Mengenal Desain Rumah A-Frame, Cek Kelebihan & Kekurangannya
29 November 2024 |
14:00 WIB
Disadari atau tidak, sebagian dari Genhype pasti pernah melihat A-Frame House, bangunan rumah yang desainnya berbentuk huruf A atau segitiga. Rumah-rumah dengan gaya desain seperti ini biasanya banyak ditemukan di daerah-daerah wisata, yang dijadikan sebagai tempat penginapan untuk para pelancong.
Belakangan, rumah A-Frame kembali populer seiring dengan masifnya minat untuk membangun rumah mungil atau minimalis. Dikutip dari Gira, A-Frame House adalah bentuk bangunan rumah yang atap pelananya hampir menjorok ke tanah. Seperti namanya, rumah ini hanya terdiri dari atap pelana. Dua sisi depannya membentuk desain pelana segitiga yang khas.
Struktur bangunan rumah rangka A terdiri dari dua balok bersudut yang menyatu di bagian atas, dan ditopang secara horizontal di bagian tengah untuk membentuk huruf A. Hal ini merupakan solusi ekonomis dan memungkinkan adanya banyak variasi arsitektur dalam rumah rangka A.
Pada bagian fasadnya, biasanya ditemukan jendela di ujung atap pelana. Namun, untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan rumah, dibuat jendela dari lantai hingga ke atap hunian. Hal ini juga bisa membuat pemandangan sekitar rumah dapat terlihat dari dalam hunian.
Baca juga: Origami House, Rumah Karya Arsitek Indonesia Raih Penghargaan di Eropa
Bangunan rangka A muncul sebagai sarana untuk menutup ruang tinggi guna memelihara ulat sutra, dengan tempat kerja dan ruang tinggal komunal di sepanjang tepinya.
Selain itu, atap yang bergaya curam menyerupai pose dua tangan yang sedang berdoa, yang karenanya dinamakan gassho, berarti gerakan tangan simbolis dengan menempelkan telapak tangan dan membungkuk.
Rumah rangka A pertama di bangun di Amerika Serikat oleh arsitek Austria Rudolf Schindler pada 1934. Masifnya pembangunan rumah rangka A dipicu oleh rumah di Lake Arrowhead, California, yang dipesan oleh Gisela Bennati setelah Perang Dunia II.
Arsitek seperti Henrik Bull, yang membangun kabin berbentuk A di Stowe, Vermont, pada 1953, dan Andrew Geller yang membangun rumah pantai berbentuk A di Long Island, New York, tahun 1955, turut menyebarkan tren tersebut melalui desain rumah liburan mereka.
Salah satu ketertarikan pada bentuk rumah ini lantaran biaya pembangunannya yang murah. "Tidak ada pondasi atau hanya sedikit, jadi tidak perlu membayar beton sehingga biayanya bisa turun drastis. Gaya ini menarik bagi orang-orang yang ingin membangun di danau, di pantai, di pegunungan, dan dengan anggaran terbatas," kata Arsitek Todd Mather.
Dengan denah lantai terbuka, penggunaan kayu lapis, dan ujung atap pelana yang dilapisi kaca, desain Schindler dianggap 20 tahun lebih maju dari zamannya. Seiring waktu, banyak arsitek muda di California Utara yang terus mengembangkan tipe bangunan segitiga ini.
Mereka merancang model dengan dinding atap pelana tertutup atau terbuka, menambahkan atap pelana atau jendela atap, hingga menggabungkan rangka rangka A klasik untuk menciptakan varian atap pelana silang atau berbentuk T.
"Arsitektur segitiga, dengan balok lantai dan kasau atapnya, adalah bentuk paling kuat dari semua struktur, mirip dengan dasar segitiga jembatan dan rangka, yang berarti pemilik rumah rangka A hanya perlu membayar lebih sedikit perbaikan di masa mendatang," kata Todd.
Selain itu, rumah rangka A juga ideal untuk dibangun di daerah beriklim dingin. Atapnya yang berlereng curam mencegah salju terkumpul, dan sebaliknya akan mudah meluncur ke tanah. Keuntungan-keuntungan lainnya meliputi:
Pemilik rumah cenderung tidak dapat meletakkan banyak furnitur, sehingga akan ada area-area yang kurang bisa dimanfaatkan. Hal ini dapat menyebabkan interior terasa sempit, lantaran semua penempatannya terpusat di tengah ruangan.
Penyimpanan juga menjadi tantangan, yang membuat pemilik hunian harus kreatif dalam menyediakan ruang untuk menyimpan barang-barang dengan memanfaatkan beberapa sudut rumah yang sempit.
Selain itu, lantaran rangka rumah A terbuka, sehingga tidak adanya rongga atap, seringkali membuat hunian tidak cukup isolasi untuk mengatur suhu ekstrem yang berarti bisa sangat dingin dan terlalu panas. Sebagai solusi, disarankan untuk menempatkan sistem pendingin di lantai atas ketika musim panas, sehingga udara turun secara alami.
Baca juga: Hypereport: Tren Arsitektur & Desain Interior 2025, Gaya Personal Tiap Generasi Jadi Kunci
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Belakangan, rumah A-Frame kembali populer seiring dengan masifnya minat untuk membangun rumah mungil atau minimalis. Dikutip dari Gira, A-Frame House adalah bentuk bangunan rumah yang atap pelananya hampir menjorok ke tanah. Seperti namanya, rumah ini hanya terdiri dari atap pelana. Dua sisi depannya membentuk desain pelana segitiga yang khas.
Struktur bangunan rumah rangka A terdiri dari dua balok bersudut yang menyatu di bagian atas, dan ditopang secara horizontal di bagian tengah untuk membentuk huruf A. Hal ini merupakan solusi ekonomis dan memungkinkan adanya banyak variasi arsitektur dalam rumah rangka A.
Pada bagian fasadnya, biasanya ditemukan jendela di ujung atap pelana. Namun, untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan rumah, dibuat jendela dari lantai hingga ke atap hunian. Hal ini juga bisa membuat pemandangan sekitar rumah dapat terlihat dari dalam hunian.
Baca juga: Origami House, Rumah Karya Arsitek Indonesia Raih Penghargaan di Eropa
A-Frame House. (Sumber gambar: Clay Banks/Unsplash)
Sejarah A-Frame House
Mengutip Architectural Digest, bangunan rangka A telah dibangun di berbagai negara selama berabad-abad. Bangunan bergaya ini telah dibangun di Jepang pada masa kerajaan Edo (1603-1868), sebagai tipologi rumah pertanian Gassho.Bangunan rangka A muncul sebagai sarana untuk menutup ruang tinggi guna memelihara ulat sutra, dengan tempat kerja dan ruang tinggal komunal di sepanjang tepinya.
Selain itu, atap yang bergaya curam menyerupai pose dua tangan yang sedang berdoa, yang karenanya dinamakan gassho, berarti gerakan tangan simbolis dengan menempelkan telapak tangan dan membungkuk.
Rumah rangka A pertama di bangun di Amerika Serikat oleh arsitek Austria Rudolf Schindler pada 1934. Masifnya pembangunan rumah rangka A dipicu oleh rumah di Lake Arrowhead, California, yang dipesan oleh Gisela Bennati setelah Perang Dunia II.
Arsitek seperti Henrik Bull, yang membangun kabin berbentuk A di Stowe, Vermont, pada 1953, dan Andrew Geller yang membangun rumah pantai berbentuk A di Long Island, New York, tahun 1955, turut menyebarkan tren tersebut melalui desain rumah liburan mereka.
Salah satu ketertarikan pada bentuk rumah ini lantaran biaya pembangunannya yang murah. "Tidak ada pondasi atau hanya sedikit, jadi tidak perlu membayar beton sehingga biayanya bisa turun drastis. Gaya ini menarik bagi orang-orang yang ingin membangun di danau, di pantai, di pegunungan, dan dengan anggaran terbatas," kata Arsitek Todd Mather.
Dengan denah lantai terbuka, penggunaan kayu lapis, dan ujung atap pelana yang dilapisi kaca, desain Schindler dianggap 20 tahun lebih maju dari zamannya. Seiring waktu, banyak arsitek muda di California Utara yang terus mengembangkan tipe bangunan segitiga ini.
Mereka merancang model dengan dinding atap pelana tertutup atau terbuka, menambahkan atap pelana atau jendela atap, hingga menggabungkan rangka rangka A klasik untuk menciptakan varian atap pelana silang atau berbentuk T.
A-Frame House. (Sumber gambar: Clay Banks/Unsplash)
Kelebihan & Kekurangan A-Frame House
Salah satu kelebihan utama rumah rangka A adalah biaya pembangunannya yang murah, lantaran membutuhkan lebih sedikit material dan tenaga kerja dibandingkan gaya arsitektur lainnya. Rumah rangka A menawarkan keuntungan ekonomis karena menggabungkan atap dengan dinding, memaksimalkan luas persegi vertikal dalam tapak yang kompak."Arsitektur segitiga, dengan balok lantai dan kasau atapnya, adalah bentuk paling kuat dari semua struktur, mirip dengan dasar segitiga jembatan dan rangka, yang berarti pemilik rumah rangka A hanya perlu membayar lebih sedikit perbaikan di masa mendatang," kata Todd.
Selain itu, rumah rangka A juga ideal untuk dibangun di daerah beriklim dingin. Atapnya yang berlereng curam mencegah salju terkumpul, dan sebaliknya akan mudah meluncur ke tanah. Keuntungan-keuntungan lainnya meliputi:
- Struktur rumah rangka A merupakan pilihan gaya arsitektur yang timeless atau abadi, sekaligus menciptakan interior yang nyaman dengan dinding miring dan banyak ruang untuk sentuhan personal;
- Rumah rangka A yang biasanya dibuat dengan material kayu memiliki iklim dalam ruangan yang menyenangkan dan nilai insulasi yang baik. Bangunan rumah tidak menjadi terlalu panas di musim panas, dan kehangatan tetap berada di dalam selama musim dingin;
- Dua permukaan atap yang memanjang membuat rumah terkena radiasi matahari yang intens, sehingga mengurangi biaya pemanas di musim dingin;
- Area atap yang besar menyediakan ruang untuk panel surya;
- Jendela besar di ujung atap pelana tidak hanya menawarkan pemandangan panorama tetapi juga memungkinkan masuknya banyak cahaya alami. Jika jendela terintegrasi di kedua sisi depan, dapat mengalirkan udara ke seluruh rumah dari satu sisi ke sisi lainnya;
- Atap yang menjorok besar pada satu sisi menciptakan teras terpadu yang terlindungi dari hujan.
Pemilik rumah cenderung tidak dapat meletakkan banyak furnitur, sehingga akan ada area-area yang kurang bisa dimanfaatkan. Hal ini dapat menyebabkan interior terasa sempit, lantaran semua penempatannya terpusat di tengah ruangan.
Penyimpanan juga menjadi tantangan, yang membuat pemilik hunian harus kreatif dalam menyediakan ruang untuk menyimpan barang-barang dengan memanfaatkan beberapa sudut rumah yang sempit.
Selain itu, lantaran rangka rumah A terbuka, sehingga tidak adanya rongga atap, seringkali membuat hunian tidak cukup isolasi untuk mengatur suhu ekstrem yang berarti bisa sangat dingin dan terlalu panas. Sebagai solusi, disarankan untuk menempatkan sistem pendingin di lantai atas ketika musim panas, sehingga udara turun secara alami.
Baca juga: Hypereport: Tren Arsitektur & Desain Interior 2025, Gaya Personal Tiap Generasi Jadi Kunci
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.