Ilustrasi diet (Sumber gambar: Cats Coming/Pexels)

Sering Disalahartikan, Ini Kata Ahli Gizi Soal Konsep Diet & Pola Makan Berkelanjutan

23 November 2024   |   09:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Saat ini, berbagai jenis diet populer banyak dicoba oleh banyak orang. Ada yang mengatur pola makan berdasarkan waktu tertentu, ada pula yang mengutamakan konsumsi sayuran dan buah-buahan tanpa daging, serta ada yang lebih fokus pada pembatasan asupan lemak atau fleksibilitas dalam komposisi nutrisi. Lantas, diet mana yang sebenarnya terbaik?

Ketua Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI) Khoirul Anwar menegaskan, memang diet menjadi salah satu cara dari penurunan berat badan. Namun apabila melihat garis besarnya, penting untuk meluruskan pemahaman tentang diet yang menurutnya kian salah kaprah.

“Banyak orang berpikir diet hanya soal menurunkan berat badan. Padahal, diet itu lebih kepada pengaturan pola makan. Secara ilmiah, pola makan yang baik adalah yang menerapkan prinsip gizi seimbang," ungkap Khoirul.

Baca juga: Cara Menerapkan Metode Diet 30-30-30 yang Viral di TikTok

Oleh karena itu, sah saja menganggap diet sebagai salah satu metode untuk menurunkan berat badan. Namun Khoirul kembali mengingatkan bahwa arti sebenarnya dari diet adalah metode untuk membuat pola makan yang sehat dan berkelanjutan atau dapat diterapkan sehari-hari.

Khoirul menyebut, kini generasi Z tampak memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan dan keberlanjutan. Mereka lebih memilih makanan yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Namun sayangnya, kesadaran mereka belum selaras dengan praktiknya.

“Namun, meski mereka lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat, implementasinya masih belum sepenuhnya konsisten. Mereka lebih memilih makanan yang berdampak positif bagi lingkungan, tetapi dalam praktiknya, beberapa orang masih belum sepenuhnya melakukannya,” kata Khoirul.

Konsep berkelanjutan ini merupakan bagian dari pola makan dengan penuh kesadaran atau mindfull eating. Khoirul mengingatkan pentingnya memaksimalkan konsumsi makanan sehat agar tidak terbuang sia-sia. Meskipun seseorang sudah memilih makanan sehat, tetapi jika konsumsi gizinya tidak optimal, maka akan menjadi pemborosan.

"Contohnya, jika porsi protein yang ada di piring sudah sesuai dengan kebutuhan, tetapi hanya setengahnya yang dimakan, akhirnya sisa makanan tersebut menjadi limbah. Padahal, zat gizi yang ada dalam makanan tersebut sebenarnya masih berguna jika dikonsumsi dengan tepat,” jelas Khoirul.

Oleh karena itu, penting untuk memikirkan tidak hanya pilihan makanan yang sehat dan ramah lingkungan, tetapi juga cara kita mengonsumsinya dengan bijak agar manfaat gizinya bisa dimaksimalkan dan mengurangi pemborosan makanan.

CEO dan Co-founder Eathink Jaqualine Wijaya menjelaskan, panduan makan sehat dan berkelanjutan dapat dipedomani dengan prinsip seimbang, lokal, alami, beragam, dan sadar. 

“Seimbang dalam hal komposisi gizi, menggunakan bahan pangan lokal, mengurangi bahan kimia dalam makanan, mengedepankan keragaman bahan makanan, serta menerapkan mindful eating,” ujar Jaqualine.

Banyak orang mengasosiasikan makanan sehat dengan pantangan tertentu. Hal ini seringkali menimbulkan anggapan bahwa makanan sehat itu sulit atau tidak enak. Padahal, menurut Jaqualine, konsep ini tidak perlu sulit untuk diterapkan. Pola makan sehat dan ramah lingkungan bisa dilakukan dengan cara yang praktis dan tidak harus mahal.

Seringkali, makanan sehat hanya dikaitkan dengan sayur yang dianggap tidak enak. Persepsi tentang makanan sehat bisa berbeda-beda pada setiap orang tergantung pada pengalaman dan pengetahuan mereka.

Baca juga: Simak Saran Ahli Gizi Untuk Adopsi Diet sebagai Gaya Hidup

Survei Eathink terkait gaya hidup berkelanjutan mengenai pilihan makanan yang lebih sehat di kalangan anak muda menunjukkan bahwa sistem menjadi biang utama yang membuat manusia sulit berpegang pada pola makan sehat.

“Masalah utama terletak pada sistem. Ketika mencoba mengubah kebiasaan makan, ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti preferensi pribadi, lingkungan, dan pola hidup keluarga. Misalnya, di rumah ada orang yang lebih suka makanan tidak sehat seperti gorengan yang bisa mempengaruhi pilihan makanan orang lain,” jelas Jaqualine.

Jadi, diet dapat dilihat sebagai kesatuan komitmen antara memilih makanan yang sehat dan menjelakannya secara konsisten dan berkelanjutan.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Mantap, Indonesia Raih Gelar Juara Umum di IESF World Esports Championships 2024

BERIKUTNYA

Cek Daftar Berjalan Penyabet Nominasi Ajang MAMA Awards 2024 Day 1-2

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: