Pameran Prasejarah Dibuka di Museum Nasional, Tampilkan Fosil Homo Erectus & Macan Purba
21 December 2024 |
16:30 WIB
Setelah menghelat pameran keris Nusantara, Museum Nasional Indonesia (MNI) kembali menghelat seteleng baru bertajuk Indonesia, The Oldest Civilization on Earth?: 130 Years After Pithecanthropus Erectus. Seteleng ini dihelat pada 21 Desember 2024 sampai 20 Januari 2025.
Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan senarai fosil dari Nusantara yang sebelumnya disimpan di sejumlah museum. Beberapa di antaranya adalah Museum Manusia Purba Sangiran, Museum Geologi Bandung, Museum Mpu Tantular, Museum Semedo, Museum Buton, BRIN, dan Fadli Zon Library.
Baca juga: Menikmati Dunia Fiksi Natasha Tontey dalam Pameran Primate Visions: Macaque Macabre
Total terdapat 200 fosil yang dipamerkan dalam ekshibisi dalam menyambut 130 tahun penemuan pertama fosil Homo Erectus di tepian sungai Bengawan Solo, itu. Ratusan spesies fosil ini diharap dapat menjadi kunci sejarah evolusi manusia di dunia, yang selama ini diyakini berasal dari Afrika.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon mengungkap, seteleng ini diharap dapat membngkitkan minat anak muda untuk kembali mengunjungi museum. Selain itu, pameran ini juga sebagai upaya untuk membangun narasi besar tentang kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia.
Lebih dari itu, pameran ini juga menjadi bentuk titik tolok bangsa Indonesia untuk menemukan kembali akar dan jati dirinya sebagai salah satu bangsa dengan peradaban tertua. Ihwal dihelatnya pameran ini juga untuk menyoroti peran, dan sumbangsih Indonesia lewat bukti-bukti arkeologis dalam sejarah evolusi manusia.
"Saya katakan, 60 persen fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di dunia itu ada di tanah Jawa. Ini tentu menjadi bagian yang penting untuk membuktikan bahwa Indonesia merupakan peradaban tertua di dunia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menbud mengungkap, pameran ini juga sekaligus menjadi bagian dari visi Kementerian Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Momen tersebut menurutnya akan dapat tercapai jika Indonesia turut serta ikut dalam gelora peradaban dunia yang terus bertumbuh.
Terkait sejumlah fosil manusia purba yang saat ini masih berada di luar negeri, pihaknya juga akan berusaha merepatrasinya kembali ke Tanah Air. Sebab, berbagai bukti arkeologis tersebut berguna untuk menyatukan berbagai renik bukti arkeologis lain di Indonesia, sehingga pengetahuannya dapat menjadi utuh.
"Namun, fosil yang ada dulu ini yang harus kita rawat, teliti, riset, dan kaji. Ini dilakukan untuk membuat literasi dan edukasi yang kuat tentang masa-masa prasejarah di tanah Jawa. Kalau kita lihat, hasil temuan Eugene Dubois, itu umurnya juga sangat tua," imbuhnya.
Sebagai tambahan informasi, Eugene Dubois adalah seorang antropolog dan paleontolog asal Belanda yang berhasil menemukan fosil Homo erectus, yang dikenal sebagai Manusia Jawa atau Java Man. Pada 1891-1892, dia berhasil menemukan sebuah gigi geraham, tap tengkorak, dan tulang paha di Trinil, Jawa Timur.
Arkian, dia kemudian mempublikasikannya dalam jurnal bertajuk Pithecanthropus erectus, atau manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini ditengarai menunjukkan karakteristik transisi antara manusia modern dan nenek moyang manusia purba.
Penemuan Dubois menjadi bukti penting untuk mendukung teori evolusi manusia yang diajukan oleh Charles Darwin. Penelitiannya menunjukkan bahwa manusia memiliki asal-usul yang lebih tua dan lebih primitif dari yang sebelumnya diperkirakan.
“Kita berharap dengan adanya pameran ini juga dapat membuka mata kalangan muda, generasi muda bahwa kita ini peradaban yang tua, bahwa kita ini punya koleksi yang begitu besar, pengetahuan yang begitu besar dan warisan ini perlu kita jaga," imbuh Menbud.
Selain fosil manusia purba, pameran ini juga menyajikan sejumlah fosil prasejarah lain. Beberapa di antaranya sperti fosil macan purba, mastodon, penyu purba, hingga diorama mengenai sejarah paleontologi di Indonesia, yang awalnya dimulai oleh Eugene Dubois.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan senarai fosil dari Nusantara yang sebelumnya disimpan di sejumlah museum. Beberapa di antaranya adalah Museum Manusia Purba Sangiran, Museum Geologi Bandung, Museum Mpu Tantular, Museum Semedo, Museum Buton, BRIN, dan Fadli Zon Library.
Baca juga: Menikmati Dunia Fiksi Natasha Tontey dalam Pameran Primate Visions: Macaque Macabre
Total terdapat 200 fosil yang dipamerkan dalam ekshibisi dalam menyambut 130 tahun penemuan pertama fosil Homo Erectus di tepian sungai Bengawan Solo, itu. Ratusan spesies fosil ini diharap dapat menjadi kunci sejarah evolusi manusia di dunia, yang selama ini diyakini berasal dari Afrika.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon mengungkap, seteleng ini diharap dapat membngkitkan minat anak muda untuk kembali mengunjungi museum. Selain itu, pameran ini juga sebagai upaya untuk membangun narasi besar tentang kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia.
Lebih dari itu, pameran ini juga menjadi bentuk titik tolok bangsa Indonesia untuk menemukan kembali akar dan jati dirinya sebagai salah satu bangsa dengan peradaban tertua. Ihwal dihelatnya pameran ini juga untuk menyoroti peran, dan sumbangsih Indonesia lewat bukti-bukti arkeologis dalam sejarah evolusi manusia.
"Saya katakan, 60 persen fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di dunia itu ada di tanah Jawa. Ini tentu menjadi bagian yang penting untuk membuktikan bahwa Indonesia merupakan peradaban tertua di dunia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menbud mengungkap, pameran ini juga sekaligus menjadi bagian dari visi Kementerian Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Momen tersebut menurutnya akan dapat tercapai jika Indonesia turut serta ikut dalam gelora peradaban dunia yang terus bertumbuh.
Terkait sejumlah fosil manusia purba yang saat ini masih berada di luar negeri, pihaknya juga akan berusaha merepatrasinya kembali ke Tanah Air. Sebab, berbagai bukti arkeologis tersebut berguna untuk menyatukan berbagai renik bukti arkeologis lain di Indonesia, sehingga pengetahuannya dapat menjadi utuh.
"Namun, fosil yang ada dulu ini yang harus kita rawat, teliti, riset, dan kaji. Ini dilakukan untuk membuat literasi dan edukasi yang kuat tentang masa-masa prasejarah di tanah Jawa. Kalau kita lihat, hasil temuan Eugene Dubois, itu umurnya juga sangat tua," imbuhnya.
Sebagai tambahan informasi, Eugene Dubois adalah seorang antropolog dan paleontolog asal Belanda yang berhasil menemukan fosil Homo erectus, yang dikenal sebagai Manusia Jawa atau Java Man. Pada 1891-1892, dia berhasil menemukan sebuah gigi geraham, tap tengkorak, dan tulang paha di Trinil, Jawa Timur.
Arkian, dia kemudian mempublikasikannya dalam jurnal bertajuk Pithecanthropus erectus, atau manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini ditengarai menunjukkan karakteristik transisi antara manusia modern dan nenek moyang manusia purba.
Penemuan Dubois menjadi bukti penting untuk mendukung teori evolusi manusia yang diajukan oleh Charles Darwin. Penelitiannya menunjukkan bahwa manusia memiliki asal-usul yang lebih tua dan lebih primitif dari yang sebelumnya diperkirakan.
“Kita berharap dengan adanya pameran ini juga dapat membuka mata kalangan muda, generasi muda bahwa kita ini peradaban yang tua, bahwa kita ini punya koleksi yang begitu besar, pengetahuan yang begitu besar dan warisan ini perlu kita jaga," imbuh Menbud.
Selain fosil manusia purba, pameran ini juga menyajikan sejumlah fosil prasejarah lain. Beberapa di antaranya sperti fosil macan purba, mastodon, penyu purba, hingga diorama mengenai sejarah paleontologi di Indonesia, yang awalnya dimulai oleh Eugene Dubois.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.