Order Kebaya Sedikit, Ini Siasat Anne Avantie Jalankan Usahanya
01 September 2021 |
04:45 WIB
Menjaga napas hidup karyawan menjadi tugas bagi pemilik usaha seperti Anne Avantie. Tak peduli jika bisnis utama kebaya mewahnya harus digantikan dengan bisnis produk lain, seperti kuliner desa atau jajanan pasar untuk sementara waktu, yang penting dapur para karyawan tetap bisa “ngebul”.
Untung saja, self branding yang dilakukan Anne sejak 32 tahun lalu membuat produk apapun yang dijualnya tetap laku. Ya, menjadikan namanya sendiri, Anne Avantie sebagai nama brand, ternyata efektif menjaga usahanya tetap eksis.
Siapa yang tidak kenal dengan brand Anne Avantie saat ini? Semua orang mengenal bahwa kebaya elegan, unik, dan mewah yang sering ditampilkan pada ajang nasional hingga internasional itu datang dari seorang lulusan sekolah dasar yang namanya dipakai menjadi sebuah brand.
Walaupun sempat dicibir mencari popularitas atau pencitraan dengan memakai nama sendiri untuk sebuah brand, ternyata itu menjadi penolong di situasi sulit. Pasalnya, personal branding yang dibuatnya menampilkan kesederhanaan dengan tekad membantu sesama hingga akhirnya dikenal dan dikenang banyak orang.
“Untuk itu, jangan pernah takut populer dan jangan mem-bully orang yang ingin populer karena popularitas itu penting,” singgung Anne.
Wajah dengan rambut yang disanggul, dibumbui setangkai bunga kamboja itu memang begitu melekat. Walaupun hanya berbentuk siluet hitam putih yang ditempelkan, pasti orang mengenal bahwa produk tersebut adalah milik Anne Avantie. Lagi-lagi dia menegaskan bahwa personal branding yang kuat, bisa menyelamatkan ratusan karyawan di masa sulit seperti pandemi Covid-19 sekalipun.
Personal branding itu harus terus dijaga. Salah satunya menurut Anne yakni dengan cara pamer atau menonjolkan apapun yang dilakukan dan dibuat, tentu dibantu tim yang juga kuat.
Anne menerangkan branding di masa sekarang ini bisa dilakukan hanya dengan menceritakan kesederhanaan, kehidupan, hingga kegiatan yang biasa dilakukan. Dari itu saja, loyalitas konsumen dari brand Anne Avantie terbentuk dengan sendirinya. Bahkan, hal ini bisa memunculkan inovasi-inovasi baru dalam berbisnis.
Dari semula sekadar “pamer” hobi memasak, nyatanya kini Anne bisa jualan atas permintaan konsumen loyal. Cukup menguntungkan di tengah industri fashion kebayanya yang terpuruk.
“Banyak yang usul buka warung. Saya buka D’Kambodja Anne Avantie. Penikmatnya luar biasa. Sebelum PPKM yang antre beli sampai di luar,” bebernya.
Dengan subsidi silang ini, karyawannya yang mayoritas tukang jahit tetap bisa bekerja walaupun sekarang alih profesi menjadi tukang masak. Dia percaya, Tuhan akan selalu memberikan cara dan kecukupan rezeki pada umatnya yang tidak pantang menyerah dan mau berusaha membantu sesama.
Toh walaupun order kebaya seret, pesanan lain seperti dompet, tas, dan seragam untuk perusahaan masih ada peminatnya. Itu karena konsumen percaya terhadap kualitas dari brand Anne Avantie yang dibuatnya.
“Untuk para pejuang dapur, berserah bukan menyerah. Teruslah berinovasi dan kreatif,” tutup Anne.
Editor: Avicenna
Untung saja, self branding yang dilakukan Anne sejak 32 tahun lalu membuat produk apapun yang dijualnya tetap laku. Ya, menjadikan namanya sendiri, Anne Avantie sebagai nama brand, ternyata efektif menjaga usahanya tetap eksis.
Siapa yang tidak kenal dengan brand Anne Avantie saat ini? Semua orang mengenal bahwa kebaya elegan, unik, dan mewah yang sering ditampilkan pada ajang nasional hingga internasional itu datang dari seorang lulusan sekolah dasar yang namanya dipakai menjadi sebuah brand.
Walaupun sempat dicibir mencari popularitas atau pencitraan dengan memakai nama sendiri untuk sebuah brand, ternyata itu menjadi penolong di situasi sulit. Pasalnya, personal branding yang dibuatnya menampilkan kesederhanaan dengan tekad membantu sesama hingga akhirnya dikenal dan dikenang banyak orang.
“Untuk itu, jangan pernah takut populer dan jangan mem-bully orang yang ingin populer karena popularitas itu penting,” singgung Anne.
Wajah dengan rambut yang disanggul, dibumbui setangkai bunga kamboja itu memang begitu melekat. Walaupun hanya berbentuk siluet hitam putih yang ditempelkan, pasti orang mengenal bahwa produk tersebut adalah milik Anne Avantie. Lagi-lagi dia menegaskan bahwa personal branding yang kuat, bisa menyelamatkan ratusan karyawan di masa sulit seperti pandemi Covid-19 sekalipun.
Personal branding itu harus terus dijaga. Salah satunya menurut Anne yakni dengan cara pamer atau menonjolkan apapun yang dilakukan dan dibuat, tentu dibantu tim yang juga kuat.
Anne menerangkan branding di masa sekarang ini bisa dilakukan hanya dengan menceritakan kesederhanaan, kehidupan, hingga kegiatan yang biasa dilakukan. Dari itu saja, loyalitas konsumen dari brand Anne Avantie terbentuk dengan sendirinya. Bahkan, hal ini bisa memunculkan inovasi-inovasi baru dalam berbisnis.
Dari semula sekadar “pamer” hobi memasak, nyatanya kini Anne bisa jualan atas permintaan konsumen loyal. Cukup menguntungkan di tengah industri fashion kebayanya yang terpuruk.
“Banyak yang usul buka warung. Saya buka D’Kambodja Anne Avantie. Penikmatnya luar biasa. Sebelum PPKM yang antre beli sampai di luar,” bebernya.
Dengan subsidi silang ini, karyawannya yang mayoritas tukang jahit tetap bisa bekerja walaupun sekarang alih profesi menjadi tukang masak. Dia percaya, Tuhan akan selalu memberikan cara dan kecukupan rezeki pada umatnya yang tidak pantang menyerah dan mau berusaha membantu sesama.
Toh walaupun order kebaya seret, pesanan lain seperti dompet, tas, dan seragam untuk perusahaan masih ada peminatnya. Itu karena konsumen percaya terhadap kualitas dari brand Anne Avantie yang dibuatnya.
“Untuk para pejuang dapur, berserah bukan menyerah. Teruslah berinovasi dan kreatif,” tutup Anne.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.