Ilustrasi Gen Z yang suka belanja. (Sumber gambar: Tim Douglas/Pexels)

Ini Alasan Gen Z Jadi Pendorong Tren No Buy Challenge

18 January 2025   |   07:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Tren No Buy Challenge yang berdengung di media sosial dalam beberapa waktu terakhir dianggap tidak lepas dari eksistensi Generasi Z. Kelompok masyarakat yang lahir pada 1997-2022 ini semakin sadar akan dampak lingkungan akibat aktivitas manusia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam belanja dan konsumsi. 

Menurut penulis buku 8 Wajah Kelas Menengah, Yuswohady, banyak Gen Z yang mulai menjalani frugal living atau minimalist, sebagai gaya hidup yang lebih sederhana dan bermakna. Kelompok usia ini bisa dibilang ‘apes’ karena harus mendapatkan dampak kerusakan lingkungan, termasuk dari aktivitas pertambangan, yang menurutnya banyak dinikmati generasi Boomer dan X. 

“Tinggal dapet sisa-sisanya, polusi dan lainnya. Makanya dia sangat concern dengan circular economy,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Jumat (17/1/2024).

Baca juga: Hypereport: Putuskan Pensiun Dini karena Frugal Living

Adupan circular economy merupakan model ekonomi yang bertujuan untuk meminimalkan limbah dan penggunaan sumber daya. Tren No Buy Challenge sangat erat dengan model ini karena mengajak untuk tidak membeli barang yang baru dan memaksimalkan pengunaan barang yang sudah ada.

Selain itu, Yuswohady menilai Gen Z merupakan generasi paling miskin, terutama bagi yang baru saja meniti karier dan sudah tidak ditanggung orang tua. Para first jobber ini terbilang pendapatannya minim, sementara kebutuhan mereka mulai banyak.

“Apalagi sekarang kelas menengah rontok, PHK di mana-mana. Jadi kondisi hidup makin susah, makanya cara mengantisipasinya adalah mengurangi spending,” jelasnya.

Tak ayal tren No Buy Challenge digaungkan seiring hadirnya resolusi pada tahun baru di tengah kebijakan yang bikin ekonomi masyarakat semakin terhimpit. Yuswohady berpendapat bahwa kampanye ini dilakukan secara organik.

Kendati demikian, dia menilai tren No Buy Challenge tidak akan bertahan lama. Setidaknya bertahan dalam 1-2 bulan saja. 

Yuswohady menerangkan, meskipun ada kesadaran akan lingkungan, minat  belanja di kalangan Gen Z masih sangat besar. Mereka mudah tersulut algoritma yang diciptakan platform belanja maupun konten endorse di media sosial, begitu pula tawaran diskon.

“Orang itu merasa penting untuk mengurangi spending, tapi dengan kekuatan algoritma, kekuatan TikTok, kekuatan social media, mendorong orang untuk konsumtif. Ngelawan itu sulit,” tegasnya. 

Baca juga: Ini 5 Rekomendasi Buku yang Wajib Dibaca untuk Memulai Gaya Hidup Frugal Living

Ditambah lagi saat ini ada kemudahan pembayaran yang disediakan platform jual beli online, seperti fitur pay later. Belum lagi kartu kredit, hingga maraknya pinjaman online yang menawarkan kemudahan.

Di satu sisi, dalam waktu dekat masyarakat akan dihadapkan promo besar-besaran menyambut Imlek dan Ramadan. Semua kegiatan ini terus mendorong masyarakat, terutama Gen Z untuk berlaku konsumtif.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Sentuhan Klasik Ivan Gunawan Hadir dalam Koleksi Hari Raya Mandjha Hijab

BERIKUTNYA

Global Game Jam 2025 Indonesia Segera Digelar di 12 Kota

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: