Mengintip Keseruan Workshop Seni Grafis Cukil Kayu di Galeri Nasional
11 December 2024 |
21:30 WIB
Ada yang berbeda di ruang workshop Galeri Nasional Indonesia (GNI). Ruang yang biasanya tertutup itu, pada Rabu, (11/12/24) pagi tampak riuh dengan kelimun orang yang khusyuk di depan meja, sambil tangan mereka mencukil gambar di bidang karet sintetis.
Sebagian ada yang menggambar bunga, lanskap pegunungan, portrait, hingga kucing. Suasana hangat meruap, di antara tingkah pemateri memberi arahan agar berhati-hati menggunakan pisau cukil. Jelang siang, bau tinta cetak merambati udara di ruang berpendingin.
Baca juga: Puluhan Karya Pemenang Basoeki Abdullah Art Award Bakal Dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia
Apa yang dikerjakan belasan orang dari Indonesian Heritage Society (IHS) dan awak media itu adalah hal istimewa. Mereka sedang mengikuti lokakarya seni grafis teknik cukil kayu bertajuk The Cutting Edge: Easy and Simple Ways to Make More Art, dari komunitas SeniNGrafis.
Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan pada Festival Seni Cetak Grafis Trilogia, yang dihelat kolektif seni grafis, Krack! Studio. Pesta seni grafis terbesar pertama di Kota Gudeg, itu berlangsung di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia, Yogyakarta pada 7-20 Desember 2024.
Kurator Febrian Adinata Hasibuan mengatakan, ihwal dihelatnya festival ini adalah untuk merayakan seni cetak sebagai media yang ampuh dalam merefleksikan gerakan sosial dan budaya. Momen tersebut bermula setelah mereka mengumpulkan arsip terkait peran seni cetak grafis sejak sebelum kemerdekaan.
Arkian, setelah setahun melakukan riset, senarai arsip tersebut dikumpulkan dan direspon dalam pameran tersebut. Puluhan seniman, baik individu dan kolektif turut meramaikan acara tersebut, seperti Tisna Sanjaya, Irwan Ahmet, FX Harsono, Amin Taasha, Mumtaz Khan Chopan, dan masih banyak lagi.
"Festival ini bertema trilogia, yang kami bayangkan berlangsung selama tiga putaran. Selain itu pesta ini juga dibagi menjadi 4 agenda utama yakni pameran, simposium, program publik, dan program kolaborasi dalam tajuk Watak," katanya.
Sementara itu, Arif Hidayat, seniman Grafis dan anggota Komunitas SeniNGrafis yang menjadi pemateri mengatakan, seni grafis merupakan salah satu metode seni paling tua di dunia. Salah satunya terefleksi dalam lukisan-lukisan gua yang banyak ditemukan di berbagai situs di Tanah Air.
Menariknya, meski terbilang tua dan sederhana, seni grafis mampu diadopsi dan beradaptasi dalam kemajuan teknologi. Kendati ada banyak seni cetak grafis, pada dasarnya komponen utama dari metode ini adalah adanya media acuan cetak dan media cetak yang nantinya akan menjadi karya utama dari kesenian ini.
"Seni cetak grafis ini sangat dinamis, tak heran jika dia tetap bisa eksis sejak dicetak di dinding gua, surat kabar, produk fesyen, dan produk-produk lain dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Berlangsung lebih dari 3 jam, para peserta yang mengikuti lokakarya ini juga cukup antusias. Tabitha, seorang pegawai swasta sekaligus anggota IHS mengaku cukup senang selama workshop berlangsung. Meski awalnya cukup rumit, tapi penikmat seni asal Jakarta Pusat itu seperti mendapat teraupetik dari kegiatan tersebut.
"Lokakarya ini cukup menyenangkan ya, aku jadi teringat nirmana atau ilmu yang mempelajari tentang penyusunan elemen-elemen visual, jadi semacam recall saja terhadap berbagai hal yang sempat aku pelajari dahulu," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sebagian ada yang menggambar bunga, lanskap pegunungan, portrait, hingga kucing. Suasana hangat meruap, di antara tingkah pemateri memberi arahan agar berhati-hati menggunakan pisau cukil. Jelang siang, bau tinta cetak merambati udara di ruang berpendingin.
Baca juga: Puluhan Karya Pemenang Basoeki Abdullah Art Award Bakal Dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia
Apa yang dikerjakan belasan orang dari Indonesian Heritage Society (IHS) dan awak media itu adalah hal istimewa. Mereka sedang mengikuti lokakarya seni grafis teknik cukil kayu bertajuk The Cutting Edge: Easy and Simple Ways to Make More Art, dari komunitas SeniNGrafis.
Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan pada Festival Seni Cetak Grafis Trilogia, yang dihelat kolektif seni grafis, Krack! Studio. Pesta seni grafis terbesar pertama di Kota Gudeg, itu berlangsung di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia, Yogyakarta pada 7-20 Desember 2024.
Kurator Febrian Adinata Hasibuan mengatakan, ihwal dihelatnya festival ini adalah untuk merayakan seni cetak sebagai media yang ampuh dalam merefleksikan gerakan sosial dan budaya. Momen tersebut bermula setelah mereka mengumpulkan arsip terkait peran seni cetak grafis sejak sebelum kemerdekaan.
Arkian, setelah setahun melakukan riset, senarai arsip tersebut dikumpulkan dan direspon dalam pameran tersebut. Puluhan seniman, baik individu dan kolektif turut meramaikan acara tersebut, seperti Tisna Sanjaya, Irwan Ahmet, FX Harsono, Amin Taasha, Mumtaz Khan Chopan, dan masih banyak lagi.
"Festival ini bertema trilogia, yang kami bayangkan berlangsung selama tiga putaran. Selain itu pesta ini juga dibagi menjadi 4 agenda utama yakni pameran, simposium, program publik, dan program kolaborasi dalam tajuk Watak," katanya.
Sementara itu, Arif Hidayat, seniman Grafis dan anggota Komunitas SeniNGrafis yang menjadi pemateri mengatakan, seni grafis merupakan salah satu metode seni paling tua di dunia. Salah satunya terefleksi dalam lukisan-lukisan gua yang banyak ditemukan di berbagai situs di Tanah Air.
Menariknya, meski terbilang tua dan sederhana, seni grafis mampu diadopsi dan beradaptasi dalam kemajuan teknologi. Kendati ada banyak seni cetak grafis, pada dasarnya komponen utama dari metode ini adalah adanya media acuan cetak dan media cetak yang nantinya akan menjadi karya utama dari kesenian ini.
"Seni cetak grafis ini sangat dinamis, tak heran jika dia tetap bisa eksis sejak dicetak di dinding gua, surat kabar, produk fesyen, dan produk-produk lain dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Berlangsung lebih dari 3 jam, para peserta yang mengikuti lokakarya ini juga cukup antusias. Tabitha, seorang pegawai swasta sekaligus anggota IHS mengaku cukup senang selama workshop berlangsung. Meski awalnya cukup rumit, tapi penikmat seni asal Jakarta Pusat itu seperti mendapat teraupetik dari kegiatan tersebut.
"Lokakarya ini cukup menyenangkan ya, aku jadi teringat nirmana atau ilmu yang mempelajari tentang penyusunan elemen-elemen visual, jadi semacam recall saja terhadap berbagai hal yang sempat aku pelajari dahulu," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.