Pengunjung membaca linimasa Kehidupan sastrawan AA Navis dalam pameran 100 Tahun AA Navis di Perpistakaan Nasional Jakarta pada Kamis (20/11/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Merefleksikan Pemikiran Sastrawan Kritis Era Kiwari di Pameran 100 Tahun AA Navis

20 November 2024   |   15:21 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Suara lelaki dengan selempang bertuliskan 'Duta Bahasa Indonesia 2023' nyaring terdengar di lantai 4 Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Rabu, (20/11/2024). Dengan pelantang suara, dia berusaha menarik perhatian untuk datang ke tempatnya berdiri, hingga akhirnya dihardik seorang lelaki paruh baya.

Menurut si lelaki tua, anak muda itu tak perlu berteriak-teriak karena mengganggu publik di perpustakaan. Alih-alih meracau, dia meminta si anak muda untuk mewartakan berita tersebut di pintu depan Perpusnas sembari mengabarkan, kegiatan apa yang ingin dibagi ke publik lewat aksinya tersebut. 

Baca juga: Peraih Nobel Sastra 2024 Han Kang Tolak Adakan Konferensi Pers di Tengah Kecamuk Perang

Adegan lucu itu terjadi di ruang depan pameran 100 Tahun AA Navis, yang berlangsung hingga 28 November 2024. Lelaki paruh baya itu, sebetulnya ingin mengikuti diskusi untuk mengenang sang sastrawan yang digelar dalam rangkaian acara tersebut. Namun, dia kecele karena diskusinya baru berlangsung esok hari.

Minggu ini, 100 tahun silam, tepatnya pada 17 November 1924, Ali Akbar Navis (AA Navis, 1924-2003), lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat. Kendati dikenal sebagai sastrawan yang telat menulis, AA Navis memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keberlangsungan sastra Indonesia pada masanya.
 

ahah

 Arsip foto sastrawan AA Navis dalam pameran 100 Tahun AA Navis di Perpistakaan Nasional Jakarta pada Kamis (20/11/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
 

Karya-karyanya didominasi oleh novel dan cerita pendek, yang masih relevan dengan situasi hari ini. Kehidupan sosial dan sikap beragama kerap menjadi sasaran kritik AA Navis. Salah satunya terefleksi dalam cerpen bertajuk Robohnya Surau Kami, yang pertama kali terbit pada 1955.

Secara umum, cerpen ini mengisahkan seorang penjaga surau (garin) yang mati bunuh diri setelah mendengar cerita Ajo Sidi, seorang tukang bual, mengenai Haji Saleh. Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh tetap dimasukkan ke neraka, meski selama hidup dia rajin beribadah. 

"Pelajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karya AA Navis senantiasa relevan untuk membantu kita merefleksikan berbagai isu-isu kontemporer. Peringatan ini juga untuk merayakan kembali sumbangsih karya-karyanya yang mendunia," kata kurator Dhianita Kusuma Pertiwi.

Dhianita mengatakan, lewat karya-karyanya, AA Navis tidak hanya mengajak pembaca melihat kehidupan yang lebih kritis, akan tetapi mengingatkan mereka bahwa pena lebih tajam dari pedang. Kepiawaian AA Navis dalam narasi satirisme juga membuatnya dikenal sebagai pencemooh nomor wahid di Tanah Air.

Refleksi tersebut, salah satunya tertuang dalam esainya berjudul Pakaian Tidak Selalu Menunjukkan Siapa Dia; Kisah Perjalanan Pemenang Kincir Emas. Dalam esai ini, dengan satir AA Navis menuliskan bahwa dirinya sebagai bangsa dunia ketiga, saat mengunjungi Belanda, kamarnya dibersihkan oleh orang kulit putih.

"Tak pernah masuk ke dalam khayal saya, bahwa seorang nona Belanda akan menjadi tukang benah kamar tidur saya. Lebih-lebih, kalau saya ingat pada masa dahulu nona-nona Belanda itu tak mungkin didekati oleh seorang Melayu totok seperti saya, yang pernah punya perasaan sebagai anak jajahan," tulisnya.


100 Tahun AA Navis Dirayakan UNESCO 

Peringatan 100 Tahun AA Navis juga diadakan di UNESCO, Perancis pada 13-14 November 2024. Acara ini merupakan upaya untuk memperkenalkan gagasan-gagasan sastrawan asal Sumatera Barat itu ke ranah global, serta mengapresiasi karyanya pada perkembangan sastra Indonesia termutakhir.

Hasil Sidang Umum UNESCO ke-42 pada November 2023 menetapkan peringatan 100 tahun kelahiran AA Navis sebagai perayaan internasional. Momen ini tak lepas atas kontribusi AA Navis sebagai seorang sastrawan yang membahas isu-isu sosial dalam karya-karyanya yang tetap relevan hingga hari ini.

"Karya-karya sastra AA Navis dapat dibaca oleh pembaca di semua negara dan semua bangsa karena melihat kehidupan secara menyeluruh. Misalnya melalui cerpen Kemarau (1967) yang sudah membahas isu yang hangat akhir-akhir ini, yaitu perubahan iklim,"kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah.

Pameran 100 Tahun AA Navis digelar untuk mengenal kembali, dan mengapresiasi sosok serta karya-karyanya agar diminati generasi muda di Tanah Air. Peringatan satu abad kelahirannya juga digelar oleh sejumlah Balai Bahasa yang bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah di seluruh Indonesia.
 

Sejumlah karya AA Navis dalam

Sejumlah karya AA Navis dalam  dalam pameran 100 Tahun AA Navis di Perpistakaan Nasional Jakarta pada Kamis (20/11/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Tokoh Sastra Indonesia

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Ganjar Harimansyah, mengatakan  pemilihan AA Navis sebagai tokoh besar sastra nasional yang diperingati hari lahirnya merupakan apresiasi bahwa karya sastra bukan sekadar bacaan, tetapi juga simbol yang dapat memperkaya pengetahuan dan menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis.

Ganjar menyebut bahwa karya-karya AA Navis juga menjadi semiotika kondisi sosial masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan. Menurutnya, banyak dari karya AA Navis yang telah mendapatkan penghargaan dalam skala nasional maupun internasional. 

Baca juga: Pameran Arsip Wajah Tak Bernama, Perayaan Karya 100 Tahun Sastrawan Sitor Situmorang

“Dalam konteks pendidikan, karya AA Navis dapat menjadi sumber bahan ajar untuk peserta didik di sekolah. Bahkan, dalam beberapa karyanya terdapat pembelajaran sosiologis yang juga dapat dipelajari oleh peserta didik di SMA,” kata Ganjar dalam siaran tertulis.
 
Pameran Nasional Peringatan 100 Tahun AA Navis berlangsung mulai dari 17 sampai dengan 28 November 2024, di Gedung Perpusnas lantai 4. Selain menggelar pameran, gelaran ini juga menghadirkan seminar nasional pada 28 November 2024 sekaligus menutup berlangsungnya pameran.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Sejarah dan Ucapan Merayakan Hari Anak Sedunia, Diperingati Tiap 20 November

BERIKUTNYA

Cek First Look Film 1 Imam 2 Makmum, Adu Peran Fedi Nuril & Amanda Manopo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: