Ilustrasi (dok. Pexels)

Kenali Skizofrenia, Gangguan Jiwa Berat yang Butuh Dibantu Obat

01 September 2021   |   04:37 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Skizofrenia mungkin belum dikenal luas masyarakat Indonesia. Hal ini membuat penderitanya disamakan dengan orang “gila”. Padahal penderita skizofrenia masih bisa menjalani hidup seperti orang normal lainnya walaupun sesekali ada masa ketika mereka “kambuh”. 

Skizofrenia memang tergolong gangguan jiwa berat yang membutuhkan penanganan seumur hidup. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab dari gangguan mental ini. 

Namun mengutip Klikdokter, para peneliti mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, sistem kimiawi otak, serta faktor lingkungan.

Masalah pada beberapa zat kimiawi otak yang diproduksi secara alamiah, termasuk dopamin dan glutamat, dapat berkontribusi terhadap terjadinya skizofrenia. Pemeriksaan pencitraan juga menunjukkan adanya perbedaan pada struktur otak dan sistem saraf pusat pada orang dengan skizofrenia.

Sementara itu, situs kesehatan Web MD menyebut ada sejumlah gejala yang dialami penderita skizofrenia. Berikut di antaranya:

1. Halusinasi
Orang dengan skizofrenia mungkin mendengar, melihat, mencium, atau merasakan hal-hal yang tidak dialami orang lain. Jenis halusinasi pada skizofrenia mulai dari pendengaran. 

Penderitanya paling sering mendengar suara-suara di kepala mereka. Suara itu seakan-akan berbisik, bergumam, marah, mendesak, hingga menuntut mereka untuk melakukan sesuatu. Itu bisa terdengar seperti satu suara atau banyak.

Jenis halusinasi berikutnya berupa visual. Penderita gangguan jiwa berat ini mungkin melihat cahaya, benda, orang, atau pola. Seringkali orang yang dicintai atau teman yang tidak lagi hidup. Mereka mungkin juga mengalami masalah dengan persepsi kedalaman dan jarak.

Kemudian halusinasi penciuman dan pengecap. Mereka seakan mencium bau dan rasa yang baik hingga buruk. Kondisi ini seringkali membuat mereka merasa akan diracuni hingga menolak untuk makan.

Halusinasi berikutnya yakni sensor tubuh. Penderita skizofrenia seakan-akan merasa ada benda atau sesuatu yang bergerak di tubuhnya seperti serangga hingga tangan. 

2. Delusi
Delusi merupakan kepercayaan yang salah dan tidak berbasis dengan realitas. Misal, penderita skizofrenia mungkin percaya bahwa mereka adalah orang lain, seperti aktor terkenal atau presiden, atau bahwa mereka memiliki kekuatan super. 

Jenis-jenis delusi meliputi delusi penganiayaan seperti mereka sedang dikejar, dikuntit, diburu, dijebak, atau ditipu seseorang. Kemudian delusi referensial yan percaya bentuk komunikasi publik, seperti lirik lagu atau isyarat dari pembawa acara TV adalah pesan khusus hanya untuk mereka.

Ada pula delusi somatik yang membuat penderita skizofrenia berpikir bahwa mereka memiliki penyakit yang mengerikan atau masalah kesehatan yang aneh seperti cacing di bawah kulit atau kerusakan akibat sinar kosmik.

Selanjutnya delusi erotomania seperti pikiran bahwa aktor terkenal menyukai dirinya. Ada pula delusi agama yang membuat seseorang berpikir mungkin mereka memiliki hubungan khusus dengan dewa atau mereka kerasukan setan.

Terakhir yakni delusi yang muluk-muluk. Mereka menganggap diri mereka sebagai tokoh besar di panggung dunia, seperti seorang entertainer atau politisi.

3. Pikiran kacau dan ucapan tidak teratur
Orang dengan skizofrenia dapat mengalami kesulitan mengatur pikiran mereka. Mereka mungkin tidak dapat mengikuti gaya bicara lawannya. Ketika mereka berbicara, kata-kata yang keluar bisa keluar campur aduk dan tidak masuk akal.

4. Gangguan gerak
Beberapa orang dengan skizofrenia bisa tampak gelisah. Terkadang mereka akan melakukan gerakan yang sama berulang-ulang, namun mereka mungkin diam selama berjam-jam, yang oleh para ahli disebut katatonik.

5. Gejala negatif
Hal ini mencakup adanya penurunan atau ketidakmampuan untuk menjalani fungsi sehari-hari. Mislnya orang tersebut tidak banyak bicara atau menunjukkan perasaan apa pun.

Ketika mereka berbicara, suara mereka bisa terdengar datar, seperti tidak memiliki emosi. Mereka mungkin tidak tersenyum secara normal atau menunjukkan emosi wajah yang biasa dalam menanggapi percakapan atau hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. 


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

4 Rekomendasi Tayangan Netflix pada September 2021

BERIKUTNYA

Order Kebaya Sedikit, Ini Siasat Anne Avantie Jalankan Usahanya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: