7 Fakta Menarik Bukalapak, Unicorn yang Pamit dari e-Commerce
08 January 2025 |
20:54 WIB
Bukalapak (BUKA) memutuskan pamit dalam persaingan produk fisik di e-commerce. Perusahaan yang berdiri pada 10 Januari 2010 dan sempat mencatatkan rekor penawaran saham perdana atau IPO terbesar sepanjang sejarah bursa Indonesia ini, memilih fokus terhadap penjualan produk virtual.
Dalam keterangan resmi manajemen Bukalapak, perusahaan akan melakukan transformasi bisnis. “Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” bunyi keterangan tersebut, Selasa (7/1/2025).
Baca juga: Bukalapak Tutup Layanan Marketplace 9 Januari 2025, Fokus Jual Produk Virtual
Manajemen tidak menampik keputusan ini bakal berdampak kepada para mitra atau yang disebut Pelapak. Namun, perusahaan katanya berkomitmen membuat proses transisi berjalan mulus dengan memberikan tenggat waktu kepada pelapak dan pelanggan untuk bisa bertransaksi jual-beli untuk sejumlah kategori produk hingga 9 Februari 2025.
Adapun barang yang dapat ditransaksikan diantaranya, aksesoris rumah, elektronik, e-voucer, fesyen anak, fesyen pria, fesyen wanita, makanan, permainan, smartphone, hobi & koleksi, industrial, kamera, kesehatan, komputer, logam mulia, luxury, media. Kemudian, mobil, aksesoris, motor, peralatan olahraga, produk perawatan & kecantikan, perawatan rumah tangga, perlengkapan bayi, perlengkapan kantor, personal care, rumah tangga, sepeda, tiket & voucer, serta vape.
“Pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan,” tulis Bukalapak.
Sebagai pengingat dari unicorn yang menemani pelanggan setia hampir 14 tahun, berikut sejarah dan fakta-fakta Bukalapak.
Bukalapak hadir dari ide segar sang founder, Ahmad Zaky, saat kembali ke kampung halamannya, Kota Sragen, Jawa Tengah. Kala itu, dia melihat banyaknya masyarakat di sekitar rumahnya memiliki usaha kecil, tetapi tidak berkembang karena kurangnya fasilitas pemasaran.
Fenomena ini membuat jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu ingin menciptakan software yang berguna dan bisa dimanfaatkan para pengusaha kecil atau pelaku UMKM untuk menjual produknya.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Zaky memutuskan mencari partner. Dia mengajak Nugroho Herucahyono, teman kosnya di Bandung untuk membangun software yang bisa membantu UMKM. Dia juga mengajak Muhamad Fajrin Rasyid untuk terlibat dalam proyek ini.
Bukalapak dikembangkan selama dua bulan dengan modal Rp90.000 untuk membeli domain dan proyek tersebut diluncurkan pada 10 Januari 2010. Kendati demikian, masa awal berdirinya perusahaan rintisan ini, mereka menemui sejumlah kendala seperti tidak ada satupun pengguna internet yang berkunjung ke situs Bukalapak.
Setahun berjalan, Bukalapak menarik sekitar 10.000 UMKM untuk bergabung. Sayangnya startup ini mengalami kendala dari sisi finansial mengingat biaya operasional masih didanai dari kantong para pendirinya. Kondisi tersebut bahkan membuat Zaky berkeinginan mengakhiri bisnisnya.
Kendati demikian, semangat untuk membantu UMKM membuat Zaky turun mencari investor untuk mengembangkan startup ini. Banyak penolakan atas proposal yang diajukannya, namun akhirnya Bukalapak mendapat investor pertama yakni dari perusahaan asal Jepang, Batavia Incubator. Bukalapak juga resmi menjadi perseroan terbatas pada 2011
Pada 2013, Bukalapak kembali mendapatkan modal dari incestor, GREE Ventures. Setahun berikutnya, perusahaan mendapatkan pendanaan seri A dari Aucfan, IREP, 500 Startup, dan GREE Ventures.
Mengutip Undip, pada 2015, Bukalapak mendapat pendanaan seri B dari EMTEK Group. Pada 2019, Asia Growth Fund, Shinhan Financial Group Co, dan juga PT KMK Online menginvestasikan modalnya di Bukalapak.
Pada 2017, Bukalapak resmi ditetapkan sebagai salah satu marketplace yang telah mencapai status Unicorn atau telah mencapai tingkat valuasi modal senilai US$1 miliar atau lebih dari Rp14 triliun. Sejak perusahaan status tersebut, Bukalapak tumbuh pesat.
Mengutip Bisnis.com, BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021. Kala itu BUKA mengumumkan penawaran umum perdana saham sebanyak 25,76 miliar lembar saham biasa. Jumlah itu setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Bukalapak menetapkan harga pelaksanaan IPO Rp850 sehingga perolehan dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp21,90 triliun. Posisi harga IPO itu merupakan batas atas karena BUKA membanderol harga pada kisaran Rp750—Rp850 pada periode bookbuilding.
Selain menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI, penghimpunan dana oleh Bukalapak mencetak rekor tertinggi. Posisi tertinggi nilai IPO di pasar modal Indonesia sebelum BUKA dipegang oleh perusahaan energi Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan raihan dana Rp12,23 triliun.
Pada Januari 2020, Rachmat Kaimuddin tampil sebagai CEO baru Bukalapak, menggantikan Achmad Zaky yang mengundurkan diri. Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid menyusul Zaky untuk minggat dari unicorn ini.
Adapun Fajrin Rasyid tercatat pindah ke Telkom. Di perusahaan milik negara itu, Fajrin menduduki jabatan penting sebagai direktur. Kepergian para pendiri Bukalapak diiringi dengan perubahan strategi perusahaan.
Dengan berhenti menjual produk fisik dan beralih ke penjualan produk digital, kemungkinan BUKA tidak akan lagi memiliki mitra atau yang disebut Pelapak. Jika demikian, visi untuk membantu UMKM dalam memasarkan produknya secara digital tidak lagi dijalankan.
Baca juga: Eks Bos Bukalapak Investasi di Powerbrain, Startup Manajemen Energi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dalam keterangan resmi manajemen Bukalapak, perusahaan akan melakukan transformasi bisnis. “Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” bunyi keterangan tersebut, Selasa (7/1/2025).
Baca juga: Bukalapak Tutup Layanan Marketplace 9 Januari 2025, Fokus Jual Produk Virtual
Manajemen tidak menampik keputusan ini bakal berdampak kepada para mitra atau yang disebut Pelapak. Namun, perusahaan katanya berkomitmen membuat proses transisi berjalan mulus dengan memberikan tenggat waktu kepada pelapak dan pelanggan untuk bisa bertransaksi jual-beli untuk sejumlah kategori produk hingga 9 Februari 2025.
Adapun barang yang dapat ditransaksikan diantaranya, aksesoris rumah, elektronik, e-voucer, fesyen anak, fesyen pria, fesyen wanita, makanan, permainan, smartphone, hobi & koleksi, industrial, kamera, kesehatan, komputer, logam mulia, luxury, media. Kemudian, mobil, aksesoris, motor, peralatan olahraga, produk perawatan & kecantikan, perawatan rumah tangga, perlengkapan bayi, perlengkapan kantor, personal care, rumah tangga, sepeda, tiket & voucer, serta vape.
“Pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan,” tulis Bukalapak.
Sebagai pengingat dari unicorn yang menemani pelanggan setia hampir 14 tahun, berikut sejarah dan fakta-fakta Bukalapak.
1. UMKM Jadi Inspirasi
Bukalapak hadir dari ide segar sang founder, Ahmad Zaky, saat kembali ke kampung halamannya, Kota Sragen, Jawa Tengah. Kala itu, dia melihat banyaknya masyarakat di sekitar rumahnya memiliki usaha kecil, tetapi tidak berkembang karena kurangnya fasilitas pemasaran. Fenomena ini membuat jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu ingin menciptakan software yang berguna dan bisa dimanfaatkan para pengusaha kecil atau pelaku UMKM untuk menjual produknya.
2. Proyek Anak Kos dengan Modal Rp90.000
Untuk mewujudkan visi tersebut, Zaky memutuskan mencari partner. Dia mengajak Nugroho Herucahyono, teman kosnya di Bandung untuk membangun software yang bisa membantu UMKM. Dia juga mengajak Muhamad Fajrin Rasyid untuk terlibat dalam proyek ini.Bukalapak dikembangkan selama dua bulan dengan modal Rp90.000 untuk membeli domain dan proyek tersebut diluncurkan pada 10 Januari 2010. Kendati demikian, masa awal berdirinya perusahaan rintisan ini, mereka menemui sejumlah kendala seperti tidak ada satupun pengguna internet yang berkunjung ke situs Bukalapak.
3. Traffic Naik Tetapi Tak Ada Solusi Finansial
Setahun berjalan, Bukalapak menarik sekitar 10.000 UMKM untuk bergabung. Sayangnya startup ini mengalami kendala dari sisi finansial mengingat biaya operasional masih didanai dari kantong para pendirinya. Kondisi tersebut bahkan membuat Zaky berkeinginan mengakhiri bisnisnya. Kendati demikian, semangat untuk membantu UMKM membuat Zaky turun mencari investor untuk mengembangkan startup ini. Banyak penolakan atas proposal yang diajukannya, namun akhirnya Bukalapak mendapat investor pertama yakni dari perusahaan asal Jepang, Batavia Incubator. Bukalapak juga resmi menjadi perseroan terbatas pada 2011
4. Investor Berdatangan
Pada 2013, Bukalapak kembali mendapatkan modal dari incestor, GREE Ventures. Setahun berikutnya, perusahaan mendapatkan pendanaan seri A dari Aucfan, IREP, 500 Startup, dan GREE Ventures.Mengutip Undip, pada 2015, Bukalapak mendapat pendanaan seri B dari EMTEK Group. Pada 2019, Asia Growth Fund, Shinhan Financial Group Co, dan juga PT KMK Online menginvestasikan modalnya di Bukalapak.
Pada 2017, Bukalapak resmi ditetapkan sebagai salah satu marketplace yang telah mencapai status Unicorn atau telah mencapai tingkat valuasi modal senilai US$1 miliar atau lebih dari Rp14 triliun. Sejak perusahaan status tersebut, Bukalapak tumbuh pesat.
5. Pecah Rekor IPO
Mengutip Bisnis.com, BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021. Kala itu BUKA mengumumkan penawaran umum perdana saham sebanyak 25,76 miliar lembar saham biasa. Jumlah itu setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.Bukalapak menetapkan harga pelaksanaan IPO Rp850 sehingga perolehan dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp21,90 triliun. Posisi harga IPO itu merupakan batas atas karena BUKA membanderol harga pada kisaran Rp750—Rp850 pada periode bookbuilding.
Selain menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI, penghimpunan dana oleh Bukalapak mencetak rekor tertinggi. Posisi tertinggi nilai IPO di pasar modal Indonesia sebelum BUKA dipegang oleh perusahaan energi Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan raihan dana Rp12,23 triliun.
6. Pendiri Meninggalkan BUKA
Pada Januari 2020, Rachmat Kaimuddin tampil sebagai CEO baru Bukalapak, menggantikan Achmad Zaky yang mengundurkan diri. Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid menyusul Zaky untuk minggat dari unicorn ini. Adapun Fajrin Rasyid tercatat pindah ke Telkom. Di perusahaan milik negara itu, Fajrin menduduki jabatan penting sebagai direktur. Kepergian para pendiri Bukalapak diiringi dengan perubahan strategi perusahaan.
7. Tak Lagi Jalankan Visi
Dengan berhenti menjual produk fisik dan beralih ke penjualan produk digital, kemungkinan BUKA tidak akan lagi memiliki mitra atau yang disebut Pelapak. Jika demikian, visi untuk membantu UMKM dalam memasarkan produknya secara digital tidak lagi dijalankan.Baca juga: Eks Bos Bukalapak Investasi di Powerbrain, Startup Manajemen Energi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.