Ilustrasi influencer kecantikan. (Sumber gambar: George Milton/Pexels)

Peluang Digaet Brand, Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Jadi Influencer

12 December 2024   |   07:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kehadiran influencer dan endorser menjadi bagian penting dalam dunia pemasaran digital saat ini. Era teknologi termasuk di dalamnya media sosial yang berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, memang menciptakan peluang baru bagi individu kreatif dan mengubah cara brand membangun hubungan dengan konsumen.

Dengan jumlah pengikut yang besar dan tingkat interaksi yang tinggi, jasa influencer maupun endorser dinilai cukup efektif untuk mengenalkan brand atau menjangkau pasar yang lebih luas. CEO & Founder HMNS Rizky Dwi Arief Prakoso mengatakan, kehadiran jasa mereka cukup membantu jenama parfum lokal miliknya.

Bisa dikatakan, sebagian besar strategi digital marketing HMNS ditopang para influencer dan endorser, selain timnya aktif berinteraksi dengan para followers atau customer di media sosial. “30-50 persen dari aktivitas marketing kita itu dari influencer dan endorser,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Pengaruh Beauty Influencer di Tengah Fenomena Overclaim

Kendati demikian, Rizky tidak asal menggunakan jasa pemasar digital ini. Dia dan timnya melakukan seleksi yang ketat agar konten yang dibuat sejalan dengan visi dan misi brand. 

Rizky menyebut ada beberapa cara yang dilakukan tim HMNS untuk memetakan influencer atau endorsement yang tepat. Salah satunya dengan membuat focus group discussion (FGD) dengan para customer mereka. 

HMNS akan bertanya aktivitas para pelanggannya di media sosial. Konten apa saja dan influencer mana yang sering dilihat di jejaring internet ini. Selain itu, tim HMNS juga melakukan pemetaan mandiri secara online.

“Kita melihat positioning, follower-nya representatif dari market kita atau tidak, cara mereka influence sesuai dengan kita punya style atau tidak. Itu yang paling efektif saat ini,” tutur Rizky.

Buzzlink yang menaungi beauty influencer Tasya Farasya pun terbilang tidak asal menyodorkan sumber daya ketika ada permintaan kolaborasi oleh brand tertentu. Agensi ini memilih influencer yang tepat dengan menganalisis target audiens dan nilai-nilai brand tersebut. 

Founder Buzzlink Galih Soedirdjo menerangkan ketika ada permintaan kerja sama, timnya akan melihat dari sisi demografi, minat, serta konten yang dihasilkan influencer, apakah sejalan dengan citra yang ingin dibangun oleh jenama tersebut. “Dengan tools khusus dan analisis data, kami bisa menentukan influencer yang memiliki potensi terbaik untuk kampanye yang efektif,” tuturnya.

Sejauh ini, Buzzlink memang berperan sebagai penghubung strategis antara influencer dan brand. Galih menyebut pihaknya membantu influencer memahami kebutuhan brand, sehingga dapat menciptakan kolaborasi yang lebih bermakna. 

Buzzlink juga menyediakan akses ke network yang luas, membuka peluang kolaborasi jangka panjang, dan memberikan dukungan dalam membangun kredibilitas influencer di mata jenama. Untuk meningkatkan kredibilitas ini, Falih menyampaikan pihaknya berupaya meningkatkan keterampilan dalam membuat konten yang menarik dan relevan. 

 

Dibekali Teknik Storytelling


Agensi membekali para influencer dengan teknik storytelling, strategi meningkatkan engagement, dan cara membangun merek personal yang kuat. Hal ini dilakukan agar konten mereka bisa lebih terhubung dengan audiens.

Tak dipungkiri, dalam membuat konten, tantangan terbesar saat ini adalah menjaga autentisitas di tengah persaingan dan tren yang cepat berubah. Oleh karena itu, influencer menurutnya harus tetap relevan, namun tidak kehilangan keunikan mereka dalam mempromosikan produk. “Di sisi lain, agensi harus memastikan bahwa campaign yang dibuat tetap orisinal dan tidak hanya mengikuti tren tanpa arah yang jelas,” sebut Galih.

Sementara itu, Buzzlink katanya secara aktif memantau tren media sosial dan selalu membuka peluang bagi influencer baru untuk bergabung. Namun demikian, pihaknya terbilang mempertimbangkan engagement rate, kualitas konten, serta attitude di dunia digital untuk menjaring influencer yang potensial.

Influencer yang bergabung perlu memiliki daya tarik yang autentik dan sejalan dengan nilai Buzzlink dalam membangun komunitas yang positif dan profesional,” tambah Galih. 

Baca Juga: Indonesia Dominasi Pasar E-commerce Asean, Dipacu Influencer & Live Commerce

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

4 Ide Self Reward Sambut Akhir Tahun, Yuk Apresiasi Diri Sendiri

BERIKUTNYA

M6 World Championship: RRQ Hoshi Tereliminasi & Team Liquid ID di Final Lower Bracket

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: