Cek 4 Strategi Cermat Mengelola Pengeluaran di Tengah Rencana Kenaikan PPN 12 Persen
24 November 2024 |
12:34 WIB
Rencana pemerintah terkait kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai meresahkan berbagai lapisan masyarakat, tak terkecuali kalangan kelas menengah. Dengan kenaikan PPN dari 11 menjadi 12 persen, ragam sektor ikut terdampak termasuk gaya hidup.
Terlepas dari pro kontra terkait kebijakan ini, Perencana Keuangan Ruisa Khoiriyah menjelaskan rencana kebijakan ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali melihat dan menata alokasi keuangan, terutama untuk alokasi terkait gaya hidup.
Mengatur ulang alokasi, dinilai Ruisa penting agar masyarakat dapat menyesuaikan pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang berlaku berbeda bagi tiap-tiap individu. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola pengeluaran di tengah kenaikan harga hingga rencana pajak.
Baca juga: Tarif PPN Naik Jadi 12% Mulai Januari 2025, Ini Dampaknya pada Pengeluaran Gaya Hidup
Menurut Ruisa, langkah pertama yang bisa dilakukan oleh tiap individu adalah menata pengeluaran dengan lebih cermat. "Pengeluaran itu bisa dibagi menjadi beberapa kategori, ada pengeluaran yang wajib atau mandatori, ada pengeluaran kebutuhan pokok, dan ada pengeluaran yang lebih bersifat gaya hidup," katanya.
Pengeluaran wajib mencakup cicilan utang, premi asuransi, biaya pendidikan anak, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang harus dibayar setiap bulan. Sementara pengeluaran kebutuhan pokok adalah belanja untuk makanan dan minuman, utilitas seperti listrik, air, dan telepon.
Namun, yang perlu mendapat perhatian lebih dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu adalah pengeluaran terkait gaya hidup. "Kita harus menata lagi pengeluaran gaya hidup kita. Mana yang benar-benar prioritas dan mana yang bisa ditunda atau dikurangi," ujar Ruisa.
Oleh karena itu, Ruisa menyarankan agar selama pendapatan belum meningkat secara signifikan, maka perlu lebih bijak dalam mengelola pengeluaran.
Masyarakat dapat memprioritaskan pengeluaran yang sifatnya wajib dan kebutuhan pokok dulu. Sementara untuk gaya hidup, seperti belanja barang baru, liburan, atau membeli gadget, sebaiknya ditunda dulu sampai kondisi ekonomi membaik. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjebak dalam pembelian barang atau layanan yang sebenarnya tidak mendesak.
"Misalnya, apakah kita benar-benar membutuhkan langganan tiga layanan streaming? Atau apakah jalan-jalan saat ini lebih penting dibandingkan dengan menabung untuk kebutuhan mendatang?" tambah Ruisa.
Misalnya, dalam hal langganan hiburan, ada baiknya untuk mengevaluasi apakah langganan beberapa platform streaming masih sesuai dengan frekuensi penggunaannya.
Beberapa tip yang dapat membantu menghemat pengeluaran gaya hidup antara lain adalah memanfaatkan reward points atau program diskon yang sering kali diberikan oleh penyedia layanan. Manfaatkan hal-hal seperti ini dinilai Ruisa dapat dilakukan untuk menghemat biaya langganan atau pembelian.
Selain itu, untuk layanan seperti ojek online atau pengiriman barang, jika sering menggunakannya, mungkin lebih bijak untuk memilih paket langganan. "Beberapa layanan ojek online menawarkan langganan yang memberikan lebih banyak keuntungan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan membayar per transaksi," katanya.
"Kenaikan PPN dan potensi kenaikan harga barang lainnya jelas akan memengaruhi daya beli kita. Namun, yang penting adalah bagaimana kita menyesuaikan gaya hidup dan pengeluaran kita agar tetap sehat secara finansial," ungkapnya.
Selama pendapatan masih belum ada peningkatan yang signifikan, pengelolaan anggaran yang ketat dan disiplin dalam menabung adalah kunci untuk menghadapinya.
Ruisa menyarankan untuk selalu menyiapkan bujet yang jelas dan memastikan setiap pengeluaran selalu sesuai dengan prioritas keuangan. Hindari pengeluaran gaya hidup yang tidak perlu mengganggu kebutuhan mendasar yang lebih penting.
Baca juga: Trending Tagar Tolak PPN 12%, Desain Latar Biru Kembali Beredar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Terlepas dari pro kontra terkait kebijakan ini, Perencana Keuangan Ruisa Khoiriyah menjelaskan rencana kebijakan ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali melihat dan menata alokasi keuangan, terutama untuk alokasi terkait gaya hidup.
Mengatur ulang alokasi, dinilai Ruisa penting agar masyarakat dapat menyesuaikan pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang berlaku berbeda bagi tiap-tiap individu. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola pengeluaran di tengah kenaikan harga hingga rencana pajak.
Baca juga: Tarif PPN Naik Jadi 12% Mulai Januari 2025, Ini Dampaknya pada Pengeluaran Gaya Hidup
1. Membagi kategori pengeluaran
Menurut Ruisa, langkah pertama yang bisa dilakukan oleh tiap individu adalah menata pengeluaran dengan lebih cermat. "Pengeluaran itu bisa dibagi menjadi beberapa kategori, ada pengeluaran yang wajib atau mandatori, ada pengeluaran kebutuhan pokok, dan ada pengeluaran yang lebih bersifat gaya hidup," katanya. Pengeluaran wajib mencakup cicilan utang, premi asuransi, biaya pendidikan anak, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang harus dibayar setiap bulan. Sementara pengeluaran kebutuhan pokok adalah belanja untuk makanan dan minuman, utilitas seperti listrik, air, dan telepon.
Namun, yang perlu mendapat perhatian lebih dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu adalah pengeluaran terkait gaya hidup. "Kita harus menata lagi pengeluaran gaya hidup kita. Mana yang benar-benar prioritas dan mana yang bisa ditunda atau dikurangi," ujar Ruisa.
2. Prioritaskan kebutuhan & tunda pengeluaran gaya hidup
Berkaca pada pengalaman saat tarif PPN naik dari 10% ke 11% pada 2022, Ruisa mengingatkan bahwa dampaknya cukup signifikan. "Pada saat itu kita juga mengalami kenaikan BBM, yang kemudian memicu inflasi. Dampaknya pada daya beli masyarakat cukup besar, dan sampai hari ini, konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih," tambahnya.Oleh karena itu, Ruisa menyarankan agar selama pendapatan belum meningkat secara signifikan, maka perlu lebih bijak dalam mengelola pengeluaran.
Masyarakat dapat memprioritaskan pengeluaran yang sifatnya wajib dan kebutuhan pokok dulu. Sementara untuk gaya hidup, seperti belanja barang baru, liburan, atau membeli gadget, sebaiknya ditunda dulu sampai kondisi ekonomi membaik. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjebak dalam pembelian barang atau layanan yang sebenarnya tidak mendesak.
"Misalnya, apakah kita benar-benar membutuhkan langganan tiga layanan streaming? Atau apakah jalan-jalan saat ini lebih penting dibandingkan dengan menabung untuk kebutuhan mendatang?" tambah Ruisa.
3. Lebih cermat mengeluarkan uang
Selain menunda atau mengurangi pengeluaran gaya hidup, Ruisa juga menekankan pentingnya kebijakan anggaran yang jelas dan tegas. Sebaiknya masyarakat perlu menetapkan batasan anggaran yang ketat untuk pengeluaran yang sifatnya non-mandatori.Misalnya, dalam hal langganan hiburan, ada baiknya untuk mengevaluasi apakah langganan beberapa platform streaming masih sesuai dengan frekuensi penggunaannya.
Beberapa tip yang dapat membantu menghemat pengeluaran gaya hidup antara lain adalah memanfaatkan reward points atau program diskon yang sering kali diberikan oleh penyedia layanan. Manfaatkan hal-hal seperti ini dinilai Ruisa dapat dilakukan untuk menghemat biaya langganan atau pembelian.
Selain itu, untuk layanan seperti ojek online atau pengiriman barang, jika sering menggunakannya, mungkin lebih bijak untuk memilih paket langganan. "Beberapa layanan ojek online menawarkan langganan yang memberikan lebih banyak keuntungan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan membayar per transaksi," katanya.
4. Sabar & bijak menghadapi ketidakpastian ekonomi
Ruisa juga mengingatkan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi, masyarakat harus bersabar dan bijak dalam mengambil keputusan keuangan."Kenaikan PPN dan potensi kenaikan harga barang lainnya jelas akan memengaruhi daya beli kita. Namun, yang penting adalah bagaimana kita menyesuaikan gaya hidup dan pengeluaran kita agar tetap sehat secara finansial," ungkapnya.
Selama pendapatan masih belum ada peningkatan yang signifikan, pengelolaan anggaran yang ketat dan disiplin dalam menabung adalah kunci untuk menghadapinya.
Ruisa menyarankan untuk selalu menyiapkan bujet yang jelas dan memastikan setiap pengeluaran selalu sesuai dengan prioritas keuangan. Hindari pengeluaran gaya hidup yang tidak perlu mengganggu kebutuhan mendasar yang lebih penting.
Baca juga: Trending Tagar Tolak PPN 12%, Desain Latar Biru Kembali Beredar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.