Riset Coursera, Ini Keterampilan yang Akan Mendominasi pada 2025
22 December 2024 |
16:00 WIB
Di tengah derasnya arus perubahan teknologi, dunia kerja kini berdiri di ambang revolusi besar-besaran. Tahun 2025 diprediksi menjadi panggung bagi keterampilan-keterampilan baru yang tumbuh pesat, terutama berkat meluasnya adopsi kecerdasan buatan (AI) generatif, keamanan siber, dan analitik data.
Genhype, laporan terbaru dari Coursera yang berjudul Job Skills Report 2025 menunjukkan bahwa mereka yang lambat beradaptasi akan segera tergilas perubahan.
Keterampilan kecerdasan buatan generatif (Generative AI atau GenAI) meroket dengan peningkatan pendaftaran kursus hingga 866 persen dalam satu tahun terakhir. AI kini bukan lagi barang futuristik, melainkan alat kerja sehari-hari. Di perusahaan, mahasiswa, hingga pencari kerja, nama-nama kursus seperti Introduction to Generative AI dari Google Cloud menjadi primadona.
Baca Juga: Tools AI Paling Populer Sepanjang 2024, ChatGPT Nomor 1
“AI bukan sekadar teknologi, ini revolusi yang akan mengubah bagaimana kita bekerja, berinovasi, bahkan berpikir,” ujar Jeff Maggioncalda, CEO Coursera. Dari menghasilkan teks dan gambar hingga menyusun strategi bisnis, GenAI diproyeksikan menjadi kompetensi utama di masa depan.
Namun, tak semua cerah. GenAI juga memperlihatkan jurang ketimpangan gender. Hanya 28 persen peserta kursus GenAI di Coursera adalah perempuan. Merve Hickok, Direktur Center for AI and Digital Policy, menegaskan bahwa dunia butuh lebih banyak suara perempuan dalam pengembangan teknologi untuk menghindari bias sistemik.
“Setiap individu yang memiliki keterampilan manajemen risiko dan keamanan siber akan menjadi aset yang sangat dicari,” tulis laporan itu. Kemampuan menangani insiden, memitigasi ancaman, dan menggunakan teknologi seperti SIEM (Security Information and Event Management) menjadi sorotan utama.
Sementara itu, pada era big data, keterampilan mengolah data adalah mata uang baru. Dari etika data, visualisasi, hingga storytelling, kemampuan ini menjadi alat penting untuk mengambil keputusan berbasis bukti. Satu keterampilan yang menarik perhatian adalah data storytelling. Menggabungkan angka dengan narasi yang persuasif adalah senjata ampuh untuk menggerakkan bisnis.
“Data adalah bahan baku, tapi storytelling-lah yang mengubahnya menjadi aksi nyata,” kata Mark Hanson, VP Strategy di Lightcast. Namun, hanya 11 persen pekerja yang merasa percaya diri dengan kemampuan membaca dan menganalisis data. Celah ini menjadi peluang besar bagi mereka yang ingin menonjol.
“Jika ingin tetap relevan, keberlanjutan harus ada dalam DNA setiap pekerja,” ujar laporan itu. Dengan meningkatnya dampak perubahan iklim, keterampilan ini tak hanya relevan, tapi juga mendesak.
Era baru ini, tulis laporan tersebut, membawa pesan tegas bahwa hanya mereka yang siap beradaptasi akan bertahan. Bisnis harus membangun ekosistem pelatihan yang tangguh, universitas harus mengintegrasikan kurikulum berbasis teknologi, dan pemerintah perlu mempercepat program pelatihan kerja.
Baca Juga: 85% Pekerja Profesional di Indonesia Manfaatkan Tren Loud Learning untuk Tingkatkan Skill
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Genhype, laporan terbaru dari Coursera yang berjudul Job Skills Report 2025 menunjukkan bahwa mereka yang lambat beradaptasi akan segera tergilas perubahan.
Keterampilan kecerdasan buatan generatif (Generative AI atau GenAI) meroket dengan peningkatan pendaftaran kursus hingga 866 persen dalam satu tahun terakhir. AI kini bukan lagi barang futuristik, melainkan alat kerja sehari-hari. Di perusahaan, mahasiswa, hingga pencari kerja, nama-nama kursus seperti Introduction to Generative AI dari Google Cloud menjadi primadona.
Baca Juga: Tools AI Paling Populer Sepanjang 2024, ChatGPT Nomor 1
“AI bukan sekadar teknologi, ini revolusi yang akan mengubah bagaimana kita bekerja, berinovasi, bahkan berpikir,” ujar Jeff Maggioncalda, CEO Coursera. Dari menghasilkan teks dan gambar hingga menyusun strategi bisnis, GenAI diproyeksikan menjadi kompetensi utama di masa depan.
Namun, tak semua cerah. GenAI juga memperlihatkan jurang ketimpangan gender. Hanya 28 persen peserta kursus GenAI di Coursera adalah perempuan. Merve Hickok, Direktur Center for AI and Digital Policy, menegaskan bahwa dunia butuh lebih banyak suara perempuan dalam pengembangan teknologi untuk menghindari bias sistemik.
Keamanan Siber: Perisai di Tengah Serangan Digital
Di sisi lain, periode 2024 mencatat lonjakan serangan siber hingga 75 persen hanya dalam satu kuartal. Keamanan siber kini bukan hanya tugas tim IT, melainkan kewajiban kolektif. Profesi seperti Analis Keamanan Informasi diperkirakan tumbuh 33 persen dalam sepuluh tahun ke depan.“Setiap individu yang memiliki keterampilan manajemen risiko dan keamanan siber akan menjadi aset yang sangat dicari,” tulis laporan itu. Kemampuan menangani insiden, memitigasi ancaman, dan menggunakan teknologi seperti SIEM (Security Information and Event Management) menjadi sorotan utama.
Sementara itu, pada era big data, keterampilan mengolah data adalah mata uang baru. Dari etika data, visualisasi, hingga storytelling, kemampuan ini menjadi alat penting untuk mengambil keputusan berbasis bukti. Satu keterampilan yang menarik perhatian adalah data storytelling. Menggabungkan angka dengan narasi yang persuasif adalah senjata ampuh untuk menggerakkan bisnis.
“Data adalah bahan baku, tapi storytelling-lah yang mengubahnya menjadi aksi nyata,” kata Mark Hanson, VP Strategy di Lightcast. Namun, hanya 11 persen pekerja yang merasa percaya diri dengan kemampuan membaca dan menganalisis data. Celah ini menjadi peluang besar bagi mereka yang ingin menonjol.
Tuntutan Generasi Hijau
Bagi mahasiswa, keberlanjutan menjadi isu yang tak bisa ditawar. Dari minimisasi limbah hingga perencanaan keberlanjutan bisnis, keterampilan ini masuk ke jajaran teratas. Dunia kerja hijau juga menjanjikan prospek cerah, dengan tingkat perekrutan yang 129 persen lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain.“Jika ingin tetap relevan, keberlanjutan harus ada dalam DNA setiap pekerja,” ujar laporan itu. Dengan meningkatnya dampak perubahan iklim, keterampilan ini tak hanya relevan, tapi juga mendesak.
Era baru ini, tulis laporan tersebut, membawa pesan tegas bahwa hanya mereka yang siap beradaptasi akan bertahan. Bisnis harus membangun ekosistem pelatihan yang tangguh, universitas harus mengintegrasikan kurikulum berbasis teknologi, dan pemerintah perlu mempercepat program pelatihan kerja.
Keterampilan yang Berkembang Pesat pada 2025 versi Coursera
1. Keterampilan Kecerdasan Buatan (AI)
- Generative AI (GenAI): Membuat teks, gambar, dan konten lainnya menggunakan AI.
- Machine Learning (ML): Mengajarkan komputer untuk belajar dari data.
- Computer Vision: Memberi kemampuan "melihat" dan memahami gambar pada komputer.
- Artificial Neural Networks: Membangun sistem komputer yang meniru kerja otak manusia.
- Deep Learning: Mengembangkan AI untuk menyelesaikan tugas kompleks.
2. Keterampilan Keamanan Siber
- Incident Management & Response: Mengelola dan menyelesaikan insiden keamanan TI.
- Threat Management & Modeling: Mengidentifikasi dan mengatasi ancaman perangkat lunak.
- Security Information and Event Management (SIEM): Memperkuat keamanan digital.
- Vulnerability Management: Mendeteksi dan memperbaiki kelemahan sistem.
- Network Planning & Design: Merancang jaringan komputer yang andal.
3. Keterampilan Analitik Data
- Data Ethics: Menggunakan data secara etis dan bertanggung jawab.
- Data Visualization: Membuat visualisasi data yang bercerita.
- Data Storytelling: Menyampaikan cerita berdasarkan data untuk mendukung pengambilan keputusan.
- Business Analytics: Menggunakan data untuk pengambilan keputusan bisnis.
- Data Wrangling: Membersihkan dan mengatur data untuk analisis.
4. Keterampilan Bisnis
- Human Resources (HR) Technology: Menggunakan teknologi untuk manajemen sumber daya manusia.
- Risk Mitigation & Control: Mengidentifikasi dan mengurangi risiko bisnis.
- Workplace Technologies: Menggunakan teknologi untuk meningkatkan proses bisnis.
- Project Management Institute (PMI) Methodology: Manajemen proyek dengan metode PMI.
- Stakeholder Communications: Berkomunikasi secara efektif dengan pemangku kepentingan.
5. Keterampilan Keberlanjutan
- Waste Minimization: Meminimalkan limbah dalam proses bisnis.
- Business Continuity Planning: Merancang rencana kesinambungan bisnis.
- Disaster Recovery: Menyusun strategi pemulihan pascabencana.
- Ethical Standards & Conduct: Mematuhi standar etika dalam bisnis.
6. Keterampilan Teknologi
- Software Documentation: Membuat dokumentasi perangkat lunak yang jelas.
- Infrastructure Security: Melindungi infrastruktur digital penting.
- Embedded Software: Mengembangkan perangkat lunak yang terintegrasi pada perangkat keras.
- Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP): Mengelola konfigurasi jaringan secara otomatis.
Baca Juga: 85% Pekerja Profesional di Indonesia Manfaatkan Tren Loud Learning untuk Tingkatkan Skill
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.