Seniman Yos Suprapto (tengah) saat memberikan keterangan pada sejumlah wartawan di gedung A GNI pada Kamis (19/12/24)  malam. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan)

Jadi Polemik, Begini Kronologi Pameran Tunggal Yos Suprapto di GNI

20 December 2024   |   15:57 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Polemik terkait pameran tunggal seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia (GNI) kembali mencuat. Setelah Kamis (19/12/2024) mengalami penundaan, seteleng bertajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan, itu hingga kini belum menemui titik terang.

Pameran ini direncanakan dibuka untuk publik pada 20 Desember 2024-19 Januari 2025. Akan tetapi karena ada kendala teknis, akhirnya ditunda. Salah satunya akibat mundurnya kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, dikarenakan adanya ketidaksepakatan antara kurator dan seniman mengenai karya-karya yang akan dipamerkan. 

Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, bahwa pihaknya akan menjalin komunikasi dengan seniman untuk mencari jalan tengah terkait pameran tersebut. Dia mengungkap, penundaan ini menjadi bentuk prinsip good governance yang dijunjung tinggi oleh GNI.

“Kami berkomitmen untuk terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan kedua belah pihak dalam rangka mencari solusi yang kolektif dan konstruktif," katanya. 

Baca juga: Pameran Tunggal Seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia Ditunda 
 

Salah satu lukisan karya Yos Suprapto yang dilarang untuk dipamerkan di GNI. (sumber  gambar: dokumentasi pribadi seniman)

Salah satu lukisan karya Yos Suprapto yang dilarang untuk dipamerkan di GNI. (sumber gambar: dokumentasi pribadi seniman)

Menurut Jarot, pameran tunggal Yos Suprapto sebenarnya telah disetujui sejak 2023 dan direncanakan dengan tema awal "BANGKIT!". Pameran tersebut awalnya bertujuan untuk menyajikan karya seni lukis dan instalasi dari sang seniman dengan fokus pada tema kedaulatan pangan dan budaya agraris Indonesia. 

Arkian, setelah melalui proses seleksi dan evaluasi kuratorial, tema pameran kemudian dipertegas dengan tajuk Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan. Tema kurasi ini ditetapkan dan disepakati karena mencerminkan pesan besar pembangunan dan kerja pemerintahan era kiwari. 

Kendati begitu, dalam proses penataan karya, terdapat beberapa karya yang dipacak tanpa melalui persetujuan dan kesepakatan antara seniman dan kurator. Walhasil, beberapa karya yang dihadirkan tersebut tidak sesuai dengan tema kurasi yang telah ditetapkan, atau disepakati dengan kurator. 

Jarot menjelaskan, sebagai langkah untuk menjaga keselarasan kuratorial dan memastikan kualitas pameran, pihaknya memutuskan menunda acara tersebut. Keputusan itu diambil untuk mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme terkait pameran. 

"Meski proses mediasi telah dilakukan, tidak tercapai kesepakatan mengenai karya-karya yang akan ditampilkan. Berkenaan dengan hal tersebut, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo menyatakan mundur dari tugasnya," imbuhnya.

Terpisah, seniman Yos Suprapto mengatakan, penundaan pameran justru terjadi karena ada manajemen kuratorial yang tidak menemui titik temu antara kurator, dirinya, dan pihak GNI. Dia mengungkap, sejauh ini pihak galeri juga belum memberikan jalan keluar sejak mundurnya kurator pada Kamis (19/12/24). 

Yos menjelaskan, dalam timeline yang diajukan pada kurator, mereka berdua seharusnya sudah harus bertemu pada 12 Desember 2024 di GNI. Akan tetapi, Suwarno baru datang pada 17 Desember 2024, dan menyatakan keberatannya terhadap 2 lukisan yang tidak sesuai tema kuratorial untuk dipajang. Sang seniman pun menerima usulan kurator, tapi hanya sebatas ditutup kain hitam. 

"Saya setuju untuk menutup dua lukisan tersebut dengan kain. Namun pada tanggal 19 Desember, saya diundang untuk rapat bersama tim GNI terkait keberatan terhadap 5 lukisan, padahal tadinya cuma 2, dan meminta kelima lukisan tadi diturunkan, beberapa jam sebelum pameran dibuka, ini kan aneh sekali," katanya. 
 

Seniman

Seniman Yos Suprapto (tengah) saat berdiskusi dengan sejumlah wartawan dan pegiat budaya di Wisma GNI pada jumat (20/12/24)  (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Kurator Suwarno Wisetrotomo mengatakan, dua karya yang diturunkan menurutnya menggambarkan opini seniman tentang praktek kekuasaan. Dia menyampaikan bahwa dua karya tersebut tidak sejalan dengan tema kuratorial, dan berpotensi merusak fokus terhadap pesan dari tema pameran yang menurutnya sudah kuat. 

"Menurut pendapat saya, dua karya tersebut ‘terdengar’ seperti makian semata, terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan perspektifnya," katanya.

Lebih lanjut, Suwarno menjelaskan, perbedaan pendapat antara dirinya dengan sang seniman sebenarnya sudah terjadi selama proses kurasi, yang dimulai secara intensif sejak bulan Oktober 2024. Silang pendapat tersebut bahkan terus berlanjut hingga hari H pembukaan pameran, atau tepatnya pada 19 Desember 2024.

Sebagai kurator dia merasa harus bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara tema yang disepakati sebelumnya. Namun, karena tidak ada kesepahaman, Suwarno menyampaikan bahwa dia terpaksa mengundurkan diri sebagai kurator dengan disaksikan oleh rekan-rekan GNI, meski tetap menghargai keputusan sang seniman. 

"Saya memutuskan mundur sebagai kurator pameran, suatu niatan yang pertama kali saya sampaikan kepada seniman pada tanggal 16 Desember 2024. Pernyataan pengunduran diri saya sebagai kurator tidak bermaksud untuk menghentikan pameran," imbuhnya.

Baca juga: Menikmati Dunia Fiksi Natasha Tontey dalam Pameran Primate Visions: Macaque Macabre

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

17 Film Indonesia Siap Tayang Januari 2025 di Bioskop, Masih Didominasi Horor

BERIKUTNYA

Begini Minat & Preferensi Wisatawan pada Libur Natal dan Tahun Baru 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: