Beli Hak untuk 251 Lagu The Beatles, Michael Jackson Disebut Licik
30 August 2021 |
18:21 WIB
Pada 1985 Michael Jackson baru saja merilis album studio keenamnya Thriller dan mendapat pujian dari para kritikus musik. Bintang muda Amerika tersebut lantas dengan cepat menjadi salah satu artis populer dan ingin mengembangkan kekayaan dan ketenarannya sebaik mungkin.
Setelah bekerja dengan anggota The Beatles, Paul McCartney, pada beberapa proyek musik, Jackson membuat keputusan untuk membeli hak penerbitan (publishing right) sebagian besar katalog The Beatles seharga US$47 juta, mengalahkan hak yang dimiliki McCartney sendiri.
Setelah kolaborasi mereka untuk lagu Say Say Say pada 1983, McCartney disebut menyarankan Raja Pop itu untuk menginvestasikan sebagian dari kekayaannya yang sangat besar dalam industri penerbitan musik.
History mencatat bahwa Jackson terus memiliki lagu-lagu The Beatles hingga 2009 ketika dia meninggal. Setelah itu, lagu-lagu tersebut kembali ke Sony.
Untuk memahami alasan bisnis di balik langkah Jackson mengambil kendali atas hak penerbitan sekitar 251 komposisi The Beatles, pertama-tama kita harus memahami ekonomi industri musik dasar.
"Setiap kali rekaman dengan hak cipta dieksploitasi untuk tujuan komersial—digunakan dalam iklan film atau televisi, misalnya—pihak yang menggunakan rekaman itu diharuskan membayar biaya lisensi," tulis History.
Sepanjang kepemilikannya, hak penerbitan 251 lagu itu menjadi jaminan untuk beberapa pinjaman pribadi Jackson yang sangat besar guna membiayai gaya hidupnya yang boros, ditambah selama beberapa tahun dia dihadapi dengan penghasilan rendah dan masalah hukum.
Pada sejumlah kontak hak penerbitan lagu, penerbit bisa mengambil hingga 50 persen dari royalti penulis lagu sebagai imbalan proses penanganan koleksi dan untuk secara aktif mempromosikan penggunaan komersial lagu-lagunya.
Dalam wawancara di The Graham Norton Show pada 2014 silam, McCartney menyampaikan penyesalannya telah memberikan nasihat investasi itu kepada sahabatnya.
McCartney mengingatkan Jackson soal kesuksesannya dan memberi saran agar mencoba terjun ke dunia bisnis penerbitan lagu. Tidak disangka, Jackson justru membeli hak terbit lagu-lagu The Beatles sebagai investasi, menuruti sarannya.
"[Kami kehilangan] lagu-lagu awal Beatles. Kami tidak tahu apa-apa tentang [manajemen musik] itu, jadi kami [merasa] ditipu. Tapi hei, apa-apaan ini?" ujarnya.
"Saya pikir licik untuk melakukan sesuatu seperti itu, terlebih kepada seorang teman, seperti membeli barang mereka," tambahnya.
Dua bintang pop itu dikabarkan tak banyak bicara usai kejadian tersebut. Jackson bahkan menulis tentang pengalaman itu dalam otobiografinya Moonwalk yang terbit tahun 1988.
Editor: Avicenna
Setelah bekerja dengan anggota The Beatles, Paul McCartney, pada beberapa proyek musik, Jackson membuat keputusan untuk membeli hak penerbitan (publishing right) sebagian besar katalog The Beatles seharga US$47 juta, mengalahkan hak yang dimiliki McCartney sendiri.
Setelah kolaborasi mereka untuk lagu Say Say Say pada 1983, McCartney disebut menyarankan Raja Pop itu untuk menginvestasikan sebagian dari kekayaannya yang sangat besar dalam industri penerbitan musik.
History mencatat bahwa Jackson terus memiliki lagu-lagu The Beatles hingga 2009 ketika dia meninggal. Setelah itu, lagu-lagu tersebut kembali ke Sony.
Untuk memahami alasan bisnis di balik langkah Jackson mengambil kendali atas hak penerbitan sekitar 251 komposisi The Beatles, pertama-tama kita harus memahami ekonomi industri musik dasar.
"Setiap kali rekaman dengan hak cipta dieksploitasi untuk tujuan komersial—digunakan dalam iklan film atau televisi, misalnya—pihak yang menggunakan rekaman itu diharuskan membayar biaya lisensi," tulis History.
Sepanjang kepemilikannya, hak penerbitan 251 lagu itu menjadi jaminan untuk beberapa pinjaman pribadi Jackson yang sangat besar guna membiayai gaya hidupnya yang boros, ditambah selama beberapa tahun dia dihadapi dengan penghasilan rendah dan masalah hukum.
Pada sejumlah kontak hak penerbitan lagu, penerbit bisa mengambil hingga 50 persen dari royalti penulis lagu sebagai imbalan proses penanganan koleksi dan untuk secara aktif mempromosikan penggunaan komersial lagu-lagunya.
Dalam wawancara di The Graham Norton Show pada 2014 silam, McCartney menyampaikan penyesalannya telah memberikan nasihat investasi itu kepada sahabatnya.
McCartney mengingatkan Jackson soal kesuksesannya dan memberi saran agar mencoba terjun ke dunia bisnis penerbitan lagu. Tidak disangka, Jackson justru membeli hak terbit lagu-lagu The Beatles sebagai investasi, menuruti sarannya.
"[Kami kehilangan] lagu-lagu awal Beatles. Kami tidak tahu apa-apa tentang [manajemen musik] itu, jadi kami [merasa] ditipu. Tapi hei, apa-apaan ini?" ujarnya.
"Saya pikir licik untuk melakukan sesuatu seperti itu, terlebih kepada seorang teman, seperti membeli barang mereka," tambahnya.
Dua bintang pop itu dikabarkan tak banyak bicara usai kejadian tersebut. Jackson bahkan menulis tentang pengalaman itu dalam otobiografinya Moonwalk yang terbit tahun 1988.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.