Kurator dan peneliti Jogja Festival Studies Center Alia Swastika pada konferensi pers Srawung Festival 2021. (Dok. Tangkapan Layar Zoom)

Kolaborasi Jadi Kunci Ketahanan Pelaksanaan Festival

25 August 2021   |   21:30 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Sedikit banyak pandemi telah menempa kemampuan pelaksanaan festival untuk beradaptasi sekarang sudah menjadi sangat fleksibel. Di Indonesia saja, untuk tetap bertahan pelaksana festival mengubah konsepnya menjadi hybrid (offline & online) agar agenda terus berjalan.

Hal ini dilakukan karena menjaga kontinuitas adalah strategi pertahanan bagi festival untuk tetap eksis.

Head of Arts and Creative Industries British Council Indonesia Camelia Harahap mengutarakan untuk kegiatan festival tetap berlangsung secara berkelanjutan, penting untuk menjaga relasi dan menginisiasi kolaborasi tidak hanya di tingkat internasional.

"Harus ada kerjasama antara komunitas lokal untuk bangkit bersama karena banyak dari penyelenggara festival yang berhasil bertahan hingga sekarang berkat kolaborasi. Ini juga bentuk dukungan untuk pelaku festival lainnya," katanya.

 

Head of Arts and Creative Industries British Council Indonesia Camelia Harahap. (Dok. Tangkapan layar Zoom)

Head of Arts and Creative Industries British Council Indonesia Camelia Harahap. (Dok. Tangkapan layar Zoom)


Di sisi lain, Direktur ARTJOG Heri Pemad mengutarakan bahwa pelaksanaan festival di tengah pandemi penting dilakukan untuk melihat kondisi riil dan belajar dari pengalaman sehingga lebih siap ketika harus menyusun strategi festival di masa depan.

"Belajar dari ARTJOG, festival sekarang ini sudah tidak perlu lagi crowd yang ramai, tapi bagaimana kita menyelenggarakan acara dengan nyaman apalagi ARTJOG juga sarana edukasi. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari pelaksanaan festival di masa pandemi," ujarnya.

Riset yang dilakukan oleh Jogja Festivals, Festival Sebagai Katalisator Kreatif Ekonomi menunjukkan bahwa setelah tahun 1998, dengan adanya otonomi daerah, pelaksanaan festival di daerah indonesia yang sedikit tertutup makin banyak dilaksanakan.

"Mereka bisa melakukan ini dengan memperluas skala kegiatan masyarakat atau tradisi budaya dan ada banyak sekali inovasi bentuk dan kolaborasi berkat pelaksanaan festival," ujar peneliti Jogja Festivals Studies Center, Alia Swastika.

Sebagian pelaksanaan festival sekarang tumbuh dari kegiatan organik yang seiring waktu tumbuh menjadi lebih besar dan pelaksana kadang memiliki kemampuan terbatas.

Dalam risetnya, Jogja Festivals juga mengungkap hal apa saja yang dibutuhkan pelaksana festival setidaknya selama satu tahun terakhir serta persiapan untuk masa pasca pandemi nanti.

Antara lain pendampingan manajamen produksi yang lebih profesional, pengayaan dari segi branding dan klaim atas hak intelektual serta manajemen database.

Di masa seperti sekarang, memperkuat profesionalitas serta ekosistem festival menjadi hal penting. Langkah ini dapat dilakukan dengan memperkaya konten dan terutama memperluas jaringan.

Festival yang diadakan apa pun bentuk, latar belakang dan visi yang dibawa berjalan karena kebutuhan di kalangan komunitas sehingga dibutuhkan kontinutias agar terbentuk eksistensi yang solid.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ini Agenda Lengkap Jakarta Film Week

BERIKUTNYA

EVERGLOW Ajak Anak Berani Bermimpi dalam Lagu Promise

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: