5 Fakta Menarik CEO Nvidia Jensen Huang, Anak Rantau yang Jadi Orang Terkaya Ke-9 di Dunia
15 November 2024 |
20:03 WIB
CEO Nvidia Jensen Huang tengah menjadi sorotan usai hadir dalam acara Indonesia AI Day yang digelar di Jakarta, kemarin. Sosok ini banyak memberi masukan untuk pengembangan teknologi artificial intelligence (AI) di Indonesia agar bisa dimanfaatkan pada semua sektor.
Dikenal sebagai visioner teknologi, Huang memang memainkan peran kunci dalam teknologi kecerdasan buatan di dunia saat ini. Pasalnya, perusahaan yang dibangunnnya, Nvidia, merupakan spesialis pengembangan unit pemrosesan grafis (GPU), sekaligus salah satu pelopor dan pemimpin dalam bidang AI.
Baca juga: Peringkat Daya Saing Digital Indonesia Naik 2 Tingkat, Tapi Masih Banyak PR
Huang diketahui mendirikan Nvidia pada 1993 dan sepanjang kariernya dia menjabat sebagai presiden, kepala eksekutif, dan anggota dewan direksi. Sejak didirikan, Nvidia menjadi pelopor percepatan komputasi.
Penemuan GPU oleh perusahaan tersebut pada 1999 memicu pertumbuhan pasar gim PC, mendefinisikan ulang grafis komputer, dan memicu era AI modern. Nvidia kini mendorong pergeseran platform komputasi yang dipercepat dan AI generatif, yang mengubah industri teknologi di dunia.
Lantas seperti apa sosok CEO Nvidia Jensen Huang? Simak ulasannya di bawah ini yuk, Genhype.
Lahir dengan nama Jen-hsun Huang di Taipei pada 1963, Huang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Taiwan dan Thailand. Mengutip Bloomberg, pada 1973, orang tua Huang terpaksa mengirim anak-anak mereka ke Amerika Serikat lantaran adanya gejolak kerusuhan sosial di Asia Tenggara.
Huang yang kala itu berusia 9 tahun tinggal bersama paman dan bibinya yang baru saja bermigrasi di Tacoma, sebuah kota di Washington. Tahun berikutnya, Huang kemudian dikirim ke asrama khusus laki-laki di Oneida Baptist Institute, sebuah akademi reformasi agama yang secara keliru diyakini pamannya sebagai sekolah asrama.
Di sekolah itu, dia ditempa untuk menjadi pribadi yang tangguh. “Saya sangat menyukai waktu saya di sana. Kami bekerja sangat keras, kami belajar sangat keras, dan anak-anak di sana sangat tangguh,” kata Huang dalam wawancaranya bersama NPR beberapa tahun lalu.
Tak lama, dia pun dapat berkumpul dengan orang tua di Oregon dan menetap di sana. Huang mengenyam pendidikan SMA bahkan lulus dua tahun lebih awal, yakni pada usia 16 tahun.
Selama masa SMA di Beaverton, bos Nvidia itu sempat menjadi juara tenis meja junior peringkat nasional. Dia kemudian meraih gelar sarjana di bidang teknik elektro dari Oregon State University pada 1984, tahun yang sama ketika komputer Mac pertama kali dirilis. Huang melanjutkan gelar master di bidang yang sama di Stanford.
Sebelum mendirikan Nvidia, Huang juga tercatat memegang berbagai posisi di produsen chip komputer LSI Logic Corp dari 1985 hingga 1993. Pada 1984 hingga 1985, dia juga bekerja di Advanced Micro Devices, perusahaan semikonduktor.
Semasa menjadi mahasiswa, Huang sempat bekerja paruh waktu di restoran cepat saji Denny’s, di East San Jose. Dalam wawancaranya bersama New York Times pada 2010, dia mengaku semasa kuliah merupakan pribadi yang tertutup dan pemalu. Namun, sejak bekerja di Nvidia, dia bisa belajar cara bersikap lebih terbuka.
"Satu pengalaman yang membuat saya keluar dari zona nyaman saya adalah menjadi pelayan di Denny's. Saya merasa ngeri saat harus berbicara dengan orang lain,” tuturnya seperti dikutip dari Business Insider.
Di restoran itulah dia bertemu dengan dua temannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Mereka bertukar pikiran dan berfantasi untuk mendirikan perusahaan yang dapat membantu dunia. Siapa sangka, dari perbincangan seraya makan santai dengan kedua temannya yang juga ahli dalam bidang komputasi itu, Nvidia lahir, meskipun saat itu mereka hanya punya modal US$40.000.
Memiliki keahlian dan pengamatan tajam di bidang teknologi, Nvidia dengan cepat meraup US$20 juta dalam pendanaan modal ventura, termasuk dari Sequoia Capital, pendiri perusahaan teknologi langka yang tetap memimpin perusahaannya dengan mantap sejak awal.
Huang tampaknya tak mau tampil seperti CEO kebanyakan. Huang mengutamakan keterbukaan dan kesopanan. Dia bahkan mendefinisikan pemimpin yang baik berdasarkan keasliannya.
Menurut Huang, CEO yang sejatinya yakni mereka yang tidak berpakaian seperti CEO dan berbicara seperti CEO. “Mereka tidak memimpin rapat dan mengharapkan orang memperlakukan mereka seperti CEO karena menurut mereka CEO mereka seharusnya diperlakukan seperti itu. Mereka adalah diri mereka sendiri,” sebut Hang dikutip dari Fortune.
Uniknya, Huang bahkan tidak memiliki meja bahkan ruang khusus di kantornya. Dia lebih memilih untuk berkeliling gedung, bekerja di sejumlah ruang konferensi yang dilewatinya.
Huang terpantau sangat mencintai perusahaannya. Dia bahkan memiliki tato besar di lengan yang menyerupai logo Nvidia. Tato itu dibuat atas tantangan stafnya saat harga saham perusahaan mencapai US$100.
Nvidia menjadikan Huang sebagai pemain kunci dalam ledakan AI dengan memasok perangkat keras ke perusahaan-perusahaan besar, termasuk OpenAI, Google, Microsoft, dan Amazon. Permintaan terhadap perangkat keras perusahaan didorong oleh beberapa faktor, termasuk sistem perangkat lunak canggih yang membuat chipnya mudah digunakan serta kekurangan chip AI.
Huang kini yakin dunia telah mencapai ambang batas baru dalam siklus gembar-gembor AI. "Komputasi yang dipercepat dan AI generatif telah mencapai titik kritis. Permintaan melonjak di seluruh dunia di berbagai perusahaan, industri, dan negara," kata Huang dikutip dari Business Insider.
Mengutip Business Insider, sebagian besar kekayaan Huang berasal dari 3,5 persen saham di perusahaannya yang berbasis di Santa Clara. Lonjakan saham Nvidia menyusul serangkaian laba kuartalan yang luar biasa seiring berlanjutnya booming AI generatif.
Nvidia sekarang menjadi perusahaan paling berharga di dunia untuk kedua kalinya, setelah sempat menyalip Apple pada bulan Juni dengan valuasi sebesar US$3,35 triliun.
Pembuat chip tersebut mencapai tonggak sejarah US$3 triliun selama tiga dekade setelah peluncurannya pada 1993. Apple diketahui membutuhkan waktu hampir lima dekade untuk mencapai valuasi yang sama.
Sementara itu, mengutip Forbes, Huang saat ini dinobatkan sebagai orang terkaya ke-9 di dunia. Total kekayaannya saat ini sebesar USS128 miliar. Kekayaannya melonjak tajam pada 2024.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dikenal sebagai visioner teknologi, Huang memang memainkan peran kunci dalam teknologi kecerdasan buatan di dunia saat ini. Pasalnya, perusahaan yang dibangunnnya, Nvidia, merupakan spesialis pengembangan unit pemrosesan grafis (GPU), sekaligus salah satu pelopor dan pemimpin dalam bidang AI.
Baca juga: Peringkat Daya Saing Digital Indonesia Naik 2 Tingkat, Tapi Masih Banyak PR
Huang diketahui mendirikan Nvidia pada 1993 dan sepanjang kariernya dia menjabat sebagai presiden, kepala eksekutif, dan anggota dewan direksi. Sejak didirikan, Nvidia menjadi pelopor percepatan komputasi.
Penemuan GPU oleh perusahaan tersebut pada 1999 memicu pertumbuhan pasar gim PC, mendefinisikan ulang grafis komputer, dan memicu era AI modern. Nvidia kini mendorong pergeseran platform komputasi yang dipercepat dan AI generatif, yang mengubah industri teknologi di dunia.
Lantas seperti apa sosok CEO Nvidia Jensen Huang? Simak ulasannya di bawah ini yuk, Genhype.
1. Imigran Jadi Sarjana Listrik
Lahir dengan nama Jen-hsun Huang di Taipei pada 1963, Huang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Taiwan dan Thailand. Mengutip Bloomberg, pada 1973, orang tua Huang terpaksa mengirim anak-anak mereka ke Amerika Serikat lantaran adanya gejolak kerusuhan sosial di Asia Tenggara. Huang yang kala itu berusia 9 tahun tinggal bersama paman dan bibinya yang baru saja bermigrasi di Tacoma, sebuah kota di Washington. Tahun berikutnya, Huang kemudian dikirim ke asrama khusus laki-laki di Oneida Baptist Institute, sebuah akademi reformasi agama yang secara keliru diyakini pamannya sebagai sekolah asrama.
Di sekolah itu, dia ditempa untuk menjadi pribadi yang tangguh. “Saya sangat menyukai waktu saya di sana. Kami bekerja sangat keras, kami belajar sangat keras, dan anak-anak di sana sangat tangguh,” kata Huang dalam wawancaranya bersama NPR beberapa tahun lalu.
Tak lama, dia pun dapat berkumpul dengan orang tua di Oregon dan menetap di sana. Huang mengenyam pendidikan SMA bahkan lulus dua tahun lebih awal, yakni pada usia 16 tahun.
Selama masa SMA di Beaverton, bos Nvidia itu sempat menjadi juara tenis meja junior peringkat nasional. Dia kemudian meraih gelar sarjana di bidang teknik elektro dari Oregon State University pada 1984, tahun yang sama ketika komputer Mac pertama kali dirilis. Huang melanjutkan gelar master di bidang yang sama di Stanford.
Sebelum mendirikan Nvidia, Huang juga tercatat memegang berbagai posisi di produsen chip komputer LSI Logic Corp dari 1985 hingga 1993. Pada 1984 hingga 1985, dia juga bekerja di Advanced Micro Devices, perusahaan semikonduktor.
2. Denny’s Jadi Cikal Bakal Nvidia
Semasa menjadi mahasiswa, Huang sempat bekerja paruh waktu di restoran cepat saji Denny’s, di East San Jose. Dalam wawancaranya bersama New York Times pada 2010, dia mengaku semasa kuliah merupakan pribadi yang tertutup dan pemalu. Namun, sejak bekerja di Nvidia, dia bisa belajar cara bersikap lebih terbuka. "Satu pengalaman yang membuat saya keluar dari zona nyaman saya adalah menjadi pelayan di Denny's. Saya merasa ngeri saat harus berbicara dengan orang lain,” tuturnya seperti dikutip dari Business Insider.
Di restoran itulah dia bertemu dengan dua temannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Mereka bertukar pikiran dan berfantasi untuk mendirikan perusahaan yang dapat membantu dunia. Siapa sangka, dari perbincangan seraya makan santai dengan kedua temannya yang juga ahli dalam bidang komputasi itu, Nvidia lahir, meskipun saat itu mereka hanya punya modal US$40.000.
Memiliki keahlian dan pengamatan tajam di bidang teknologi, Nvidia dengan cepat meraup US$20 juta dalam pendanaan modal ventura, termasuk dari Sequoia Capital, pendiri perusahaan teknologi langka yang tetap memimpin perusahaannya dengan mantap sejak awal.
3. Pemimpin yang Unik
Huang tampaknya tak mau tampil seperti CEO kebanyakan. Huang mengutamakan keterbukaan dan kesopanan. Dia bahkan mendefinisikan pemimpin yang baik berdasarkan keasliannya. Menurut Huang, CEO yang sejatinya yakni mereka yang tidak berpakaian seperti CEO dan berbicara seperti CEO. “Mereka tidak memimpin rapat dan mengharapkan orang memperlakukan mereka seperti CEO karena menurut mereka CEO mereka seharusnya diperlakukan seperti itu. Mereka adalah diri mereka sendiri,” sebut Hang dikutip dari Fortune.
Uniknya, Huang bahkan tidak memiliki meja bahkan ruang khusus di kantornya. Dia lebih memilih untuk berkeliling gedung, bekerja di sejumlah ruang konferensi yang dilewatinya.
Huang terpantau sangat mencintai perusahaannya. Dia bahkan memiliki tato besar di lengan yang menyerupai logo Nvidia. Tato itu dibuat atas tantangan stafnya saat harga saham perusahaan mencapai US$100.
4. Pelopor AI
Nvidia menjadikan Huang sebagai pemain kunci dalam ledakan AI dengan memasok perangkat keras ke perusahaan-perusahaan besar, termasuk OpenAI, Google, Microsoft, dan Amazon. Permintaan terhadap perangkat keras perusahaan didorong oleh beberapa faktor, termasuk sistem perangkat lunak canggih yang membuat chipnya mudah digunakan serta kekurangan chip AI. Huang kini yakin dunia telah mencapai ambang batas baru dalam siklus gembar-gembor AI. "Komputasi yang dipercepat dan AI generatif telah mencapai titik kritis. Permintaan melonjak di seluruh dunia di berbagai perusahaan, industri, dan negara," kata Huang dikutip dari Business Insider.
5. Kekayaan
Mengutip Business Insider, sebagian besar kekayaan Huang berasal dari 3,5 persen saham di perusahaannya yang berbasis di Santa Clara. Lonjakan saham Nvidia menyusul serangkaian laba kuartalan yang luar biasa seiring berlanjutnya booming AI generatif.Nvidia sekarang menjadi perusahaan paling berharga di dunia untuk kedua kalinya, setelah sempat menyalip Apple pada bulan Juni dengan valuasi sebesar US$3,35 triliun.
Pembuat chip tersebut mencapai tonggak sejarah US$3 triliun selama tiga dekade setelah peluncurannya pada 1993. Apple diketahui membutuhkan waktu hampir lima dekade untuk mencapai valuasi yang sama.
Sementara itu, mengutip Forbes, Huang saat ini dinobatkan sebagai orang terkaya ke-9 di dunia. Total kekayaannya saat ini sebesar USS128 miliar. Kekayaannya melonjak tajam pada 2024.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.