Suasana gladi bersih Cine-Concert Samsara, di GBB, TIM, Jakarta, Jumat, (13/12/24). (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)

Cine Concert Samsara: Narasi Film Bisu dengan Pendekatan Tradisi & Kontemporer

17 December 2024   |   07:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Setelah mengundang decak kagum lewat film Setan Jawa (2016) silam, sutradara Garin Nugroho kembali mengeksplorasi horor dengan cara berbeda. Terbaru, sutradara asal Yogyakarta itu, menelurkan film bisu hitam putih bertajuk Samsara dengan nuansa yang magis dan memikat.

Pekan lalu, cine concert dari film ini diputar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Masih mengetengahkan seputar ilmu hitam dan pesugihan, Garin seolah memberi wacana baru bahwa film horor tak melulu harus menghadirkan kengerian dengan jumpscare.

Baca juga: Cerita Komposer Cine Concert Samsara, Menyatukan Musik Tradisi dengan EDM dalam Film Bisu

Alih-alih mengagetkan penonton dengan gaya skoring yang kadang pekak di telinga, Garin justru mengemas kengerian film ini dengan tari dan kidung-kidung tradisi. Kombinasi tersebut semakin  kontras saat musik berbalut electronic music dance (EDM) menggema, dengan suara yang khas.

Sutradara Garin Nugroho mengatakan, dalam praktik pengkaryaan, dia memang sengaja membenturkan berbagai paradoks. Misalnya dengan menggabungkan antara yang tradisi dan yang modern, karena dari sana nantinya akan muncul suspense, sesuatu yang menegangkan, dan keingintahuan dari penonton. 

"Ini adalah karya sinema expanded saya yang dimulai dari Opera Jawa (2006), Setan Jawa (2016) dan sekarang Samsara. Karya ini menjadi penting karena era film bisu merupakan salah era emas dari film Indonesia yang terinspirasi dari wayang kulit," katanya setelah  gladi resik cine concert di GBB, TIM, Jumat (13/12/24).

Dalam versi cine concert-nya, Samsara dibuka dengan kidung berbahasa Bali oleh I Gusti Putu Sudarta laiknya sebuah mantra. Sementara itu, di belakang para nayaga (penabuh alat musik tradisi), layar hitam-putih mulai bergerak, kamera menyorot sepasang kaki yang menapaki bebatuan .

Sepersekian detik  narasi film mengalir dengan mulus. Meski tidak ada dialog, penonton diajak asyik masuk ke dalam kisah puitis yang menggabungkan elemen wayang kulit, tari, dan teater. Permainan mimik wajah mendominasi cine concert sepanjang 90 menit ke depan.
 

Suasana gladi bersih Cine-Concert Samsara, di GBB, TIM, Jakarta, Jumat, (13/12/24). (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)

Suasana gladi bersih Cine-Concert Samsara, di GBB, TIM, Jakarta, Jumat, (13/12/24). (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)


Mengambil latar belakang Bali di era 1930-an, Samsara mengungkai kisah Darta (diperankan oleh Ario Bayu) dan Sinta (Juliet Widyasari Burnett). Keduanya sepasang kekasih yang tidak diizinkan menikah karena perbedaan status sosial. Darta orang miskin, sedangkan Sinta orang kaya.

Tersinggung karena lamarannya ditolak, Darta menempuh jalur instan lewat jalur pesugihan. Syahdan, Darta menemui Raja Monyet (Gus Bang Sada) agar cepat kaya. Namun, ada syarat yang harus ditebus, anaknya kelak harus menjadi tumbal dari apa yang diidam-idamkan.

Dibagi dalam 6 babak, film ini dengan lugas mengungkai kisah yang tetap relevan dengan situasi hari ini, yakni premis nafsu dunia yang kerap menyilaukan mata para insan. Refleksi tersebut hadir secara semiotik lewat adegan di mana pemain menjadikan penjepit rambut emas yang hadir menutupi mata.

Nuansa mencekam juga kian terasa saat komposisi gamelan Bali dan musik elektronik bertemu dalam harmoni yang rancak dari setiap babak. Titilaras  Wayan Sudirana dan Kasimyn Gabber Modus Operandi, yang bersilangan dengan vokal Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih berhasil menghadirkan aura mistis.

Produser film Gita Fara mengungkap, selain hadir dalam cine concert, nantinya film Samsara juga akan diputar dalam versi sinema. Kedua format tersebut digadang akan memberikan nuansa berbeda saat dimainkan , baik dari atas panggung maupun layar bioskop, yang menggunakan format Dolby Atmos.

Gita fara mengungkap, Samsara merupakan film ketiga expanded dari Garin Nugroho setelah menelurkan Opera Jawa (2006) dan Setan Jawa (2016). Cine-Concert Samsara di Jakarta akan menjadi penutup sebelum film tersebut melakukan tur internasional yang dimulai dari Perth, Australia pada Februari 2025. 

"Cine concert di Jakarta ini menjadi kota pertama yang benar-benar kami persiapkan untuk pemutaran selama 3 hari. Ini dilakukan untuk mendobrak inovasi pertunjukan dari medium film, sebab akan memberikan pengalaman menonton film dengan cara yang berbeda," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Daftar Barang dan Jasa yang Bebas PPN 12 Persen Mulai Januari 2025

BERIKUTNYA

Cara Unik Bolt Mengembangkan Produk & Bisnis, Rutin Donasi ke Shelter Kucing

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: