begitu pun dengan antologi cerpen Teh dan Pengkhianat yang mendapatkan penghargaan yang sama pada 2019, serta Penghargaan Badan Bahasa untuk Kategori Kumpulan Cerpen.
 
Buku-buku lainnya yang pernah ditulisnya termasuk Ratu Sekop (2017), dan novel Pangeran dari Timur (2020) yang ditulis bersama Kurnia Effendi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Mencicipi Cita Rasa Topping Pizza Durian Sultan Berpadu Keju Mozarella

BERIKUTNYA

Rekomendasi Laptop Gaming Entry Level, Harganya Lebih Ramah Kantong

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: