Gambaran kucing liar. (Sumber gambar: Nathalia Jolie/Unsplash)

Strategi YPLI Tekan Populasi & Jaga Kesehatan Kucing Liar

18 November 2024   |   10:32 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kucing menjadi hewan yang paling digemari masyarakat Indonesia. Banyak yang menjadikan anak berbulu (anabul) ini sebagai peliharaan, tetapi tidak sedikit pula hewan menggemaskan ini berkeliaran di jalanan dan dikhawatirkan mengalami ledakan populasi. 

Populasi kucing di Indonesia terbilang meningkat setiap tahunnya. Menurut data Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perairan, populasi kucing di Indonesia mencapai 2,8 juta hingga 2021. Sementara itu, Rakuten Insight dalam surveinya pada tahun tersebut  menyampaikan bahwa 47 persen penduduk Indonesia lebih memilih memelihara kucing daripada anjing.

Dengan perkembangbiakan kucing yang begitu cepat, ledakan populasi kucing bisa saja terjadi, terutama bagi hewan yang tidak dipelihara. Belum lagi risiko kesehatan yang mereka bawa. 

Baca juga: Street Feeding Dianggap Bikin Populasi Kucing Liar Bertambah, Aktivis Punya Pembelaan

Memahami situasi ini, Yayasan Peduli Lingkungan Indonesia (YPLI) berupaya untuk terus menjalankan sistem pengendalian hewan liar. Kepala Dokter YPLI Drh. Noer Firmansyah menerangkan pihaknya memiliki program unggulan Trap Neuter Release (TNR), yakni program untuk menangkap kucing liar terutama dalam kondisi sakit, mengobatinya, lalu melepaskannya kembali. 

Selain itu, YPLI juga rutin menggelar program vaksin dan steril gratis, terutama untuk kucing guna meningkatkan kesehatan hewan dan menekan populasi. Kegiatan steril gratis menggunakan kuota minimal 200 ekor, baik kucing peliharaan maupun kucing liar. Selain layanan gratis, mereka juga menyediakan layanan berbayar dengan harga yang lebih terjangkau. 

Firman menyampaikan YPLI setidaknya menangani 10 sampai 20 ekor kucing setiap harinya untuk layanan steril berbayar. Untuk layanan berbayar, biaya yang dikenakan cukup kompetitif yakni Rp400.000 untuk betina dan Rp300.000 untuk jantan. 

Sementara hewan dalam kondisi tertentu dan harus dilakukan operasi, YPLI memberikan rawat inap gratis sebelum dan sesudah operasi. Tentu, harga operasi yang ditawarkan pun bervariasi tergantung kondisi.

Firman menegaskan kliniknya memiliki misi sosial yang memang tidak mengejar keuntungan. Biaya operasional dan peralatan YPLI ini tidak lepas dari kantong Desyanna Suryadi, sang pemilik klinik. 

Jika dilihat dari pendapatan dari layanan reguler berbayar, menurut Firman sulit untuk menutupi biaya operasional klinik. Kalaupun untung, pendapatannya sangat tipis mengingat biaya sewa klinik per tahun saja mencapai Rp100 juta-Rp150 juta. 

Belum lagi ketika ingin menambah peralatan seperti hematologi. Biaya untuk membeli alat cek darah tersebut bisa mencapai Rp150 juta. Kemudian pengadaan alat rontgen sekitar Rp20 juta-Rp50 juta, gaji tim dokter, hingga gaji paramedis yang jumlahnya ratusan. 

Program dan layanan dengan harga ramah kantong yang ditawarkan klinik pun sebagian besar ditutupi dari uang pribadi Dessyana. “Ada sosok Ibu Dessy yang sangat men-support keuangan YPLI,” ungkap Firman.

Dessy yang memiliki latar belakang pengusaha, katanya, sangat peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan kucing, terutama mereka yang tidak dipelihara. Terlihat dari 130 ekor kucing jalanan yang menjadi peliharaannya saat ini di rumah.

Firman menyebut semua biaya untuk kucing-kucing tersebut faktanya tidak membebankan keuangan klinik. Tidak terkecuali ketika melakukan tindakan hematologi yang biayanya sekitar Rp600.000-Rp700.000. “Nah, beliau pasti bayar langsung, tanpa membebankan meskipun klinik punya beliau,” sebutnya.

Berdiri pada 2021, pertumbuhan bisnis YPLI terbilang positif. Menurut Firman, hal ini memang tidak lepas dari misi murni yayasan yang menjadi wadah agar hewan peliharaan maupun di lingkungan sekitar menjadi lebih sehat dan sejahtera. Pandemi Covid-19 pun ikut mendorong pertumbuhan bisnis ini. 

Pasalnya, semakin banyak masyarakat yang sadar manfaat dari sterilisasi hewan demi kesehatan. Dalam beberapa waktu terakhir pun, banyak pet owner melakukan pengobatan dan pencegahan penyakit pada hewannya. 

Sementara itu, YPLI berupaya melakukan pengadaan peralatan dengan teknologi terbaru, hingga kualitas para dokter untuk meningkatkan layanan yang paripurna. Adapun dari sisi peralatan, YPLI saat ini memiliki alat USG dan cek darah untuk hewan. 

Seiring harapan memiliki klinik di setiap daerah, Firman dan tim berharap YPLI bisa membeli alat pembiusan inhalasi, rontgen, dan X-ray agar pemeriksaan dan penindakan semakin maksimal. Sejauh ini, YPLI memiliki tiga cabang yakni di Ciracas, Grogol dan Bekasi. Yayasan ini juga memiliki kurang lebih 10-12 rekanan yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
 
Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

WhatsApp Hadirkan Fitur Simpan Draf untuk Pesan yang Belum Terkirim

BERIKUTNYA

Ranking BWF Race to World Tour Final, Persaingan Terakhir Menuju Kejuaraan di Hangzhou

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: