Tak Harus Instagramable, Berikut Kunci Sukses Kedai Kopi
31 August 2021 |
18:45 WIB
Buat kalian yang berencana mengembangkan bisnis kedai kopi, tak perlu khawatir apabila tempat yang kalian miliki tak sepenuhnya Instagram-able. Pasalnya, hal tersebut bukanlah penentu dari suksesnya kedai kopi. Ada faktor-faktor lain, seperti hubungan dengan barista serta ketenangan kafe yang belakangan lebih berpengaruh.
Penikmat kopi sekaligus penulis novel Filosofi Kopi Dee Lestari mengungkapkan bahwa selain keragaman varian kopi yang ditawarkan, komunikasi yang baik antara barista dengan pengunjung menentukan kesuksesan suatu kedai kopi.
"Komunikasi dengan barista itu membuat saya jadi punya hubungan dengan tempat tersebut," katanya dalam talk show Jakreatifest bertajuk Mengelola Usaha Kopi skala UKM agar Sustain dan Profitable pada Selasa (31/8/2021).
Dee juga tidak menyukai tempat yang musiknya berisik karena membuatnya sulit untuk fokus berpikir. Selain itu, kedai kopi yang menyetel musik terlalu kencang juga cenderung dihindari karena menyulitkan pengunjung untuk bersosialisasi.
Musik yang disetel terlalu keras tentu saja memaksa pengunjung untuk berteriak-teriak ketika berbicara satu sama lain. Oleh karena itu, alangkah baiknya pemilik kedai kopi tak menyetel musik dengan suara keras.
Dee pun tak setuju dengan pendapat yang menyebut musik di kedai kopi dibutuhkan sebagai stimulan yang dapat membuat pengunjung dan mereka kerja bersemangat.
"Ngopi itu, dari minumannya saja sudah memberikan stimulus. Karena kafein itu juga menjadi stimulan. Bagaimanapun juga kita juga lebih segar kalau minum kopi," ujarnya.
Lebih lanjut, kedekatan antara pengunjung dan barista juga membantu pengunjung untuk mengetahui mana kopi yang cocok. Dengan komunikasi-komunikasi tersebut, pengunjung dapat mengetahui rasa dan karakter untuk setiap kopi yang dijual.
"Karena dekat dengan barista, saya akhirnya tahu kopi mana yang cocok untuk saya. Saya diberikan kesempatan untuk mencoba satu per satu varian dan merasakan mana yang paling pas," ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Andreas Andriaato selaku pemilik Rosso' Microroastery, tempat penyangraian (roaster) sekaligus kedai kopi di Pasar Modern BSD. Kedai kopinya terbilang sederhana, tapi punya banyak pelanggan, termasuk di antaranya adalah Dee Lestari.
Andreas menyebut kunci suksesnya Rosso' Microroastery tak terlepas dari kedekatan antara barista dengan pengunjung. Dia menyebut beberapa pengunjung yang awalnya tak kenal akhirnya saling kenal satu sama lain dan menggelar arisan di kedai kopi tersebut.
"Tempat kami boleh dikatakan sederhana, berada di pasar, tetapi itu tadi ada kedekatan antara kami dengan pengunjung," katanya.
Andreas mengungkapkan kedekatan dengan pengunjung juga dia bangun dengan cara merespons unggahan atau komentar di media sosial. Respons tersebut tentunya membuat mereka merasa dihargai dan tak ragu untuk datang kembali.
"Setiap ada yang posting di Instagram soal kami biasanya akan kami repost," ujarnya.
Editor: Avicenna
Penikmat kopi sekaligus penulis novel Filosofi Kopi Dee Lestari mengungkapkan bahwa selain keragaman varian kopi yang ditawarkan, komunikasi yang baik antara barista dengan pengunjung menentukan kesuksesan suatu kedai kopi.
"Komunikasi dengan barista itu membuat saya jadi punya hubungan dengan tempat tersebut," katanya dalam talk show Jakreatifest bertajuk Mengelola Usaha Kopi skala UKM agar Sustain dan Profitable pada Selasa (31/8/2021).
Dee juga tidak menyukai tempat yang musiknya berisik karena membuatnya sulit untuk fokus berpikir. Selain itu, kedai kopi yang menyetel musik terlalu kencang juga cenderung dihindari karena menyulitkan pengunjung untuk bersosialisasi.
Musik yang disetel terlalu keras tentu saja memaksa pengunjung untuk berteriak-teriak ketika berbicara satu sama lain. Oleh karena itu, alangkah baiknya pemilik kedai kopi tak menyetel musik dengan suara keras.
Dee pun tak setuju dengan pendapat yang menyebut musik di kedai kopi dibutuhkan sebagai stimulan yang dapat membuat pengunjung dan mereka kerja bersemangat.
"Ngopi itu, dari minumannya saja sudah memberikan stimulus. Karena kafein itu juga menjadi stimulan. Bagaimanapun juga kita juga lebih segar kalau minum kopi," ujarnya.
Lebih lanjut, kedekatan antara pengunjung dan barista juga membantu pengunjung untuk mengetahui mana kopi yang cocok. Dengan komunikasi-komunikasi tersebut, pengunjung dapat mengetahui rasa dan karakter untuk setiap kopi yang dijual.
"Karena dekat dengan barista, saya akhirnya tahu kopi mana yang cocok untuk saya. Saya diberikan kesempatan untuk mencoba satu per satu varian dan merasakan mana yang paling pas," ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Andreas Andriaato selaku pemilik Rosso' Microroastery, tempat penyangraian (roaster) sekaligus kedai kopi di Pasar Modern BSD. Kedai kopinya terbilang sederhana, tapi punya banyak pelanggan, termasuk di antaranya adalah Dee Lestari.
Andreas menyebut kunci suksesnya Rosso' Microroastery tak terlepas dari kedekatan antara barista dengan pengunjung. Dia menyebut beberapa pengunjung yang awalnya tak kenal akhirnya saling kenal satu sama lain dan menggelar arisan di kedai kopi tersebut.
"Tempat kami boleh dikatakan sederhana, berada di pasar, tetapi itu tadi ada kedekatan antara kami dengan pengunjung," katanya.
Andreas mengungkapkan kedekatan dengan pengunjung juga dia bangun dengan cara merespons unggahan atau komentar di media sosial. Respons tersebut tentunya membuat mereka merasa dihargai dan tak ragu untuk datang kembali.
"Setiap ada yang posting di Instagram soal kami biasanya akan kami repost," ujarnya.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.