Ilustrasi sindrom metabolik (Sumber gambar: AllGo - An App For Plus Size People/Unsplash)

Mengenal Sindrom Metabolik, Penyebab Banyak Penyakit Kronis

25 January 2025   |   21:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Di antara melonjaknya kasus-kasus penyakit tak menular, sindrom metabolik menjadi momok tersembunyi yang masih jarang mendapat perhatian. Padahal nyatanya, kondisi ini bisa menjadi gerbang utama terbukanya jalan bagi penyakit kronis menggerogoti tubuh.

Melansir laman Kementerian Kesehatan RI, sindrom metabolik merupakan sekelompok gangguan medis yang dapat memengaruhi cara tubuh mengolah makanan menjadi energi, yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit kronis. Ini termasuk diabetes melitus tipe 2, obesitas, hipertensi, dan penyakit lain. 

Menakutkannya, gangguan metabolik ini sering kali tidak terdeteksi dengan cepat karena tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas. Selain itu, angkanya juga mengalami peningkatan. 

Baca juga: Yuk Cari Tahu tentang Penyakit Metabolik yang Diramal Bakal Tambah Banyak

Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat peningkatan yang signifikan dalam prevalensi gangguan metabolik seperti kadar kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes melitus tipe 2, apabila dibandingkan dengan data 5 tahun sebelumnya pada tahun 2018.

Angka ini menunjukkan adanya perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung kurang sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik. 

CEO Klinik Sirka Rifanditto Adhikara menjelaskan bahwa klinik kesehatannya yang fokus pada perawatan gangguan metabolik menemukan angka pasien yang signifikan pada gangguan metabolik.

“Dari data Sirka setelah melayani lebih dari 25.000 pasien hingga 2024, kami menemukan lebih dari 60% pelanggan kami memiliki gangguan metabolik,” ungkap Rifanditto.

Obesitas menjadi penyebab atau faktor yang memperburuk sindrom metabolik. Akan tetapi, sindrom ini melibatkan gangguan yang lebih luas daripada sekadar penumpukan lemak tubuh. Dia menambahkan, banyak pasien yang datang ke kliniknya bukan hanya pada kondisi obesitas akibat kelebihan lemak biasa, tetapi sudah sampai ke gangguan metabolik.

“Kami terus melengkapi poliklinik Sirka yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter penyakit jantung, dokter spesialis gizi klinis, dokter umum, nutrisionis, apoteker, ners, dan sport coach. Sehingga, perjalanan menuju hidup sehat menjadi lebih komprehensif,” jelas Rifanditto. 

Gangguan metabolik yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang serius serta berisiko menyebabkan penyakit kronis yang berbahaya. Sindrom metabolik melibatkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. 
 

Faktor Risiko 

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya sindrom metabolik antara lain pola makan yang buruk, stres, kurang tidur, serta gaya hidup yang tidak aktif. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.

Selain obesitas, penyakit jantung juga sering kali muncul pada penderita sindrom metabolik. Hal ini terjadi akibat tingginya kadar kolesterol LDL dan trigliserida serta rendahnya kadar kolesterol HDL. Buruknya, hal ini berkontribusi pada kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Ketidakseimbangan lipid dalam darah meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, strok, dan komplikasi serius lainnya. Bahkan, gangguan metabolik juga dapat memperburuk risiko kondisi lain seperti kanker payudara dan kanker kolorektal, yang makin menambah ancaman terhadap kesehatan. 

Selain itu, pada kasus tertentu, gangguan metabolik bisa terjadi ketika tubuh tidak dapat memproses makanan menjadi energi secara efektif. Salah satu masalah utama adalah ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik yang dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi.

Faktor risiko utama gangguan metabolik terutama penumpukan lemak di area perut yang mengganggu fungsi hormon dan meningkatkan resistensi insulin. Pola makan tinggi gula dan lemak jenuh serta kebiasaan kurang bergerak juga berperan besar dalam perkembangan penyakit ini.

Stres kronis, penuaan, dan beberapa kondisi medis lainnya seperti sindrom ovarium polikistik atau penyakit tiroid juga dapat memperburuk metabolisme tubuh. Oleh karena itu, deteksi dini dengan  mengukur kadar gula darah, kolesterol, serta tekanan darah berperan besar dalam membantu mengidentifikasi potensi gangguan metabolik sebelum komplikasi serius terjadi. 
 

Gaya Hidup Sehat 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Medical Director Klinik Sirka menjelaskan perlunya mengintegrasikan pendekatan gaya hidup sehat. Hal ini mencakup pengaturan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, serta perubahan perilaku. Di samping itu, pengobatan juga diberikan sebagai pelengkap yang disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap pasien.

“Solusi yang mengombinasikan antara perubahan gaya hidup sehat yang mencakup pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan perubahan perilaku dengan pengobatan sebagai pelengkap yang disesuaikan dengan kondisi." katanya.

Menurut Levina, pendekatan yang dipersonalisasi ini bertujuan untuk memberi solusi terbaik sesuai kondisi dan kebutuhan para pasien. Misalnya, Orang yang punya masalah terkait berat badan, kesehatan saluran cerna, penyakit kronis seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, dan diabetes tentu memiliki kebutuhan pengobatan yang berbeda-beda.

Dia mengimbau agar masyarakat untuk lebih peduli terhadap kondisi kesehatan mereka, terutama terkait gangguan metabolik yang sering kali tidak menimbulkan gejala.

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan secara berkala antara lain rutin mengukur berat badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar perut, gula darah, tekanan darah, dan profil lemak.

“Jika hasil pemeriksaan tidak normal, segera lakukan pencegahan dan perawatan yang tepat serta perubahan gaya hidup sehat jangka panjang,” ungkapnya. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Anime dan Webtoon Solo Leveling Bakal Diadaptasi Jadi Drakor

BERIKUTNYA

Jadwal Libur Sekolah selama Ramadan & Idulfitri 2025, Tak Jadi Sebulan Penuh

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: