TSI Buktikan Pariwisata Berkualitas Lebih dari Sekadar Jumlah Pengunjung
19 December 2024 |
12:30 WIB
Kini tak hanya soal kuantitas, kualitas pariwisata menjadi sorotan baru yang harus dipentingkan oleh pemerintah. Tidak bicara soal turisme massal lagi, lebih dari itu, pariwisata berkualitas kini lebih menciptakan multiplier effect terhadap industri pariwisata itu sendri.
Komitmen menjaga derap pariwisata berkelanjutan sebagai bentuk dari dorongan akan kualitas pairiwsata ini perlu dibangun bersama dari seluruh pihak terkait. Dari sisi pelaku wisata misalnya, Board of Director Taman Safari Indonesia (TSI) Aswin Sumampau menjelaskan, tak hanya dalam ranah wisata.
TSI juga berfokus pada kualitas pariwisata sesuai dengan program pemerintah yang mendorong hal ini. Bagi TSI, yang terpenting bukan hanya jumlah pengunjung, tetapi bagaimana memberikan pengalaman yang mendalam dan bermakna.
Baca juga: Kementerian Pariwisata Ajak KOL Asal India untuk Promosikan Bali dan Lombok
"Kami ingin pengunjung tidak hanya datang dan pergi, tetapi benar-benar mendapatkan pengalaman yang bermanfaat, baik dalam hal edukasi maupun konservasi," ungkap Aswin.
Sebagai bagian dari komitmennya untuk mendukung kualitas pariwisata Indonesia, TSI juga terus bekerja sama dengan pemerinta melalui promosi destinasi wisata TSI dalam berbagai event nasional dan internasional.
TSI menjadi salah satu booth yang sering hadir dalam pameran-pameran pariwisata internasional, sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah.
Bagi Aswin, tanggung jawab wisata juga berada pada komitmen berkelanjutan yang dilakukan. Dalam hal ini, TSI juga berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah program budidaya maggot untuk mengelola sampah organik yang dihasilkan oleh taman safari.
Maggot yang dikenal sebagai sumber protein tinggi, diolah menjadi pakan untuk hewan-hewan di TSI. Program ini tidak hanya membantu mengurangi limbah organik, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar, “Kami menjadikan TSI sebagai tulang punggung bagi perekonomian desa-desa di sekitar taman safari,” imbuhnya.
TSI juga berkomitmen mengelola sampah secara berkelanjutan yang mendukung program lingkungan, seperti penggunaan bahan-bahan daur ulang dan pengolahan limbah yang ramah lingkungan. “Dalam jangka panjang, kami ingin menjadi perusahaan yang sepenuhnya hijau, yang tidak hanya memikirkan keuntungan, tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat,” kata Aswin.
Senada dengan pernyataan TSI, menurut Pengamat Pariwisata Chusmeru, penting bagi sektor pariwisata untuk memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal. Selain memperhatikan daya tarik wisata, pihak pengelola juga harus berkontribusi terhadap perkembangan masyarakat sekitar.
“Sebab seringkali hanya pihak-pihak besar dalam industri yang meraih keuntungan besar, sementara masyarakat setempat kurang merasakan dampaknya,” tegas Chusmeru.
Bagaimana masyarakat di sekitar destinasi merasa diuntungkan, terbantu, dan berkembang juga menjadi tanggung jawab tak tertulis pengelola wisata. Oleh karena itu, pengelolaan pariwisata yang berbasis pada prinsip keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan menjadi sangat penting dalam memajukan sektor ini.
Melihat tren ini, jelas bahwa pariwisata yang mengutamakan kualitas, keberlanjutan, dan pengalaman mendalam akan makin menguat.
"Wisata yang berkualitas bukan hanya tentang destinasi yang viral atau ramai dikunjungi, tetapi tentang bagaimana wisatawan bisa mendapatkan pengalaman yang berarti dan berkelanjutan," kata Chusmeru.
Dengan pendekatan ini, Chusmeru menyebut Indonesia dapat mewujudkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga berkelanjutan secara sosial dan lingkungan. Komitmen pemerintah untuk berfokus pada peningkatan kualitas pariwisata, di samping jumlah wisatawan sudah seharusnya dapat memberikan manfaat jangka panjang baik bagi para wisatawan maupun masyarakat lokal.
Baca juga: Kata Pengamat Soal Sektor Pariwisata yang Harus Jadi Perhatian Pemerintahan Baru
Editor: Dika Irawan
Komitmen menjaga derap pariwisata berkelanjutan sebagai bentuk dari dorongan akan kualitas pairiwsata ini perlu dibangun bersama dari seluruh pihak terkait. Dari sisi pelaku wisata misalnya, Board of Director Taman Safari Indonesia (TSI) Aswin Sumampau menjelaskan, tak hanya dalam ranah wisata.
TSI juga berfokus pada kualitas pariwisata sesuai dengan program pemerintah yang mendorong hal ini. Bagi TSI, yang terpenting bukan hanya jumlah pengunjung, tetapi bagaimana memberikan pengalaman yang mendalam dan bermakna.
Baca juga: Kementerian Pariwisata Ajak KOL Asal India untuk Promosikan Bali dan Lombok
"Kami ingin pengunjung tidak hanya datang dan pergi, tetapi benar-benar mendapatkan pengalaman yang bermanfaat, baik dalam hal edukasi maupun konservasi," ungkap Aswin.
Sebagai bagian dari komitmennya untuk mendukung kualitas pariwisata Indonesia, TSI juga terus bekerja sama dengan pemerinta melalui promosi destinasi wisata TSI dalam berbagai event nasional dan internasional.
TSI menjadi salah satu booth yang sering hadir dalam pameran-pameran pariwisata internasional, sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah.
Bagi Aswin, tanggung jawab wisata juga berada pada komitmen berkelanjutan yang dilakukan. Dalam hal ini, TSI juga berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah program budidaya maggot untuk mengelola sampah organik yang dihasilkan oleh taman safari.
Maggot yang dikenal sebagai sumber protein tinggi, diolah menjadi pakan untuk hewan-hewan di TSI. Program ini tidak hanya membantu mengurangi limbah organik, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar, “Kami menjadikan TSI sebagai tulang punggung bagi perekonomian desa-desa di sekitar taman safari,” imbuhnya.
TSI juga berkomitmen mengelola sampah secara berkelanjutan yang mendukung program lingkungan, seperti penggunaan bahan-bahan daur ulang dan pengolahan limbah yang ramah lingkungan. “Dalam jangka panjang, kami ingin menjadi perusahaan yang sepenuhnya hijau, yang tidak hanya memikirkan keuntungan, tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat,” kata Aswin.
Senada dengan pernyataan TSI, menurut Pengamat Pariwisata Chusmeru, penting bagi sektor pariwisata untuk memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal. Selain memperhatikan daya tarik wisata, pihak pengelola juga harus berkontribusi terhadap perkembangan masyarakat sekitar.
“Sebab seringkali hanya pihak-pihak besar dalam industri yang meraih keuntungan besar, sementara masyarakat setempat kurang merasakan dampaknya,” tegas Chusmeru.
Bagaimana masyarakat di sekitar destinasi merasa diuntungkan, terbantu, dan berkembang juga menjadi tanggung jawab tak tertulis pengelola wisata. Oleh karena itu, pengelolaan pariwisata yang berbasis pada prinsip keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan menjadi sangat penting dalam memajukan sektor ini.
Melihat tren ini, jelas bahwa pariwisata yang mengutamakan kualitas, keberlanjutan, dan pengalaman mendalam akan makin menguat.
"Wisata yang berkualitas bukan hanya tentang destinasi yang viral atau ramai dikunjungi, tetapi tentang bagaimana wisatawan bisa mendapatkan pengalaman yang berarti dan berkelanjutan," kata Chusmeru.
Dengan pendekatan ini, Chusmeru menyebut Indonesia dapat mewujudkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga berkelanjutan secara sosial dan lingkungan. Komitmen pemerintah untuk berfokus pada peningkatan kualitas pariwisata, di samping jumlah wisatawan sudah seharusnya dapat memberikan manfaat jangka panjang baik bagi para wisatawan maupun masyarakat lokal.
Baca juga: Kata Pengamat Soal Sektor Pariwisata yang Harus Jadi Perhatian Pemerintahan Baru
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.