Sejumlah fosil yang dipamerkan dalam pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI. (Sumber gambar: IHA)

Fosil Homo Erectus Dipamerkan di MNI, Benarkah Jadi Bukti Peradaban Tertua di Dunia? 

04 January 2025   |   08:29 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ada yang berbeda di salah satu ruang Museum Nasional Indonesia (MNI). Sebab, jika beberapa bulan silam di tempat ini Genhype disuguhi pameran pemulihan pasca salah satu museum terlengkap di Indonesia itu mengalami kebakaran, kali ini kalian akan melihat koleksi yang berbeda.

Begitu memasuki ruangan ini, pengunjung akan disuguhi replika atap tengkorak dan tulang paha manusia purba. Itu adalah replika fosil Pithecanthropus erectus, atau manusia kera yang berjalan tegak,  yang ditemukan Eugène Dubois, di Trinil, Jawa Timur pada 1891-1892.

Baca juga: Pameran Prasejarah Dibuka di Museum Nasional, Tampilkan Fosil Homo Erectus & Macan Purba

Dubois adalah seorang peneliti yang terpesona terhadap biografi dan asal-usul spesies. Nasib mengantarnya ke Nusantara pada masa kolonial, setelah dia mendaftar sebagai dokter tentara Hindia Belanda. Perjalanan risetnya, berlangsung di Sumatera dan Jawa.

Riset Dubois kemudian dipublikasikan pada 1800, yang menjadi bukti penting untuk mendukung teori evolusi manusia yang diajukan oleh Charles Darwin. Penelitiannya menunjukkan bahwa manusia memiliki asal-usul yang lebih tua dan lebih primitif dari yang sebelumnya diperkirakan.

Replika Homo Erectus itu juga bersanding dengan fosil-fosil asli yang ditemukan para peneliti setelah Dubois. Senarai spesies itu ditampilkan dalam pameran bertajuk Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI, hingga 20 Januari 2025.

Salah satunya adalah Pithecanthropus soloensis yang ditemukan oleh Catur Hari Gumono di Ngawi, Jawa Timur, pada 1987. Setahun kemudian, benda bersejarah itu diserahkan ke Museum Mpu Tantular, Surabaya. Sejak saat itu, para ilmuwan dari dalam dan luar banyak yang meneliti tengkorak ini.

 

Sejumlah fosil yang dipamerkan dalam pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI. (Sumber gambar: IHA)

Sejumlah pengunjung menyaksikan replika fosil yang dipamerkan dalam pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI. (Sumber gambar: IHA)

Kepala Museum Mpu Tantular, Sadari, mengatakan hasil penelitian itu mengungkap fosil tersebut diprediksi berasal dari tengkorak manusia purba yang hidup sekitar 300 ribu tahun silam. Fosil ini diperkirakan juga berjenis kelamin lelaki yang masuk dalam kategori spesies Homo Soloensis.

"Fosil ini sudah dilakukan 3 kali penelitian, termasuk dari Indonesia dan Prancis. Kesimpulannya adalah dia tengkorak laki-laki. Kalau dikaitkan dengan temuan [Homo Erectus] di Sangiran, ini masuk dalam spesies Homo Soloensis," katanya.


Sejarah Homo Erectus

Homo erectus muncul pertama kali pada 1,8 juta tahun silam di Pulau Jawa. Para peneliti menyebut mereka merupakan nenek moyang dari manusia modern, atau Homo sapiens. Namun, hingga saat ini teori tersebut masih menjadi kontroversi dalam ilmu paleoantropologi.

Secara fisik, rangka Homo erectus lebih kekar dan kompak daripada Homo sapiens. Di sisi lain, biometrik Homo sapiens juga menunjukkan karakter yang lebih berevolutif dari Homo erectus. Namun mereka telah berjalan tegak, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Selain dari Museum Mpu Tantular, keunikan lain dari pameran ini adalah menghadirkan senarai fosil dari Nusantara yang sebelumnya disimpan di sejumlah museum. Termasuk Museum Manusia Purba Sangiran, Museum Geologi Bandung, Museum Semedo, Museum Buton, BRIN, dan Fadli Zon Library.

Total terdapat 200 fosil, baik replika dan asli, yang dipamerkan dalam ekshibisi ini. Ratusan spesies fosil ini diharap dapat menjadi kunci untuk mengungkap kembali tabir sejarah evolusi manusia di dunia, yang selama ini diyakini berasal dari Afrika.

 

Sejumlah fosil yang dipamerkan dalam pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI. (Sumber gambar: IHA)

Sejumlah pengunjung menyaksikan diorama dalam pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, di MNI. (Sumber gambar: IHA)


Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon mengungkap, dalam narasi global, teori Out of Africa telah mendominasi pembahasan asal-usul manusia. Namun, dia menyampaikan bahwa penemuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia juga dapat memberikan perspektif baru.

Menurutnya, sebaran fosil manusia purba di Indonesia menempatkan Nusantara sebagai salah satu pusat adaptasi dan evolusi hominin awal. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa Indonesia adalah ruang hidup manusia purba yang terus bertahan, yang mencerminkan kemampuan mereka untuk beradaptasi.

“Narasi ini menegaskan bahwa Nusantara adalah titik awal penting dalam bab besar evolusi manusia. Dengan bukti-bukti ini, Indonesia sekali lagi menjadi saksi dan berperan sentral sebagai episentrum adaptasi, inovasi, dan keberlanjutan,” katanya.


Repatriasi 

Terkait sejumlah fosil manusia purba yang saat ini masih berada di luar negeri, pihaknya juga akan berusaha merepatriasinya kembali ke Tanah Air. Sebab, berbagai bukti arkeologis tersebut berguna untuk menyatukan berbagai renik bukti arkeologis lain di Indonesia, sehingga pengetahuannya dapat menjadi utuh.

"Namun, fosil yang ada dulu ini yang harus kita rawat, teliti, riset, dan kaji. Ini dilakukan untuk membuat literasi dan edukasi yang kuat tentang masa-masa prasejarah di tanah Jawa. Kalau kita lihat, hasil temuan Eugene Dubois, itu umurnya juga sangat tua," imbuhnya.

Lebih lanjut, Menbud mengungkap, pameran ini juga sekaligus menjadi bagian dari visi Kementerian Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Momen tersebut menurutnya akan dapat tercapai jika Indonesia turut serta ikut dalam gelora peradaban dunia yang terus bertumbuh.

Menurutnya, salah satu koleksi unggulan lain dalam pameran ini adalah tengkorak Homo erectus, yang dikenal sebagai S-17. Tengkorak ini ditemukan di Dusun Pucung, Dayu, Gondangrejo, Jawa Tengah pada 1969, dan menjadi satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang memiliki “wajah” saat ditemukan

Selain koleksi manusia purba, pameran ini juga menampilkan temuan fosil fauna purba di Nusantara. Beberapa di antaranya seperti fosil macan purba, mastodon, penyu purba, hingga diorama mengenai sejarah paleontologi di Indonesia, yang awalnya dimulai oleh Eugene Dubois.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Mengenal Bird Strike yang Jadi Ancaman di Dunia Penerbangan, Tak Bisa Dimitigasi?

BERIKUTNYA

Mengenal HMPV Penyakit Pernapasan yang Melonjak di China, Cek Gejala & Langkah Pencegahan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: