Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi Anak
24 October 2021 |
18:27 WIB
Meskipun vaksinasi atau imuniasi pada anak sangat penting, bahkan menjadi agenda rutin yang wajib dilakukan orang tua untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,serta mencegah berbagai risiko penyakit menular pada bayi dan anak. Nyatanya, masih ada orang tua yang enggan melakukan imunisasi pada anaknya.
Hal ini tidak lepas dari berbagia mitos yang sering kali beredar luas di masyarakat yang kadang menimbulkan kecemasan para orang tua untuk memvaksin anak-anaknya.
Dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah Caessar Pronocitro menyebutkan ada sejumlah mitos dan fakta mengenai vaksinasi yang banyak beredar di masyarakat.
Kemungkinan, usia pemberian vaksin MMR (sekitar 1 tahun) bertepatan dengan usia di mana gejala-gejala autisme mulai tampak, sehingga seolah-olah berkaitan.
Vaksin PCV mencegah peradangan paru-paru (pneumonia) dan peradangan selaput otak (meningitis). Pneumonia adalah penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia. Vaksin rotavirus mencegah diare akibat rotavirus. Diare adalah penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia.
Sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak memengaruhi potensi vaksin. Namun, bila anak mendapatkan pengobatan yang bersifat menekan imunitas untuk jangka waktu lama maka dokter akan menunda pemberian vaksin.
Editor: Dika Irawan
Hal ini tidak lepas dari berbagia mitos yang sering kali beredar luas di masyarakat yang kadang menimbulkan kecemasan para orang tua untuk memvaksin anak-anaknya.
Dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah Caessar Pronocitro menyebutkan ada sejumlah mitos dan fakta mengenai vaksinasi yang banyak beredar di masyarakat.
1. Vaksinasi Sebabkan Autisme
Hoaks mengenai kaitan vaksin MMR dengan autisme bermula dari penelitian seorang dokter bedah bernama Wakefield dengan hanya 18 sampel pada 1998, dan sudah dibongkar sejak 2011. Berbagai penelitian lain yang lebih sahih dan melibatkan sampel jauh lebih besar membuktikan, tidak ada kaitan vaksin MMR dengan autisme.Kemungkinan, usia pemberian vaksin MMR (sekitar 1 tahun) bertepatan dengan usia di mana gejala-gejala autisme mulai tampak, sehingga seolah-olah berkaitan.
2. Vaksinasi Tidak Penting
Tiap-tiap vaksin mencegah penyakit yang berbeda. Sebagian vaksin sudah disubsidi oleh pemerintah, sehingga lebih dikenal, seperti Hepatitis B, BCG, polio, DPT kombo, dan campak. Namun, bukan berarti vaksin lain tidak penting.Vaksin PCV mencegah peradangan paru-paru (pneumonia) dan peradangan selaput otak (meningitis). Pneumonia adalah penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia. Vaksin rotavirus mencegah diare akibat rotavirus. Diare adalah penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia.
3. Anak Batuk, Pilek, atau Minum Obat Tak Boleh Divaksin
Kondisi batuk pilek ringan tanpa demam bukanlah kontraindikasi untuk vaksinasi. Dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan anak tidak berada dalam kondisi penyakit berat.Sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak memengaruhi potensi vaksin. Namun, bila anak mendapatkan pengobatan yang bersifat menekan imunitas untuk jangka waktu lama maka dokter akan menunda pemberian vaksin.
4. Vaksin Tidak Dapat Diberikan Jika Sudah Telat dari Jadwal
Vaksin tetap dapat disusulkan apabila terlambat, karena anak belum memiliki kekebalan dari vaksin tersebut. Pemberian vaksin yang sifatnya serial tidak perlu mengulang dari awal apabila ada yang terlambat.Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.