Begini 5 Cara Mengatasi Anak Kecanduan Gadget
05 October 2021 |
15:21 WIB
Selama masa pandemi Covid-19 ini, anak-anak sepertinya makin akrab dengan gadget ya. Apalagi dengan adanya pembelajaran jarak jauh yang memaksa penggunaan gadget sejak dini pada anak-anak. Penggunaan teknologi ini layaknya pedang bermata dunia, terutama pada anak-anak.
Di satu sisi bisa memberikan informasi dan pengetahuan, namun di sisi lain telah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua lantaran konten-konten negatif yang dapat diakses anak melalui gadgetnya.
Demikian disampaikan oleh Dwi Kishan, Pakar di bidang teknologi pada acara Sharing Session Gadget for Family sebagai rangkaian dari gerakan #akuberdaya yang digagas oleh Desainer Nina Nugroho, Minggu, 3 Oktober 2021.
Sebagai seorang konsultan IT, Dwi kerap mendapat curhat dari orang tua, terutama kaum ibu yang mengeluhkan anaknya yang sangat ketergantungan terhadap gadget. Para orang tua khawatir dengan kebiasaan baru anaknya yang bisa berjam-jam bermai gadget bahkan sampai lupa belajar.
“Ketika asyik bermain games, biasanya anak-anak juga akan enggan bermain dan keluar kamar. Orangtua menjadi bingung dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengatasi kebiasaan itu,” ujarnya.
Dwi menyampaikan ada 4 hal yang dapat dilakukan para orang tua untuk meminimalisir rasa khawatir saat anaknya mulai kecanduan games atau gadget.
Sebab, sering kali anak mengira orang tua seharian main handphone saja. Nah, orang tua harus menjelaskan kenapa selalu terlihat bermain handphone. Misalnya, untuk ibu yang berjualan di marketplace, jelaskan pada anak bahwa penggunaan handphone untuk berjualan .
Begitu pula dengan ayah yang harus melakukan pekerjaan melalui gadget sehingga seharian terlihat menggunakan gadget. “Hal itu juga perlu disampaikan pada anak, sama seperti dia yang sekolah dari rumah, maka pekerjaan di kantor ayah juga terpaksa dikerjakan dari rumah.
“Dimulai dari hal-hal kecil dulu , seperti pembiasaan merapikan tempat tidur saat bangun dari tidur, meletakkan baju kotor di tempatnya bukan di kamar mandi dan anak sudah terbiasa mengurusi barang-barangnya sendiri. Jika dalam hal ini anak sudah lulus, maka ini menjadi satu tanda bahwa anak sudah dapat diberi tanggung jawab,” jelasnya.
“Jangan-jangan kita orang yang tiap sebentar update status sosmed, tiap kali kasih komentar postingan teman atau tiap sebentar update status. Jangan-jangan kita selama ini yang paling wasting time. Maka kita perlu melakukan assesment pada diri kita,” papar Dwi.
“Ngobrol dulu dengan pasangan supaya satu suara . Kalau anak dikasih handphone aturan mainnya seperti apa nih? Jangan sampai di depan anak, orang tua tidak satu suara. Lalu ke depannya, bunda bilang begini, ayah ngomong begitu. Nanti anak jadi bingung, siapa yang mau dituruti,” ucap Dwi.
Sebab kalau dibatasi, anak-anak bisa jadi kuper. Maka orang tua dapat mengambil manfaat dari teknologi tersebut Cara yang paling bijak adalah terus melakukan kontrol.
“Dalam hal ini kita dapat dibantu oleh sejumlah aplikasi. Kita dapat mengetahui konten-konten apa saja yang diakses anak, berapa lama dia mengakses. Termasuk memberi batasan semua bisa kita atur dalam menu setting. Dan kita dapat menentukan konten-konten apa saja yang dapat diakses anak,” jelasnya.
Sementara itu , Nina menambahkan bahwa anak tidak dapat dijauhkan dari gadget mengingat banyak hal positif yang dapat dieksplornya.
“Kalau anak-anak dibatasi menggunakan gadget, dia tidak bisa meng eksplorasi dunia baru. Justru anak-anak harus distimulasi, kita beri challenge dengan gadget hal apa saja yang dapat dipelajarinya. Bahkan dengan begitu tidak jarang, kami berdiskusi bersama tentang banyak hal,” ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Di satu sisi bisa memberikan informasi dan pengetahuan, namun di sisi lain telah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua lantaran konten-konten negatif yang dapat diakses anak melalui gadgetnya.
Demikian disampaikan oleh Dwi Kishan, Pakar di bidang teknologi pada acara Sharing Session Gadget for Family sebagai rangkaian dari gerakan #akuberdaya yang digagas oleh Desainer Nina Nugroho, Minggu, 3 Oktober 2021.
Sebagai seorang konsultan IT, Dwi kerap mendapat curhat dari orang tua, terutama kaum ibu yang mengeluhkan anaknya yang sangat ketergantungan terhadap gadget. Para orang tua khawatir dengan kebiasaan baru anaknya yang bisa berjam-jam bermai gadget bahkan sampai lupa belajar.
“Ketika asyik bermain games, biasanya anak-anak juga akan enggan bermain dan keluar kamar. Orangtua menjadi bingung dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengatasi kebiasaan itu,” ujarnya.
Dwi menyampaikan ada 4 hal yang dapat dilakukan para orang tua untuk meminimalisir rasa khawatir saat anaknya mulai kecanduan games atau gadget.
1. Komunikasi
Orang tua jangan hanya memberikan gadget kepada anak begitu saja tanpa memberi tahu rambu-rambu yang harus mereka jaga. Perlu adanya komunikasi antara anak dan orang tua mengenai aturan yang harus disepakati saat menggunakan gadget.Sebab, sering kali anak mengira orang tua seharian main handphone saja. Nah, orang tua harus menjelaskan kenapa selalu terlihat bermain handphone. Misalnya, untuk ibu yang berjualan di marketplace, jelaskan pada anak bahwa penggunaan handphone untuk berjualan .
Begitu pula dengan ayah yang harus melakukan pekerjaan melalui gadget sehingga seharian terlihat menggunakan gadget. “Hal itu juga perlu disampaikan pada anak, sama seperti dia yang sekolah dari rumah, maka pekerjaan di kantor ayah juga terpaksa dikerjakan dari rumah.
2. Tanamkan rasa tanggung jawab.
Dwi menyebutkan tidak ada ketentuan usia dalam memberikan gedget pada anak. Yang terpenting adalah ketika anak sudah dapat diserahi beban tanggung jawab, maka saat itulah waktu yang tepat untuk memberikan gadget kepadanya.“Dimulai dari hal-hal kecil dulu , seperti pembiasaan merapikan tempat tidur saat bangun dari tidur, meletakkan baju kotor di tempatnya bukan di kamar mandi dan anak sudah terbiasa mengurusi barang-barangnya sendiri. Jika dalam hal ini anak sudah lulus, maka ini menjadi satu tanda bahwa anak sudah dapat diberi tanggung jawab,” jelasnya.
3. Orang tua perlu menilai diri.
Jangan hanya bisa memberi larangan-larangan pada anak agar tidak tergantung terhadap gadget. Namun orang tua juga perlu melakukan assesment pada diri sendiri terkait seberapa besar ketergantungan terhadap gadget.“Jangan-jangan kita orang yang tiap sebentar update status sosmed, tiap kali kasih komentar postingan teman atau tiap sebentar update status. Jangan-jangan kita selama ini yang paling wasting time. Maka kita perlu melakukan assesment pada diri kita,” papar Dwi.
4. Buat aturan di keluarga.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa penting melakukan komunikasi dengan anak saat diberi fasilitas gadget. Maka perlu juga buat komunikasi dan kesepakatan dengan pasangan.“Ngobrol dulu dengan pasangan supaya satu suara . Kalau anak dikasih handphone aturan mainnya seperti apa nih? Jangan sampai di depan anak, orang tua tidak satu suara. Lalu ke depannya, bunda bilang begini, ayah ngomong begitu. Nanti anak jadi bingung, siapa yang mau dituruti,” ucap Dwi.
5. Lakukan kontrol.
Bagaimana jika anak sudah kadung mengalami ketergantungan terhadap gadget?Maka sebaiknya buat aturan sesegera mungkin. Yang perlu orang tua pahami bahwa gadget hanya teknologi biasa , seperti teknologi lainnya. Selama kita tahu bagaimana cara memanfaatkannya, maka semua akan baik-baik saja.Sebab kalau dibatasi, anak-anak bisa jadi kuper. Maka orang tua dapat mengambil manfaat dari teknologi tersebut Cara yang paling bijak adalah terus melakukan kontrol.
“Dalam hal ini kita dapat dibantu oleh sejumlah aplikasi. Kita dapat mengetahui konten-konten apa saja yang diakses anak, berapa lama dia mengakses. Termasuk memberi batasan semua bisa kita atur dalam menu setting. Dan kita dapat menentukan konten-konten apa saja yang dapat diakses anak,” jelasnya.
Sementara itu , Nina menambahkan bahwa anak tidak dapat dijauhkan dari gadget mengingat banyak hal positif yang dapat dieksplornya.
“Kalau anak-anak dibatasi menggunakan gadget, dia tidak bisa meng eksplorasi dunia baru. Justru anak-anak harus distimulasi, kita beri challenge dengan gadget hal apa saja yang dapat dipelajarinya. Bahkan dengan begitu tidak jarang, kami berdiskusi bersama tentang banyak hal,” ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.