Ilustrasi kegiatan sekolah (Sumber gambar: cottonbro studio/Pexels)

Sekolah Bisa Jadi Tempat Penularan Penyakit Infeksi Pada Anak, Moms Wajib Perhatikan Ini

24 November 2024   |   20:13 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Siapa sangka, sekolah yang menjadi tempat anak belajar rupanya bisa menjadi tempat penyebaran berbagai penyakit menular pada anak. Sebagai tempat yang vital bagi perkembangan dan pembelajaran anak-anak, orang tua harus memberi perhatian khusus pada lingkungan sekitar anak. Apalagi, sistem kekebalan tubuh anak yang belum terbentuk sempurna perlu mendapat perhatian khusus.

Perlu diketahui, penyakit infeksi rentan menyerang anak di tempat tak terduga. Berbagai faktor seperti jajanan tidak sehat, lingkungan yang kurang bersih, serta interaksi anak-anak yang rentan dengan teman sekelas yang sedang sakit dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI Irene Ratridewi menjelaskan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit di sekolah. PHBS mencakup kebiasaan cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, menghindari berbagi makanan atau minuman, serta mengatur ventilasi udara yang baik di ruang kelas.
 
Baca juga:  Mendorong Edukasi Kesehatan Preventif Melalui Layanan Vaksinasi

Orangtua dan guru juga memiliki peran besar dalam memantau kesehatan anak-anak dan memberikan edukasi mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan. Orangtua perlu memastikan anak-anaknya mendapatkan imunisasi yang lengkap dan tepat waktu, serta membiasakan mereka untuk menjaga kebersihan pribadi, seperti mencuci tangan setelah bermain atau sebelum makan.
 
Di sisi lain, Irene juga mengatakan pihak sekolah perlu memastikan fasilitas sekolah seperti toilet dan ruang kelas selalu dalam kondisi bersih dan nyaman. Penyuluhan kepada anak-anak mengenai bahaya penyakit menular serta cara pencegahannya, termasuk cara menghindari kontak langsung dengan teman yang sakit juga harus rutin dilakukan.
 
Lebih jauh, peran orang tua dalam menjaga kesehatan anak juga mencakup perhatian terhadap nutrisi yang baik, sanitasi, dan kebiasaan hidup sehat. Irene menegaskan, vitamin memang mampu menopang imunitas, tetapi tidak serta merta menyampingkan pentingnya nutrisi makro untuk kesehatan anak. "Vitamin itu memang dapat mendukung daya tahan tubuh, tapi tidak bisa menggantikan pentingnya nutrisi yang seimbang," ujarnya.
 
Memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi dan menjaga kebersihan lingkungan juga merupakan langkah preventif yang penting, utamanya saat menghadapi musim hujan yang erat kaitannya dengan penyebaran wabah penyakit. Irene menyebut, penyakit infeksi seperti Hepatitis A dan HFMD berisiko tinggi menular di lingkungan sekolah. 

Misalnya, penyakit HFMD atau Flu Singapura yang belakangan ramai menyerang anak. Tak hanya itu, Mumps atau gondongan juga menurut Irene mengalami peningkatan di Indonesia khususnya pada usia anak dan remaja. "Kasus gondongan bisa mencapai lebih dari 6.000, sementara HFMD sekitar 1.600," katanya. Dalam kasus yang fatal, gondongan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti orkitis perlu diwaspadai, terutama pada remaja laki-laki.
 
Musim hujan juga bisa membawa risiko penularan penyakit lain seperti demam berdarah (DBD), hepatitis A, dan leptospirosis. Sayangnya, infeksi virus pada anak-anak sering kali dianggap sebagai penyakit yang ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Nyatanya, beberapa penyakit virus tertentu dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius di kemudian hari, salah satunya adalah Guillain-Barre Syndrome (GPS).
 
GPS adalah gangguan saraf langka yang disebabkan oleh respons imun tubuh yang keliru menyerang sistem saraf tepi yang dapat mengakibatkan kelemahan otot hingga kelumpuhan. Irene menjelaskan, meskipun penyakit virus seperti Mumps, HFMD atau bahkan influenza sudah sembuh, GPS dapat muncul beberapa minggu setelah infeksi virus tersebut hilang.

"Mungkin penyakitnya sendiri sudah sembuh, tetapi GPS-nya baru timbul secara tidak  langsung, tapi bisa 1 minggu atau 2 minggu kemudian," kata Irene.
 
Virus-virus seperti Mumps, Influenza, dan HFMD memiliki potensi untuk menyebabkan komplikasi GPS, meskipun tidak semua orang yang terinfeksi akan mengalami hal ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kerentanan individu terhadap reaksi imun abnormal yang dapat disebabkan oleh kelainan genetik pada sistem saraf tepi. Reaksi imun yang berlebihan ini bisa mengarah pada kerusakan saraf yang cukup serius.
 
Gejala GPS dapat bervariasi mulai dari kelemahan otot ringan hingga kelumpuhan yang lebih parah. Pada kasus ringan, gejalanya mungkin hanya berupa lemas atau kesulitan berjalan, tetapi dalam kasus yang lebih berat, GPS dapat menyebabkan kelainan saraf permanen.

"GPS itu bisa sembuh sendiri, tapi ada juga yang  berkibat kelumpuhan atau kelainan saraf yang permanen akibat GPS," ungkapnya. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah infeksi virus yang dapat menyebabkan GPS sangat penting terutama dengan mengurangi paparan terhadap berbagai virus berbahaya.
 

Mencegah Lewat Vaksinasi

 

Ilustrasi vaksinasi anak (Sumber gambar: CDC/Pexels)

Ilustrasi vaksinasi anak (Sumber gambar: CDC/Pexels)


Salah satu langkah utama yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit infeksi adalah dengan memastikan anak-anak mendapatkan vaksinasi yang tepat. "Kalau virus itu ada imunisasinya, tidak ada salahnya kita melakukan atau mendapatkan vaksinasi," kata Irene.

Imunisasi merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi virus yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti GPS. "Jika anak tidak divaksin, semua anak berisiko terkena penyakit," tegas Irene.
 
Anak-anak dengan kondisi komorbid seperti gangguan imun atau penyakit kronis memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi berat saat terinfeksi virus. Kondisi ini makin parah apabila mereka tidak menerima vaksinasi yang diperlukan. Oleh karena itu, Irene menyarankan agar vaksinasi yang tertunda segera dikejar setelah masa pandemi untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
 
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, dengan vaksinasi, tubuh anak akan membangun kekebalan terhadap penyakit menular yang dapat berbahaya. Hal ini sangat penting untuk menciptakan kekebalan kelompok yang membantu melindungi anak-anak yang belum atau tidak dapat divaksinasi.
 
Misalnya, vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)  dapat mencegah infeksi gondongan yang berisiko menyebabkan GPS. Selain itu, vaksinasi juga penting untuk mencegah HFMD dan cacar air (Varicella) yang saat ini sedang meningkat di Indonesia.
 
Menurut Piprim, program imunisasi yang lengkap dan tepat waktu dapat menciptakan kekebalan kelompok yang melindungi mereka yang tidak dapat divaksinasi. Sebab, selain berpotensi mengalami masalah kesehatan yang berat, anak-anak yang terinfeksi penyakit menular juga bisa menyebarkan penyakit tersebut kepada  orang-orang disekitarnya.

"Anak-anak yang terinfeksi tidak hanya berisiko mengalami komplikasi kesehatan, tetapi juga dapat menularkan penyakit kepada teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Bahkan beberapa sekolah asrama harus menutup sekolah karena Kejadian Luar Biasa (KLB)," tambah Piprim.
 
Piprim mengingatkan bahwa pencegahan wabah penyakit di sekolah sangat bergantung pada upaya vaksinasi yang efektif. Program imunisasi yang kuat dan penyuluhan yang efektif kepada orangtua dan masyarakat akan membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat dan aman bagi anak-anak. 

Dengan meningkatkan cakupan vaksinasi dan kesadaran masyarakat, anak-anak dapat terlindungi dari penyakit menular.

Baca juga: Gadget dan Anak, Risiko Speech Delay hingga Hilangnya Empati

Editor: Puput Ady Sukarno
 

SEBELUMNYA

Garin Nugroho Umumkan Proyek Film Musikal Sejarah, Dibintangi Nicholas Saputra

BERIKUTNYA

Menilik Proses Syuting Aktris Sung Byung Sook di Film Cinta Tak Seindah Drama Korea

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: