Strategi Bertahan Avoskin di Tengah Tantangan Pasar Skincare
14 December 2024 |
17:30 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir, industri UMKM dan brand lokal mengalami lonjakan pertumbuhan yang luar biasa. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya konsumen yang menjadikan produk lokal sebagai pilihan utama dalam berbelanja.
Hasil riset ThinkwithHypefast dari Hypefast pada Agustus 2024 mengungkapkan fakta menarik.
70 persen konsumen aktif mencari produk lokal, sementara 90 persen di antaranya telah membeli produk lokal dalam tiga bulan terakhir. Angka-angka ini menegaskan bahwa produk lokal tidak hanya diminati, tetapi juga berhasil menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat.
CEO Hypefast, Achmad Alkatiri, mengungkapkan bahwa di balik peluang besar yang diraih brand lokal, tantangan berat sudah menanti di tahun 2025. Salah satunya adalah persaingan ketat dengan brand global, terutama dari China, yang semakin agresif di pasar Indonesia.
Baca juga: Hypereport: Fenomena Skincare Overclaim dan Pengawasan Produk Ilegal di Pasaran
Riset terbaru menunjukkan bahwa 6 dari 10 konsumen Indonesia masih kesulitan membedakan produk lokal dengan produk impor dari China, khususnya di kategori kosmetik dan skincare. Tren ini diperkuat oleh data dari Compas mengenai Shopee dan Tokopedia, yang mencatat bahwa 4 dari 10 brand kosmetik dengan penjualan tertinggi selama bulan Ramadan merupakan brand asal China. Persaingan ini menjadi alarm bagi brand lokal untuk semakin memperkuat identitas dan daya saing mereka.
“Brand-brand ini masuk dengan strategi harga yang lebih kompetitif dan pemahaman mendalam tentang konsumen kelas menengah kita,” ujar Achmad.
Adanya persaingan yang cukup menantang dengan brand skincare dari China juga turut dirasakan oleh Avoskin, brand skincare asal Yogyakarta yang sudah berdiri sejak 2014. Erny Kurniawati, Brand Director Avoskin meuturkan, sebagai salah satu pemain dalam industri kecantikan Indonesia, Avoskin telah menghadapi perjalanan penuh tantangan sejak berdiri 10 tahun lalu.
Berawal dari kepercayaan yang harus dibangun di tengah minimnya kepercayaan terhadap produk lokal, kini Avoskin menghadapi kompetisi yang semakin ketat dengan semakin banyaknya merek asing yang masuk ke pasar Indonesia.
Erny mengakui, pada awal perjalanan, tantangan terbesar adalah membangun kepercayaan konsumen terhadap produk kecantikan lokal. Pada masa itu, produk lokal memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan merek internasional.
Menghadapi hal ini, Avoskin memilih pendekatan transparansi dan edukasi untuk memenangkan hati konsumen sekaligus menunjukkan bahwa brand lokal mampu bersaing dengan produk internasional.
"Salah satu langkah penting yang kami lakukan adalah memastikan bahwa setiap produk yang diluncurkan memiliki informasi jelas mengenai bahan-bahan yang digunakan. Kami sangat menekankan pentingnya keberlanjutan dan pemilihan bahan baku secara cermat yang aman untuk kulit dan ramah lingkungan," tuturnya di sela acara pembukaan Avoskin Sanctuary di Mall Taman Anggrek, Jakarta beberapa waktu lalu.
Saat pandemi COVID-19, tren konsumsi skincare melonjak pesat, dan persaingan makin ketat dengan banyaknya brand lokal yang hadir dengan kualitas yang tak kalah dibandingkan dengan brand asing sehingga kepercayaan konsumen terhadap brand lokal makin terbentuk. Apalagi pemerintah juga terus menggencarkan berbagai kampanye seperti Bangga Buatan Indonesia atau Beli Produk Lokal.
Namun, beberapa waktu terakhir ini ketika pasar skincare sudah makin besar dan potensinya sangat terbuka luas, banyak brand asing terutama dari China yang melakukan ekspansi ke Indonesia dan menawarkan harga lebih terjangkau.
"Brand dari luar ini punya privilege karena mereka bisa menjual dengan harga yang lebih murah. Ini menjadi tantangan yang cukup challenging," tuturnya.
Dalam menghadapi persaingan yang makin sengit ini, Avoskin kembali mengandalkan inovasi menghadirkan produk terbaru, transparansi, dan edukasi. Salah satu strategi terbaru yang diterapkan adalah memfokuskan pada penelitian bahan baku alami yang berasal dari Indonesia untuk memberikan keunggulan produk lokal.
Menurutnya, selain kualitas produk, faktor penting yang menjadi perhatian mereka adalah sustainability atau keberlanjutan. Mereka berkomitmen untuk tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengedukasi konsumen tentang pentingnya menggunakan produk yang berkelanjutan.
Anugrah Pakerti, Founder dan CEO AVO Innovation & Technology HQ mengatakan, untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan dan menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dalam perjalanan selama lebih dari satu dekade, Avoskin menghadirkan Avoskin Sanctuary di Jakarta sekaligus menjadi offline store official pertama Avoskin.
“Avoskin Sanctuary bukan hanya sekadar ruang ritel, tetapi juga representasi fisik dari nilai-nilai yang diusung oleh brand, seperti inovasi, sustainability, dan pengalaman pelanggan yang lebih personal,” tuturnya.
Pelanggan kini memiliki kesempatan untuk merasakan langsung pengalaman mencoba rangkaian produk skincare inovatif dari Avoskin, dilengkapi dengan konsultasi perawatan kulit yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Selain itu, mereka juga dapat mendalami manfaat bahan alami yang menjadi keunggulan utama produk Avoskin.
Melalui gerai ini, Avoskin ingin berbagi nilai-nilai keberlanjutan yang diusung sekaligus mendorong gerakan yang lebih sadar lingkungan di masa depan. Dengan konsep desain modern yang berfokus pada kenyamanan dan pengalaman personal, pengunjung diajak untuk menjelajahi produk-produk berbahan alami dan aktif, sejalan dengan komitmen Avoskin terhadap prinsip green and clean beauty.
Pembukaan Avoskin Sanctuary menjadi simbol perjalanan Avoskin selama lebih dari satu dekade dalam menghadirkan kecantikan yang bermakna. Tempat ini dirancang untuk memberikan pengalaman nyata kepada pelanggan, menampilkan nilai-nilai utama Avoskin seperti keberlanjutan, inovasi, serta kepedulian terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Hasil riset ThinkwithHypefast dari Hypefast pada Agustus 2024 mengungkapkan fakta menarik.
70 persen konsumen aktif mencari produk lokal, sementara 90 persen di antaranya telah membeli produk lokal dalam tiga bulan terakhir. Angka-angka ini menegaskan bahwa produk lokal tidak hanya diminati, tetapi juga berhasil menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat.
CEO Hypefast, Achmad Alkatiri, mengungkapkan bahwa di balik peluang besar yang diraih brand lokal, tantangan berat sudah menanti di tahun 2025. Salah satunya adalah persaingan ketat dengan brand global, terutama dari China, yang semakin agresif di pasar Indonesia.
Baca juga: Hypereport: Fenomena Skincare Overclaim dan Pengawasan Produk Ilegal di Pasaran
Riset terbaru menunjukkan bahwa 6 dari 10 konsumen Indonesia masih kesulitan membedakan produk lokal dengan produk impor dari China, khususnya di kategori kosmetik dan skincare. Tren ini diperkuat oleh data dari Compas mengenai Shopee dan Tokopedia, yang mencatat bahwa 4 dari 10 brand kosmetik dengan penjualan tertinggi selama bulan Ramadan merupakan brand asal China. Persaingan ini menjadi alarm bagi brand lokal untuk semakin memperkuat identitas dan daya saing mereka.
“Brand-brand ini masuk dengan strategi harga yang lebih kompetitif dan pemahaman mendalam tentang konsumen kelas menengah kita,” ujar Achmad.
Adanya persaingan yang cukup menantang dengan brand skincare dari China juga turut dirasakan oleh Avoskin, brand skincare asal Yogyakarta yang sudah berdiri sejak 2014. Erny Kurniawati, Brand Director Avoskin meuturkan, sebagai salah satu pemain dalam industri kecantikan Indonesia, Avoskin telah menghadapi perjalanan penuh tantangan sejak berdiri 10 tahun lalu.
Berawal dari kepercayaan yang harus dibangun di tengah minimnya kepercayaan terhadap produk lokal, kini Avoskin menghadapi kompetisi yang semakin ketat dengan semakin banyaknya merek asing yang masuk ke pasar Indonesia.
Erny mengakui, pada awal perjalanan, tantangan terbesar adalah membangun kepercayaan konsumen terhadap produk kecantikan lokal. Pada masa itu, produk lokal memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan merek internasional.
Menghadapi hal ini, Avoskin memilih pendekatan transparansi dan edukasi untuk memenangkan hati konsumen sekaligus menunjukkan bahwa brand lokal mampu bersaing dengan produk internasional.
"Salah satu langkah penting yang kami lakukan adalah memastikan bahwa setiap produk yang diluncurkan memiliki informasi jelas mengenai bahan-bahan yang digunakan. Kami sangat menekankan pentingnya keberlanjutan dan pemilihan bahan baku secara cermat yang aman untuk kulit dan ramah lingkungan," tuturnya di sela acara pembukaan Avoskin Sanctuary di Mall Taman Anggrek, Jakarta beberapa waktu lalu.
Saat pandemi COVID-19, tren konsumsi skincare melonjak pesat, dan persaingan makin ketat dengan banyaknya brand lokal yang hadir dengan kualitas yang tak kalah dibandingkan dengan brand asing sehingga kepercayaan konsumen terhadap brand lokal makin terbentuk. Apalagi pemerintah juga terus menggencarkan berbagai kampanye seperti Bangga Buatan Indonesia atau Beli Produk Lokal.
Namun, beberapa waktu terakhir ini ketika pasar skincare sudah makin besar dan potensinya sangat terbuka luas, banyak brand asing terutama dari China yang melakukan ekspansi ke Indonesia dan menawarkan harga lebih terjangkau.
"Brand dari luar ini punya privilege karena mereka bisa menjual dengan harga yang lebih murah. Ini menjadi tantangan yang cukup challenging," tuturnya.
Dalam menghadapi persaingan yang makin sengit ini, Avoskin kembali mengandalkan inovasi menghadirkan produk terbaru, transparansi, dan edukasi. Salah satu strategi terbaru yang diterapkan adalah memfokuskan pada penelitian bahan baku alami yang berasal dari Indonesia untuk memberikan keunggulan produk lokal.
Menurutnya, selain kualitas produk, faktor penting yang menjadi perhatian mereka adalah sustainability atau keberlanjutan. Mereka berkomitmen untuk tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengedukasi konsumen tentang pentingnya menggunakan produk yang berkelanjutan.
Anugrah Pakerti, Founder dan CEO AVO Innovation & Technology HQ mengatakan, untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan dan menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dalam perjalanan selama lebih dari satu dekade, Avoskin menghadirkan Avoskin Sanctuary di Jakarta sekaligus menjadi offline store official pertama Avoskin.
“Avoskin Sanctuary bukan hanya sekadar ruang ritel, tetapi juga representasi fisik dari nilai-nilai yang diusung oleh brand, seperti inovasi, sustainability, dan pengalaman pelanggan yang lebih personal,” tuturnya.
Pelanggan kini memiliki kesempatan untuk merasakan langsung pengalaman mencoba rangkaian produk skincare inovatif dari Avoskin, dilengkapi dengan konsultasi perawatan kulit yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Selain itu, mereka juga dapat mendalami manfaat bahan alami yang menjadi keunggulan utama produk Avoskin.
Melalui gerai ini, Avoskin ingin berbagi nilai-nilai keberlanjutan yang diusung sekaligus mendorong gerakan yang lebih sadar lingkungan di masa depan. Dengan konsep desain modern yang berfokus pada kenyamanan dan pengalaman personal, pengunjung diajak untuk menjelajahi produk-produk berbahan alami dan aktif, sejalan dengan komitmen Avoskin terhadap prinsip green and clean beauty.
Pembukaan Avoskin Sanctuary menjadi simbol perjalanan Avoskin selama lebih dari satu dekade dalam menghadirkan kecantikan yang bermakna. Tempat ini dirancang untuk memberikan pengalaman nyata kepada pelanggan, menampilkan nilai-nilai utama Avoskin seperti keberlanjutan, inovasi, serta kepedulian terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.