Mengungkai Pembatalan Pameran Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia
Sedianya pameran dibuka pada pukul 18.30 WIB saat itu. Puluhan pengunjung juga sudah berkumpul di ruang serbaguna GNI, tempat seremonial pembukaan akan dilangsungkan. Namun, tepat pada pukul 18.18 WIB, pihak galeri melayangkan informasi pada awak media, bahwa pameran terpaksa ditunda dikarenakan ada kendala teknis.
Baca juga: Jadi Polemik, Begini Kronologi Pameran Tunggal Yos Suprapto di GNI
Pameran ini digadang-gadang akan menyadarkan publik terkait isu ketahanan pangan lewat metode tani berkelanjutan. Sebab, beberapa dekade terakhir, para petani di Indonesia lebih banyak menggunakan pupuk urea alih-alih alam, yang justru berakibat pada degradasi tanah, yang membuatnya tidak gembur lagi.
Menurut Yos, senarai karyanya yang akan dipacak dibuat berdasarkan riset selama 15 tahun terakhir di Jawa Timur dan sejumlah daerah lain. Berdasarkan amatannya, dampak dari revolusi hijau itu bisa diatasi dengan kultur pertanian lokal, seperti yang selama ini dibudidayakan oleh masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar, dan Baduy, di Jawa Barat.
Walakin karena tidak ada titik temu antara kurator dan seniman terkait karya yang akan diturunkan. Keduanya lalu berkompromi untuk menutup dua lukisan yang dipermasalahkan dengan kain hitam. Kurator pameran saat itu juga sudah berniat mengundurkan diri karena perbedaan pendapat artistik mengenai karya yang disebut melenceng dari tema awal.
Puluhan orang menunggu pembukaan pameran Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan, di Galeri Nasional Indonesia (GNI) pada Kamis (19/12/24) malam. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan)
Sore sebelum pembukaan pameran, pihak GNI memediasi silang pendapat antara kurator dan seniman. Namun, bukan hanya 2 karya yang ditutup kain, melainkan tiga lukisan. Yos pun mempertanyakan tambahan karya yang ditutup kain itu, akan tetapi tidak ada jawaban yang jelas dari kurator dan GNI. Pada saat yang sama, Suwarno Wisetrotomo juga mengundurkan diri sebagai kurator.
Kompromi pun terus berlanjut. Hasilnya adalah solusi, di mana 5 karya itu tetap ditutup kain hitam, ketimbang diturunkan. Solusi lain adalah lukisan itu tidak dipamerkan di ruang yang sama, karena dianggap 'vulgar', yang nantinya dibahas dalam diskusi berbeda terkait 5 lukisan tersebut.
"Saya setuju untuk menutup dua lukisan tersebut dengan kain. Namun, pada tanggal 19 Desember, saya diundang untuk rapat bersama tim GNI terkait keberatan terhadap 5 lukisan, padahal tadinya cuma 2, dan meminta kelima lukisan tadi diturunkan, beberapa jam sebelum pameran dibuka, ini kan aneh sekali," katanya.
Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency (IHA) Zamrud Setya Negara mengatakan, sejauh ini pihaknya masih menunggu komunikasi antara sang seniman dengan kurator. Sebagai fasilitator pihaknya juga belum menurunkan sejumlah karya yang telah dipajang hingga ditemukan kesepakatan dari keduanya, meski sang kurator telah mengundurkan diri.
Zamrud menjelaskan, sebagai langkah untuk menjaga keselarasan kuratorial dan memastikan kualitas pameran, pihaknya memutuskan untuk menunda acara tersebut alih-alih pembredelan. Keputusan itu diambil untuk mengedepankan profesionalisme kerja di lingkungan GNI karena pengunjung yang datang ke sana tidak hanya orang dewasa, melainkan juga anak-anak.
"Kami sebagai fasilitator tentunya punya inisiatif untuk menjadi mediator. Kami melakukan mediasi, meski akhirnya tidak ketemu jalan tengah hingga kurator mengundurkan diri. Ini kan artinya ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi saat ingin berpameran di GNI," katanya.
Lukisan yang Dipermasalahkan
Kendati ditunda, akan tetapi sejumlah lukisan yang dipermasalahkan dalam pameran yang sedianya berlangsung hingga 19 Januari 2025 itu, sudah beredar di ruang maya. Pada Jumat, (20/12/24), Yos juga sempat memperlihatkan lukisan-lukisan tersebut pada awak media di GNI, yang sebagian besar memperlihatkan salah satu tokoh populer di Indonesia dengan berbagai pose. Pada awak media, Yos menjelaskan bahwa lukisan-lukisan itu dibuat beberapa tahun silam, yang diberi judul Konoha 1, Konoha 2, Makan Malam, 2019, dan Niscaya. Secara umum lukisan-lukisan di muka menggambarkan objek figur yang digabungkan dengan lanskap alam dan perkotaan, dengan sapuan kuas yang memberi kesan psychedelic.
Lukisan Konoha 1, misalnya. Berdasarkan amatan dari versi digital, karya ini mengimak sosok seorang raja yang duduk di atas singgasana dengan kaki menginjak dua orang di bawahnya. Tubuh mereka mengkerut menampakkan ketakutan, sekaligus kengerian. Sebab, di belakang raja tersebut berdiri kelimun serdadu yang mengarahkan moncong senjata pada mereka.
Sementara, pada lukisan 2019, menggambarkan sosok petani yang menuntun lembu merah di sebuah kota, seperti hendak bilang 'permisi'. Latar belakangnya tergambar gedung-gedung menjulang, dengan matahari terbakar. Di kedua sisi jalan, ribuan objek berhimpitan, sesak. Kumpulan orang ini ada yang berambut, ada pula yang gundul.
"Lukisan Niscaya menggambarkan petani yang memberi makan pada konglomerat. Sedangkan lukisan Makan Malam, menggambarkan petani yang memberi makan pada anjing-anjingnya, itu kan wajar seorang petani yang tinggal di pinggir hutan punya anjing. Ngasih makannya bisanya malam hari, biar enggak keluyuran tapi menjaga ladang," kata Yos.
Lukisan bertajuk 2019. (Sumber foto: Dokumen pribadi Yos Suprapto)
Lukisan bertajuk Niscaya dan Konoha 1. (Sumber foto: Dokumen pribadi Yos Suprapto)
Kurator Suwarno Wisetrotomo mengatakan, 2 karya yang akan diturunkan menurutnya menggambarkan opini seniman tentang praktek kekuasaan. Dia menyampaikan bahwa 2 karya tersebut tidak sejalan dengan tema kuratorial, dan berpotensi merusak fokus terhadap pesan dari tema pameran yang menurutnya sudah kuat.
Namun, karena tidak ada kesepahaman terkait 2 karya yang akan dipacak, maka dia terpaksa dia mengundurkan diri sebagai kurator. Dia mengungkap berbagai pameran yang telah dikuratori sejak dua dekade terakhir adalah memperjuangkan kesepakatan artistik antara dirinya dengan seniman, akan tetapi karena usulnya ditampik, dia pun terpaksa mengundurkan diri.
Terpisah, kurator seni Asikin Hasan mengungkap, jika memang salah satu syarat untuk berpameran di GNI harus ada kurator, sementara Suwarno Wisetrotomo telah mengundurkan diri, maka pihak Galeri Nasional bisa menunjuk kurator baru, atau sang seniman bisa mencari dan memilih kurator yang cocok untuknya.
"Kalau gitu [masalahnya] Galnas harus menunjuk kurator baru, atau Yos yang memilih. Kalau [memang] persoalannya mengharuskan ada kurator," kata Asikin Hasan saat dihubungi via pesan tertulis.
Baca juga: Pameran Tunggal Seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia Ditunda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.